Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Miskin atas

Tujuan prioritas kebijakan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2006 adalah mengurangi tingkat kemiskinan, mencakup tidak saja upaya untuk mengatasi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar tetapi juga untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembangunan. Mengingat penyebab kemiskinan sangat bervariasi dan menyebar di seluruh provinsi, maka pendekatan pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan dilakukan secara multisektoral. Pencapaian tujuan penanggulangan kemiskinan menjadi tanggung- jawab semua kementerianlembaga, dan juga mempertimbangkan aspek kewilayahan; artinya cara pencapaian tujuan penanggulangan kemiskinan disesuaikan dengan keragaman kondisi daerah. Perkembangan penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan kewilayahan dilaporkan di bab lain.

II. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-HASIL

YANG DICAPAI Langkah-langkah kebijakan penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin; perlindungan sosial, dan peningkatan kesempatan berusaha. Sementara itu terdapat pula upaya penanganan masalah gizi kurang dan kerawanan pangan bagi keluarga miskin yang dilaporkan pada bab lain.

1. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Miskin atas

Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur Dasar Pelaksanaan kebijakan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin diarahkan pada pemenuhan pelayananpenyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. a Pelayanan Pendidikan Bagi Keluarga Miskin Pelayanan pendidikan kepada keluarga miskin bertujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh pelayanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam 16 - 3 rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Komponen kebijakan ini adalah Bantuan Operasional Sekolah BOS dan Bantuan Khusus Murid BKM. BOS diperuntukkan untuk penyelenggara pendidikan, sedangkan BKM ditujukan untuk pemberian beasiswa bagi siswa wajib belajar dari keluarga miskin. Tujuan diberikannya beasiswa kepada anak-anak keluarga miskin adalah agar keperluan siswa seperti seragam, alat tulis dan transportasi dapat dipenuhi. Setiap siswa SDMI memperoleh Rp60 ribusiswa, siswa SLTPMTs memperoleh Rp120 ribusiswa, dan siswa SMASMKMA memperoleh Rp150 ribusiswa sebagai beasiswa reguler selama periode Januari–Juni 2005. Sementara itu siswa SMASMKMA memperoleh Rp390 ribusiswa sebagai beasiswa reguler selama periode Juli–Desember 2005. Beasiswa reguler telah menjangkau 5,93 juta siswa SDMI; 2,35 juta siswa SMPMTs; dan 640 ribu siswa SMASMKMA selama periode Januari-Juni 2006 dan tambahan lagi kepada 698,5 ribu siswa SMASMKMA selama periode Juli–Desember 2005. Tujuan diberikannya BOS adalah agar siswa dapat dibebaskan dari iuran sekolah dalam bentuk dana yang dibayarkan langsung ke sekolah. Untuk periode Juli–Desember 2005, setiap SDMI mendapat BOS sebesar Rp117,5 ribusiswa, SD Salafiah mendapat Rp117,5 ribusiswa, SLTPMTs mendapat Rp162,25 ribusiswa, dan SMP Salafiah mendapat Rp162,25 ribusiswa. BOS telah disalurkan kepada 28,8 juta siswa SDMI; 108,2 ribu siswa SD Pesantren Salafiyah; 10,6 juta siswa SMPMTs; dan 114,4 ribu siswa SMP pesantren Salafiyah selama periode Juli–Desember 2005. b Pelayanan Kesehatan Bagi Keluarga Miskin Pelayanan kesehatan kepada keluarga miskin bertujuan meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk miskin dengan terselenggaranya pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan jaringannya, serta rawat inap kelas III di rumah sakit. Kebijakan dilakukan dengan menyalurkan dana pelayanan kesehatan secara kapitasi ke Puskesmas dan pelayanan kesehatan di kelas III 16 - 4 rumah sakit dengan sistem klaim. Komponen pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga miskin adalah rawat jalan tingkat pertama di Puskesmas, rawat inap tingkat pertama di Puskesmas, pelayanan gawat darurat di Puskesmas, dan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjutan di ruang rawat kelas III RS Pemerintah dan RS Swasta yang ditunjuk Pemerintah. Untuk melaksanakan program ini, pada tahun 2005, Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp3.875,3 miliar yang terdiri dari Rp1.323 miliar untuk pelayanan kesehatan di kelas III rumah sakit dan Rp1.395,8 miliar untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas, serta Rp1.156,52 miliar untuk kegiatan penunjang seperti biaya operasional Puskesmas, biaya persalinan di Puskesmas, pengadaan peralatan, posyandu, pengadaan obat dan vaksin, serta pengendalian dan pengawasan safe guarding. Keluarga miskin yang berhak adalah mereka yang memegang asuransi kesehatan keluarga miskin Askeskin. Registrasi dan penerbitan kartu Askeskin dilakukan oleh PT Askes dibantu Puskesmasjaringannya dan rumah sakit. Kartu Askeskin telah didistribusikan kepada 34,8 juta keluarga miskin atau 96,3 persen dari target sebesar 36,1 juta kartu. Dengan adanya Askeskin, maka telah terjadi peningkatan jumlah kunjungan keluarga miskin di Puskesmas dan RS untuk memperoleh pelayanan rawat inap dan rawat jalan, pelayanan pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, pelayanan perawatan nifas, dan rujukan kehamilan. c Penyediaan Prasarana dan Sarana Desa Penyediaan prasarana desa dilakukan di daerah yang dikategorikan banyak dihuni keluarga miskin yang dilakukan dengan tujuan memberikan lapangan kerja dan perluasan lapangan usaha kepada keluarga miskin dan juga bertujuan menyediakan prasarana fisik yang mendukung kegiatan ekonomi keluarga miskin di perdesaan. Penentuan jenis prasarana desa yang dibangun ditentukan sendiri oleh masyarakat. Jenis prasarana desa yang dapat dibangun adalah jalan dan jembatan, prasarana air bersih, dan prasarana irigasi desa. Setiap desa memperoleh dana sebesar Rp250 juta per tahun. 16 - 5 Dana pembangunan prasarana desa tahun 20052006 adalah sebesar Rp3.342,1 miliar. Pembangunan prasarana desa pada tahun 20052006 telah dilaksanakan di 12.834 desa. Pencapaian pembangunan perumahan dan prasarana dasar permukiman bagi masyarakat miskin selama kurun waktu tahun 2005– 2006 adalah penyediaan hunian yang layak bagi masyarakat miskin melalui kegiatan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional di 565 kawasan. Selain itu juga telah dilakukan penyediaan prasarana dan sarana dasar PSD permukiman di pulau-pulau kecil dan daerah tertinggal pada 60 kawasan di 58 kabupaten.

2. Perlindungan Sosial