Uji Global Uji F

29 GAMBARAN UMUM Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Secara umum, produksi daging sapi di Indonesia meningkat selama tahun 2000 hingga 2013. Produksi tersebut merupakan agregat dari produksi daging sapi lokal dan impor. Produksi daging sapi mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 4.01 persen per tahun. Pertumbuhan paling signifikan terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 15.62 persen. Selain mengalami pertumbuhan positif produksi daging sapi nasional juga pernah mengalami pertumbuhan negatif yaitu pada periode sebelum tahun 2008 diantaranya pada tahun 2001, 2002, 2005 dan 2007. Pertumbuhan negatif tersebut dikarenakan kurangnya ketersediaan sapi siap potong dari dalam negeri akibat adanya pemotongan sapi betina produktif dalam jumlah besar pada periode sebelum tahun 2003. Pemotongan betina produktif ini berakibat pada kurangnya produktivitas sapi potong dalam menyediakan pedet yang nantinya akan dipelihara menjadi sapi siap potong. Oleh karena itu sejak tahun 2004 impor dalam bentuk daging sapi dan sapi bakalan terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan impor yang bernilai positif pada tahun berikutnya. Tabel 3 Perkembangan total produksi dan impor daging sapi tahun 2000-2013 Tahun Produksi ton Impor Daging Sapi Bakalan 2000 339941 - 26937 -45,77 - - 2001 338685 -0,37 14609 -45,77 39964 -16,98 2002 330290 -2,48 11455 -21,59 38392 -3,93 2003 367711 11,33 10666 -6,89 56700 47,69 2004 380059 3,36 11772 10,37 81051 42,95 2005 358707 -5,62 19941 69,39 89672 10,64 2006 395842 10,35 24079 20,75 92843 3,54 2007 339479 -14,24 39352 63,43 144895 56,07 2008 392511 15,62 45580 15,83 201335 38,95 2009 404518 3,06 67908 48,99 233536 15,99 2010 436450 7,89 90506 33,28 208584 -10,68 2011 485335 11,20 65022 -28,16 118921 -42,99 2012 508905 4,86 33506 -48,47 60688 -48,97 2013 545621 7,21 45503 35,80 84016 38,44 Dilihat dari sisi lain, konsumsi daging sapi di Indonesia cenderung lebih cepat meningkat daripada produksinya. Pertumbuhan rata-rata konsumsi daging sapi di Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2013 adalah 6.98 persen. Pertumbuhan negatif hanya terjadi pada tahun 2001 dan 2007 yaitu sebesar 16.92 persen dan 11.38 persen. Jika dibandingkan dengan konsumsi, produksi daging 30 sapi di Indonesia mengalami pertumbuhan negatif lebih banyak. Hal ini menandakan rendahnya produktivitas agribisnis sapi potong dalam menyediakan daging sapi. Tabel 4 Perkembangan konsumsi daging sapi di Indonesia tahun 2000-2013 Tahun Konsumsi Pertumbuhan 2000 250476 - 2001 208104 -16,92 2002 209022 0,44 2003 212267 1,55 2004 241339 13,70 2005 328700 36,20 2006 378700 15,21 2007 335600 -11,38 2008 384000 14,42 2009 393000 2,34 2010 414300 5,42 2011 449000 8,38 2012 484000 7,80 2013 549700 13,57 Berdasarkan data yang ada volume produksi lebih besar daripada volume konsumsi namun hal ini tidak berdampak pada penurunan harga komoditas itu sendiri padahal berdasarkan teori ekonomi jika penawaran lebih besar daripada permintaan, harga suatu komoditas akan turun. Kondisi ini tidak terjadi pada daging sapi, faktanya harga daging sapi terus meningkat. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lain yang bekerja di dalam sistem agribisnis sapi potong selain volume produksi dan konsumsi itu sendiri. Kebijakan Swasembada Daging Sapi di Indonesia Di Indonesia, program swasembada daging sapi dicanangkan setiap lima tahun sekali. Program Swasembada Daging Sapi ini utamanya ditujukan untuk meningkatkan produksi daging sapi domestik. Peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri hingga mencapai surplus diharapkan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor sekaligus menstabilakan harga daging sapi di dalam negeri. Jika harga daging sapi di dalam negeri stabil maka daya beli konsumen terhadap daging sapi akan meningkat sehingga mereka lebih akses terhadap sumber protein ini. Sementara itu harga daging sapi yang stabil dan atraktif diharapkan dapat menjadi insentif bagi peternak untuk meningkatkan produksinya. Mulai tahun 2000 hingga tahun 2010 sudah terdapat tiga kebijakan mengenai pencapaian swasembada daging sapi. Tiga kebijakan tersebut diantaranya Program Kecukupan Daging Sapi 2000-2005, Program Percepatan Swasembada Daging Sapi 2005-2010, dan Program Swasembada Daging Sapi