Kecepatan ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

kurang baik karena waktu tempuh di atas standar yaitu antara 1-1,5 jam. Akibatnya penumpang akan terlalu lama mencapai tujuannya, seperti penumpang dari daerah asal Baki menuju Mojosongo dengan daerah tujuan daerah pendidikan, maka penumpang akan terlambat mencapai tujuannya. Penumpang dapat saja mengantisipasinya dengan berangkat lebih awal, namun penumpang akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk perjalanan saja. Hal ini sangat merugikan. Besarnya nilai waktu tempuh dapat dipengaruhi oleh kecepatan, panjang rute, dan kondisi lalu lintas. Pada kenyataannya memang trayek 05 mempunyai panjang rute terpanjang yaitu 45,6 km dibandingkan dengan trayek 02 sepanjang 38,2 km, trayek 03 sepanjang 42 km, dan trayek 06 sepanjang 24,8 km. Pada kondisi tersebut trayek 03 yang jaraknya mempunyai selisih kecil dari trayek 05 mampu menempuh lintasannya dengan waktu 1,383 jam. Berdasarkan survei didapatkan bahwa alokasi waktu yang tidak merata terjadi pada trayek 05. Waktu yang ada cenderung dihabiskan untuk segmen pertama berupa daerah pemukiman di mana kepadatan penduduknya jarang dan menggunakan waktu yang singkat pada lintasan perkotaan. Padahal seharusnya dalam kepadatan penduduk jarang justru kecepatan ditambah dan pada kepadatan penduduk padat kecepatan dikurangi. Kondisi lain yang terjadi yaitu rusaknya jalan yang dilewati rute trayek 05 pada daerah pemukiman di Mojosongo. Kerusakan jalan ini tidak hanya menyebabkan lamanya waktu tempuh karena harus berjalan pelan, tetapi juga kendaraan angkutanpun akan cepat rusak. Selama ini menurut operator, pengeluaran biaya perawatan mesin lebih besar daripada pendapatan yang diterima.

5.3 Kecepatan

Pada indikator kecepatan, trayek 03 sebesar 11,34 kmjam berada pada batas standarnya sebesar 10-12 kmjam sehingga kinerjanya baik. Sedangkan untuk trayek 02 sebesar 14,94 kmjam, trayek 05 sebesar 16,20 kmjam, trayek 06 sebesar 15,28 kmjam besarnya di atas standar namun masih di bawah batas maksimal 40 kmjam. Karena nilai ini adalah nilai rata-rata tiap segmennya maka belum bisa mewakili kondisi sebenarnya. Untuk itu perlu dilihat nilai kecepatan rata-rata tiap segmennya. Pada trayek 02 memiliki kecenderungan melaju dengan kecepatan rendah jika berada pada daerah pemukiman di luar kota tepatnya Desa Giriroto sampai Pasar Gagan. Kenyataannya rute yang dilewati tersebut sebagian besar merupakan daerah persawahan yang seharusnya melaju maksimal dengan kecepatan 40 kmjam. Rute 02 melaju dengan kecepatan relatif tinggi pada daerah-daerah yang tidak berpotensi adanya penumpang, seperti daerah perempatan Baron sampai perempatan Murni untuk rute pertama dan daerah perempatan Murni sampai perempatan Baron untuk rute kedua. Pada trayek 03 kecepatannya tidak stabil, sehingga hal ini merugikan penumpang. Pada segmen yang dilintasi dengan kecepatan rendah, penumpang akan menunggu terlalu lama untuk mendapatkan angkutan. Kondisi ini tidak akan menjadi persoalan bagi penumpang yang posisinya berada pada segmen yang kecepatannya tinggi karena cepat mendapatkan angkutan dan cepat pula mencapai tempat tujuannya. Di samping itu, jika angkutan melaju dengan kecepatan tinggi akan membuat penumpang tidak nyaman apalagi bila penumpangnya banyak. Pada segmen Desa Tebon sampai Tugu Lilin Pajang kecepatannya rendah pada rute pertama, padahal seharusnya tinggi karena merupakan daerah kepadatan penduduk rendah dan sebagian besar merupakan daerah persawahan. Pada trayek 05 kecepatannya cenderung stabil pada segmen awal dan pada segmen terakhir kecepatannya paling tinggi. Karena bila tetap pada kecepatan yang sama waktu tempuhnya akan melebihi dari yang diijinkan. Dibandingkan dengan trayek yang lain trayek ini melaju dengan kecepatan yang rendah. Kondisi ini dikarenakan jumlah penumpang pada rute yang dilewati sedikit. Angkutan yang melaju pada kecepatan tinggi dapat merugikan operator karena tidak mendapat penumpang. Pada trayek 05 ini juga melewati daerah persawahan yang cukup banyak di segmen pertama rute pertama yaitu Desa Baki sampai Gemblegan. Kenyataannya pada segmen itu, trayek 05 juga melaju dengan kecepatan rendah. Operator mempuyai kebiasaan akan menghabiskan 1,5 jam waktu tempuh yang telah ditetapkan DLLAJ itu dengan 45 menit pertama untuk segmen pertama, selanjutnya akan menambah kecepatan pada daerah perkotaan. Pada trayek 06, rute yang dilewati selalu berada di daerah perkotaan. Trayek 06 melaju pada kecepatan rendah hanya pada segmen Pasar Legi sampai Jembatan utara terminal karena berpotensi banyak penumpang.

5.4 Load Factor