Latar Belakang Potensi serapan karbon pada tegakan akasia

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan memiliki fungsi yang meliputi segi sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang cukup penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Pada kenyataannya upaya untuk mempertahankan kestabilan fungsi hutan akan sulit dilakukan terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang dimana fungsi ekonomi hutan lebih dominan, karena hutan merupakan salah satu sumber utama penghasilan devisa negara dari penjualan kayu dan hasil hutan lainnya. Pemanfaatan fungsi hutan yang tidak diimbangi oleh usaha pemeliharaan dan perawatan akan mengakibatkan kerusakan hutan sekaligus kerugian bagi manusia, sehingga diperlukan usaha konkrit yang berkesinambungan dalam memperbaiki pengelolaan hutan untuk menjamin kelestarian hutan dimasa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, kerusakan hutan merupakan salah satu penyebab perubahan iklim global. Solusi yang memungkinkan dilakukan saat ini adalah mempertahankan luas hutan yang ada di permukaan bumi yang didasarkan pada fungsi hutan sebagai tempat penyimpanan karbon. Salah satu faktor yang dapat menurunkan akumulasi karbondioksida CO 2 di atmosfer adalah penyerapan oleh vegetasi. CO 2 di atmosfer dapat diserap oleh pohon melalui proses fotosintesis. Tanaman atau pohon di hutan berfungsi sebagai tempat penimbunan dan pengendapan karbon dan istilah ini disebut rosot karbon. Proses penyimpanan karbon di dalam tanaman yang sedang tumbuh disebut sebagai sekuestrasi karbon carbon sequestration. Jumlah karbon yang ditimbun dalam tanaman sangat bergantung pada jenis dan sifat tanaman itu sendiri. Konferensi iklim di Kyoto Jepang yang pada tahun 1997 menghasilkan suatu kesepakatan yang dinamakan Protokol Kyoto bertekad untuk menstabilkan Gas Rumah Kaca GRK sebesar 5,2 dibawah tingkat emisi 1990 yang akan dicapai pada tahun 2008 dan diperkirakan akan stabil pada tahun 2012. Dalam Protokol Kyoto juga disebutkan upaya-upaya dalam mengatasi pemanasan global salah satunya adalah dengan Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism CDM dimana negara-negara maju dapat berinvestasi dalam proyek-proyek penurunan emisi di negara-negara berkembang untuk mendapatkan sertifikat penurunan emisi CER sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi komitmen penurunan emisi dan membantu negara-negara berkembang yang menjadi tuan rumah bagi proyek-proyek CDM untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan isu yang telah berkembang saat ini, Indonesia sebagai negara yang mempunyai luas hutan sebesar 88.495 juta ha Hastoro dan Yani 2007 harus dapat memanfaatkan potensinya semaksimal mungkin. Dalam memanfaatkan potensi hutan yang melimpah, penelitian untuk mengetahui jumlah karbon dalam hutan tanaman perlu dilakukan khususnya jenis akasia Acacia mangium melalui pengukuran potensi serapan karbon.

1.2 Tujuan Penelitian