Diameter Jagung Produktivitas Jagung tonha

Tabel 11. Panjang Tongkol dengan Perlakuan Daun Perlakuan Daun Panjang Tongkol cm Rata-Rata Std. Dev Tanpa pangkas 17.54 a 0.929 pangkas 17.47 a 1.051 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata Gambar 31. Rata-rata panjang tongkol gram yang mendapat perlakuan daun pangkas dan tanpa pangkas Berdasarkan hasil analisis Tabel 10 dan Gbr 31 menunjukkan bahwa perlakuan dosis irigasi antara 100, 80 dan Kontrol tidak memberi pengaruh nyata terhadap panjang tongkol, sedangkan dosis irigasi 60 berbeda nyata dengan dosis 100, 80 dan terhadap panjang tongkol. Sedangkan pemangkasan dan tanpa pangkas tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol.

3. Diameter Jagung

Pengukuran diameter jagung dilakukan dengan mengukur secara melingkar pada bagian tengah tongkol jagung satu persatu dari sampel yang terambil perubinan masing-masing ulangan. Hasil diameter tersebut pada Tabel 12. P a n ja n g T o n g k o l c m Tanpa Pangkas Pangkas Tabel 12. Diameter Tongkol dengan Perlakuan Dosis irigasi Dosis Irigasi Diameter Tongkol cm Rata-rata Std. Dev 100 16.09 ab 0.395 80 16.51 a 0.368 60 15.77 b 0.464 Kontrol 16.19 ab 0.298 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata Gambar 32. Diameter tongkol dengan perlakuan Dosis irigasi Berdasarkan tabel 12 dan Gbr 32 bahwa antara dosis irigasi 100 80 dan 60 tidak berbeda nyata dengan kontrol, namun antara dosis 60 dengan 80 berbeda nyata terhadap diameter jagung. D ia m e te r T o n g k o l c m 100 80 60 kontrol Tabel 13. Diameter Tongkol dengan Perlakuan Daun Perlakuan Daun Diameter Tongkol Mean Std. Dev Tanpa pangkas 16.26 a 0.408 Pangkas 16.02 a 0.470 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata Gambar 33. Diameter tongkol dengan perlakuan Daun Berdasarkan analisis statistik pada Tabel 13 dan Gbr 33 bahwa perlakuan daun pangkas dan tidak pangkas tidam menunjukkan perbedaan atau tidak berpengaruh nyata terhadap diameter jagung pertongkol.

4. Jumlah Biji dalam 1 baris

Pengukuran komponen hasil dalam bentuk biji setiap barisnya dilakukan dengan cara menghitung jumlah biji pada 1 baris kolom buah jagung yang dianggap mewakili baris-baris kolom lainnya berdasar sampel ubinan perulangan. Hasil analisis biji jagung pada Tabel 14. D ia m e te r T o n g k o l c m

T. Pangkas Pangkas

Tabel 14. Jumlah Biji dalam 1 baris dengan Perlakuan Dosis Irigasi Dosis Irigasi Jumlah Biji Rata-rata Std Dev 100 27.19 a 6.034 80 29.48 a 2.243 60 27.80 a 2.518 kontrol 27.16 a 1.881 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata Gambar 34. Jumlah Biji dalam 1 baris pertongkol dengan perlakuan Dosis Irigasi Tabel 15. Jumlah Biji dalam baris pertongkol dengan Perlakuan Daun Perlakuan Daun Jumlah Biji Rata-rata Std Dev Tanpa pangkas 28.73 a 2.426 Pangkas 27.09 a 4.233 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata J u m la h B ij i p e rb a ri s 100 80 60 kontrol Gambar 35. Jumlah Biji dalam 1 baris pertongkol dengan perlakuan Daun Berdasarkan analisis statistik pada Tabel 14, 15 dan Gbr 34, 35 bahwa perlakuan dosis irigasi dengan perlakuan daun pangkas dan tidak pangkas tidak menunjukkan tidak berbeda dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji dalam 1 baris pertongkol jagung.

4. Berat biji pipilan

Komponen hasil yang terakhir adalah menghitung berat biji pipilan dengan cara menimbang hasil pipilan berdasarkan pengambilan sampel dalam ubinan seluas 8 m 2 pada setiap ulanagan. Hasil pipilan pada masing-masing blok perlakuan kemudian ditabulasi menjadi satu. Hasil analisis berat pipilan seperti pada Tabel 19. Tabel 16. Produksi Pipilan dengan Perlakuan Dosis Irigasi Dosis Irigasi Produksi pipilan kg Rata-rata Std. Dev 100 7.46 a 0.559 80 7.45 a 0.463 kontrol 6.98 ab 0.256 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata J u m la h B ij i p e rb a ri s

T. Pangkas Pangkas

Gambar 36. Berat pipilan kg dengan perlakuan Dosis Irigasi Berdasarkan Hasil analisis pada Tabel 16 menunjukkan berat pipilan yang dihasilkan oleh perlakuan dosis irigasi 60 berbeda nyata dengan berat pipilan yang dihasilkan oleh perlakuan 100, 80 dan Kontrol. Tabel 17. Produksi Pipilan dengan Perlakuan Daun Perlakuan Daun Produksi pipilan kg Rata-rata Std. Dev Tanpa pangkas 7.04 a 0.819 Pangkas 7.05 a 0.473 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata B e ra t P ip il a n k g 100 80 60 kontrol Gambar 37. Berat pipilan kg dengan perlakuan Daun Berdasarkan Hasil analisis pada Tabel 17 menunjukkan berat pipilan yang dihasilkan oleh perlakuan daun pangkas dan tanpa pangkas tidak berbeda nyata terhadap prduksi berat pipilan jagung.

5. Produktivitas Jagung tonha

Dari hasil pengukuran komponen hasil yang telah ditabulasi, maka secara keseluruhan hasil tersebut dapat dikonversi ke dalam ton ha, untuk mengetahui kelayakan produktivitas hasil tersebut sebagaimana produktivitas standar nasional. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 18. B e ra t P ip il a n k g T . Pangkas Pangkas Tabel 18. Produksi jagung tonha dengan Perlakuan dosis irigasi dengan perlakuan daun Perlakuan Dosis Air Iirigasi Perlakuan Daun Produksi tonha Rata-rata Std Dev 100 T. Pangkas 7.50 ab 0.62 Pangkas 7.43 ab 0.60 60 T. Pangkas 6.00 d 0.43 Pangka 6.56 cd 0.51 80 T. Pangkas 7.76 a 0.47 Pangkas 7.13 abc 0.11 Kontrol T. Pangkas 6.90 bc 0.36 pangkas 7.06 abc 0.11 hurup yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil analisis statistic pada Tabel 18 menunjukkan bahwa perlakuan dosis irigasi 60 berbeda nyata hasil produksinya dengan perlakuan dosis irigasi 100, 80 dan control, artinya perlakuan dosis irigasi memberi pengaruh nyata terhadap produksi jagung tonha. Namun perlakuan daun pangkas dan tanpa pangkas tidak berpengaruh nyata produksi jagung dalam tonha. KESIMPULAN Kesimpulan - Pemberian dosis irigasi terhadap pertumbuhan tidak berpengaruh nyata, kecuali komponen hasil produksi yang berbeda nyata antara dosis 80 dengan 60. Pemberian dosis 80 mampu menghemat air sebesar 842 m 3 persatu musim seluas 1 ha, jika dibandingkan dosis pemberian irigasi oleh petani. - Interval pemberian irigasi dalam 1 musim tanam menunjukkan perbedaan antara perlakuan dengan kebiasaan petani yakni menghemat waktu 50 dari kebiasaan petani dalam 1 periode musim tanaman. - Pemangkasan daun yang dilakukan pada fase generatif tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, sehingga alternativf pemanfaatan hasil pangkasan adalah sebagai pakan ternak dimusim kemarau. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat konsistensi hasil yang dicapai apakah dengan dosis 80 dan perlakuan pangkas dan pangkas tetap terjaga produktivitas yang telah dihasilkan, atau mungkin ada perbaikan-perbaikan teknis yang harus dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Arora, V. K., C.B.Singh, A.S. Sidhu, S.S.Thind. 2011. Irrigation, tillage and mulching effects on soybean yield and water productivity In relation to soil texture. Journal Agric. Water Manage. 98, 563-568. Admihardja, A., A. Mulyani, Hikamtullah, dan A.B. Siswanto. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Litbang Pertanian. 20 hal Agustina, Liliek dan Aditiameri. 1991. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil empat varietas jagung Zea mays L yang ditanaman pada ketinggian yang berbeda. Lokakarya. Cisarua. 23 hal. Anonimous, 1991. Dasar Agronomi. Badan Kerjasama Universitas Wilayah Barat Palembang. Hal III – 65. Allison, J. G. and D. J. Watson. 1966. The production and distribution of dry matter in maize after flowering. Journal Ann. Bot. 30: 365 – 381. Arbi, N. 1987. Tanaman C 4 : I. Mekanisme fotosintesa C 4 Assimilasi CO 2 . Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang. Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Proses. Bogor BPS. 2003. Luas lahan menurut penggunaannya di Indonesia. Survey Pertanian, 2002. Banowati, G. 1984. Pengaruh Tinggi Pemangkasan terhadap Produksi Jagung Zea mays L. Kadar Protein Kasal Hasil Pangkasan. Laporan Masalah Khsusu Jurusan Budidaya Pertanian, IPB. 152 hal Bakker, M., R. Meinzen-Dick, and Konradsen. Eds. 1999. Multiple Uses of Water Irrigated Areas. A cases study from Srilangka. SWIM paper No. 8 1999. IWMI. Colombo. Bidwell, R. G.S. 1977. Plant Physiology. Mac Millan Publishing Co, Inc, New York. Camp, V.M., M. Radfara, K.Walraevens. 2010. Assessment of ground water storage depletion by over exploitation using simple indicators in an irrigated closed aquifer basin in Iran. Journal Agric. Water Manage. 97, 1876-1886. Crookston, R. K., and D. R. Hicks. 1977. Early defolation effects corn grain yield, Journal. Agric. Res. 33 11; 485 – 487. Cloninger F. D., M. S. Zuber, and R. D. Horrocks. 1974. Synchronization of flowering in corn Zea may L by clipping young plants. Journal Agron. 66: 270 - 272 Denmead, O. T., L. J. Fritchen, and R. H. Show. 1962. Spatial Distribution Of net Radiation in Corn Field. Journal Agron. 54: 505 – 510. Direktorat Perluasan Areal. 2009. Pedoman Teknis Perluasan Tanaman Pangan Lahan Kering. Tahun 2009. Direktorat Perluasan Areal. Ditjen PLA. Jakarta. Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar fisiologi tumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta. 200 hal. Dungan, G. H., and H. W. Gausman. 1951. Clipping Corn Plants to Delay Their Development. Journal Agron. 43 : 90 – 93 Doorenbos, J., Pruitt, W.O. 1975. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements. Irrigation and Drainage Paper FAO, no. 24. FAO, Rome Italy. Land and Water Development Div. Effendy, Sobri. 2001. Urgensi Prediksi Cuaca Dan Iklim Di Bursa Komoditas Unggulan Pertanian. Makalah Falsafah Sains Program Pasca SarjanaS3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Effendi, S. 1983. Bercocok Tanam Jagung. Cetakan ke – 6. CV. Yasaguna, Jakarta. Fortin, M.-C., Culley, J., Edwards, M., 1994. Soil Water, Plant Growth, and Yield of Strip-Intercropped Corn. Journal. Prod. Agric. 7, 63–69. Francis, C., Jones, A., Crookston, K., Wittler, K., Goodman, S., 1986. Strip Cropping Corn and Grain Legumes: A Review. Am. Journal Altern. Agric. 1, 159–164. Fathan, R., M. Raharjo dan A. K. Mukarim. 1988. Hara Tanaman Jagung p 67-80 dalam Subandi, M. Syam dan A. Widjono ed “Jagung”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Ginting, O. 1988. Pengaruh Pemangkasan Dini terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung Zea mays L. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana , IPB. Bogor. 58 hal. Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer Untuk Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB. Bogor. Haryanti N, Tyas Mutiara B, Dewi Retna I. 2003. Karakteristik Petani Lahan Kering dalam Study on Dryland Farmer at Wanadri Village Banjarnegara Regency. Prosiding Hasil Litbang ‘Rehabilitasi Lahan Kritis. HarjadiWarisno, 1998. Jagung Hibrida Kansius, Yogyakarta. Hal 9, 14,20,20-21, 33, 47- 48 Hal. 7, 13 Hamzah, U. 2003. Prospek Pemanfaatan Lahan Kering Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Makalah Pengantar Falsafah Sains PPS702. Program Pasca SarjanaS3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hidayat, A dan A Mulyani. 2002. Lahan Kering untuk Pertanian. Hal 1 – 39. Dalam Abdurachman et al., eds. Teknologi Pengolahan Lahan Kering menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Harper, J. J. 1977. Biologi of Plant. Academic Press. London. p 305-503 Hatfield, J. L. 1977. Light Respon in Maize, dalam Anonymous, 1977, Agrometeorology of Maize Corn Crop WMO. No. 481. Hicks, D. R., W.W. Nelson and J. H. Ford. 1977 Defoliation Effects on Corn Hybrids Adapted to The Northern Corn Belt. Journal Agron. 69: 387- 390 Hanway, J. J. 1969. Defoliation Effect on Different Corn Zea mays L Hybrid as Influenced by Plant Population and Stage of Development. Journal Agron. 61: 305 – 538. Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung Zea mays L Terhadap Pengelolaan Tanah dan Kerapatan Tanam pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Barat, Medan Irianto, G., H. Sosiawan, dan A.S. Karama. 1998. Strategi Pembangunan Pertanian Lahan Kering untuk mengantisipasi Persaingan Global. Makalah Utama Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor 10 Februari 1998. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. June T. 1993. The effect of Light on Growth of Cassava and Sorgum L. Light Distribution and Extinction Coeffecient. Journal Agromet. Vol. XI 2: 37-42. Johnson, R. R. 1978. Grownt Yield of Maize as Arrected by Early-Eason Defoliation. Journal Agron. 70:995-998. Kadekoh, I. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering Berkelanjutan dengan Sistem Polikultur. Http:sulteng.litbang.deptan.go.idindimag sstoriesbptpprosiding20071-4.pdf 2912010. Kartiwa, B., Hendri Sosiawan, Sumarno, Kasdi Subagyono, 2009. Optimalisasi Dosis dan Interval Irigasi Tanaman Jagung di Lahan Kering Beriklim Kering di Sumba Timur. Studi Kasus di Desa Kambatatana Kecamatan Pandawai Kabupaten Sumba Timur. Balai Penelitian Agroklimat. Badan Litbang Pertanian Kadekoh, 2003. Efisiensi Penggunaan Lahan, Nilai Setara Kalori dan Protein pada Berbagai Waktu Defoliasi Jagung dan Jarak Tanam Kacang Tanah dalam Sistem Tumpangsari pada Musim Berbeda. Jurnal Agrikultural 14:99-105 Kedang, A., Haruna. 2008. Pengkajian Waktu Tanam dan Pola Tanam pada Agroekosistem Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan di Nusa Tenggara Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP NTT. Laporan Akhir Tahun 2008. Tidak dipublikasikan. Kramer, P. J. 1980. Adaptation of Plants to Water and High Temperature Stress. Duke University Durham, North California, New York Kiesselbach, T. A. 1954. The Detasseling Hozord of Hybrid Seed Corn Production. Journal Amer. Soc. Agron. 37: 806 – 811. Las, Irsal., A. Karim Makarim, A. Hidayat, A. Syarifuddin Karama, dan Ibrahim Manwa. 1991. Peta Agroekologi Utama Tanaman Pangan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 24 hal. Maddonni G.A, Otegui M.E, Cirilo A.G, 2001. Plant Population Density, Row Spacing and Hibrid Effect on Maize Canopy Architecture and Light Attenuation. Argentina. Field Crops Research 71, 183 – 193. Maddonni, G.A., Chelle, M., Drouet, J-L., Andrieu, B., 2001. Light Interception of Contrasting Leaf Azimuth Canopies Under Square and Rectangular Plant Spatial Distributions: Simulations and Crop Seasurements. Field Crops Res. 70, 1-13. Mulyani, A. 2006. Potensi Lahan kering Masam untuk Pengembangan Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 28 2. 16-17. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Muhadjir, F., L. Sibma, and H.Van Keulen. 1977. The Influence of Weather Conditions on Grow and Development of Maize Crop in The Netherlands Verlag Nr. 13. Centrum Voor Agrobilogish Onderzoek, Wageningen. The Netherland. Monteith, J. L. 1970. Solar Radiation and Productivity in Tropical Ecosystems. Opening paper at IBP and UNESCO meet. Maharere University. Uganda. Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung, p. 33-48. dalam Subandi., M. Syam, dan A. Wijoyo Ed Jagung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor Mather, J. R. 19740 Climatology. Fundamentals and Applications. Hc Graw-Hill Book Company, Inc. Hew York. 412p. Noggle, G. R., and G. J. Fritz. 1977. Introductory Plant Physiology, Prentice-Hall of India Private Limited New Delhy-110001. Partowijoyo, A. 2002. Penelitian Kebutuhan Air Lahan dan Tanaman di beberapa Daerah Irigasi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan . Vol. 16. No. 49 Desember 2002. ISSN 02-1111. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air. Badan Litbang Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Pendleton, J, J. and R. Hammond 1969. Relative Photosynthetic Potential for Grain Yield of Various Leaf Canopy Levels of Corn. Journal Agron. 61 4: 911 – 913. Perace, R. B., J. J Mock, and T. B. Bailey. 1975. Rapid Method for Estimating Leaf Area per Plant in Maize. Crop Sci. 15:691-694. Renault, D., M. Hemakurama and D. Molden. 2001. Impact of Water Consumption by Perennial Vegetation in Irrigated Areas of the Humid Tropis. A Case for Rethinking Traditional Views of Irrigation Design, Manajement and Ferformance Assessment. Annual Report 2000 – 2001 Improving Water and Land Resource Manajement for Food, Livelihood and Nature. IWMI International Water Manajement Institut, Colombo Rukmana, R. 1997. Usahatani Jagung Kansius. Yogyakarta. Hal 20,22, 45 -46, 55, 61 Suyana, J. 2003. Penerapan Teknologi Konservasi Hedgerows Untuk Menciptakan Sistem Usaha Tani lahan Kering Berkelanjutan. Makalah Pengantar Falsafah Sains PPS702. Program Pasca SarjanaS3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soelaeman, Y., Anny Mulyani, Irawan, S. Sutono dan Sudrajat. 2001. Potensi Irigasi Lahan Kering Tingkat Petani: Studi Kasus Kecamatan Terbanggi Besar dan Bangunrejo, Lampung Tengah. Prosiding Seminar Nasional . Pengelolaan Sumberdaya Alam untuk Mencapai Produktivitas Optimum Berkelanjutan. Volume II. Bandar Lampung 26 – 27 Juni 2001. Universitas Lampung. Bandar Lampung Salisbury,F.B and C.W Ross.1992.Fisiologi Tumbuhan Jilid III.ITB:Bandung Sutono, S., S. Wiganda, I. Isyafudin, dan F. Agus. 2001. Pengelolaan Sumberdaya air dengan teknologi input tinggi. Laporan Akhir Tahun Anggaran 2001. Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan dan Agroklimat dan Proyek Pegkajian Teknologi Pertanian Partisipatif. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Tidak dipublikasikan Sosrodarsono, S dan T. Kensaku. 1980. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta Soebee, R. E. and H. H. Weibe. 1971. Effectet of Water Stress and Clipping on Photosynthate Translocation in Two Grasses. Journal Agron. 63: 14 - 16 Wirahmihardja, Sadeli. 1979. Hidrologi pertanian. Direktorat Irigasi, Dit. Jen. Pengairan. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung Wang, Jaw-Kai dan Rose E. Hagan. 1981. Irrugated Rice Product Sistem Designe Prosedures. Westview Press. Wareing, P. E. and J. P. Cooper. 1971. Potensial crop production. Helman Education Books. Ltd. London. Stren, P. H. 1980. Small Scale Irrigation. Intermidiate Tecknologi Publication Ltd. International Irrigated Center. Uchijima, Z. 1975. Maize and Rise in Vegetation and the Atmosphere. J. L. Monteith ed. 1975. Vol. 2 Academic Press. New York. Yusuf, S.W. 1987. Pengaruh Pemangkasan Daun Muda terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Skripsi. Jurusan Buddiaya Pertanian, Faperta, IPB.Bogor. 48 hal Wu, Y., Mingbin Huang , Jacques Gallichand. 2011. Transpirational Response to Water Availability for Winter Wheat as Affected by Soil Textures. Journal Agric. Water Manage. 98, 569-576. Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Lamuru LAMURU Tanggal dilepas : 25 Februari 2000 Asal : Dibentuk dari 3 galur GK, 5 galur SW1, GM4, GM12, GM15, GM11, dan galur SW3 Umur : 50 keluar rambut : 55 hari Masak fisiologis : 90 - 95 hari Batang : Tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 190 cm 160 - 210 cm Daun : Panjang Warna daun : Hijau Keragaman tanaman : Agak seragam Perakaran : Baik Malai : Semi kompak Warna anthera : Coklat muda 80 Warna rambut : Coklat keunguan 75 Tongkol : Panjang dan silindris Tinggi letak tongkol : + 90 cm 85 - 110 cm Kelobot : Tertutup dengan baik 75 Tipe biji : Mutiara flint Warna biji : Kuning Baris biji : Lurus Jumlah baristongkol : 12 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 275 g Rata-rata hasil : 5,6 tha Potensi hasil : 7,6 tha Ketahanan : Cukup tahan terhadap penyakit bulai Penonosclerospora maydis dan karat Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 600 m dpl. Pemulia : Mustari Basir, Marsum Dahlan, Made J. Mejaya, Arbi Mappe, dan Firdaus Kasim Teknisi : Wisnu Undoyo, Arifuddin, Stefanus Misi, dan Ulfa Aliawati Lampiran 2.

1. Produksi Pipilan jagung kg per ubinan seluas 8 m