BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Setelah dilakukan pengukuran kinerja untuk masing-masing indikator pada bab sebelumnya, bab ini akan menguraikan analisa terhadap indikator-indikator
tersebut. Uraian analisis indikator kinerja angkutan kota serta usulan yang diberikan dijelaskan pada subbab berikut ini.
5.1 Waktu Tunggu Penumpang
Hasil pengolahan data indikator waktu tunggu penumpang menunjukkan bahwa nilai trayek 02 sebesar 4,17 menit, 03 sebesar 4,25 menit, dan 06 sebesar
4,46 menit berada di atas standarnya yaitu antara 5-10 menit. Hal ini menandakan kinerjanya baik karena penumpang tidak terlalu lama menunggu untuk
mendapatkan angkutan. Tetapi jika nilainya lebih kecil lagi akan berakibat tidak baik bagi operator karena penumpang yang didapatkan menjadi berkurang. Trayek
05 memiliki waktu tunggu penumpang terlama dibandingkan ketiga trayek yang lain, tetapi masih berada pada rentang standar yang ada.
Pengamatan indikator ini berada di ruas jalan daerah tengah kota, sehingga hasil rata-rata waktu tunggu ini belum menggambarkan kondisi di
daerah pinggiran kota. Akibatnya nilai waktu tunggu untuk ruas jalan lain belum tentu sama dengan hasil pada ruas jalan yang disurvei tersebut. Alasan tidak
dilakukannya survei pada tiap segmen, karena keterbatasan waktu dan surveyor yang ada. Pada penelitian ini juga belum melakukan wawancara pengguna
angkutan kota untuk mengetahui apakah hasil survei mendekati kondisi yang sebenarnya dialami oleh penumpang.
5.2 Waktu Tempuh
Hasil pengolahan data indikator waktu tempuh menunjukkan bahwa nilai trayek 02 sebesar 1,46 jam, trayek 03 sebesar 1,38 jam, dan trayek 06 sebesar 1,34
jam memiliki kinerja yang baik, sedangkan trayek 05 sebesar 1,60 jam kinerjanya
kurang baik karena waktu tempuh di atas standar yaitu antara 1-1,5 jam. Akibatnya penumpang akan terlalu lama mencapai tujuannya, seperti penumpang
dari daerah asal Baki menuju Mojosongo dengan daerah tujuan daerah pendidikan, maka penumpang akan terlambat mencapai tujuannya. Penumpang
dapat saja mengantisipasinya dengan berangkat lebih awal, namun penumpang akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk perjalanan saja. Hal ini sangat
merugikan. Besarnya nilai waktu tempuh dapat dipengaruhi oleh kecepatan, panjang
rute, dan kondisi lalu lintas. Pada kenyataannya memang trayek 05 mempunyai panjang rute terpanjang yaitu 45,6 km dibandingkan dengan trayek 02 sepanjang
38,2 km, trayek 03 sepanjang 42 km, dan trayek 06 sepanjang 24,8 km. Pada kondisi tersebut trayek 03 yang jaraknya mempunyai selisih kecil dari trayek 05
mampu menempuh lintasannya dengan waktu 1,383 jam. Berdasarkan survei didapatkan bahwa alokasi waktu yang tidak merata terjadi pada trayek 05. Waktu
yang ada cenderung dihabiskan untuk segmen pertama berupa daerah pemukiman di mana kepadatan penduduknya jarang dan menggunakan waktu yang singkat
pada lintasan perkotaan. Padahal seharusnya dalam kepadatan penduduk jarang justru kecepatan ditambah dan pada kepadatan penduduk padat kecepatan
dikurangi. Kondisi lain yang terjadi yaitu rusaknya jalan yang dilewati rute trayek 05 pada daerah pemukiman di Mojosongo. Kerusakan jalan ini tidak hanya
menyebabkan lamanya waktu tempuh karena harus berjalan pelan, tetapi juga kendaraan angkutanpun akan cepat rusak. Selama ini menurut operator,
pengeluaran biaya perawatan mesin lebih besar daripada pendapatan yang diterima.
5.3 Kecepatan