hektarnya Houghton 1991, diacu dalam Nambiar et al. 1997. Beberapa laporan terakhir memberikan informasi bahwa perbedaan suhu siang dan malam dapat
mengubah keseimbangan karbon pada pohon tanpa mempengaruhi suhu harian. Nambiar et al. 1997.
Gas CO
2
sebagai salah satu penyusun gas rumah kaca GRK terbesar di udara diserap pohon untuk fotosintesis dan ditimbun sebagai karbon organik C-
organik dalam tubuh tanaman biomassa. Jumlah C yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup biomassa pada suatu lahan menggambarkan banyaknya CO
2
di atmosfer yang diserap oleh tanaman C-sequestration.
Siklus karbon secara global ini merupakan salah satu proses biogeokimia di dalam planet yang membantu pengaturan kadar CO
2
karbon dioksida di atmosfir. Siklus biogeokimia adalah siklus senyawa kimia yang mengalir dari komponen
abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus tersebut juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus
biogeokimia. Diperkirakan sekitar 830 milyar ton karbon tersimpan dalam hutan di seluruh dunia. Jumlah ini merupakan sebagian besar dari kandungan karbon
dalam atmosfir yang terikat dalam CO
2
. Secara kasar sekitar 40 atau 330 milyar ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya di
atas permukaan tanah, sedangkan sisanya yaitu sekitar 60 atau 500 milyar ton tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di dalam hutan Suhendang
2002.
2.4 Pendugaan Biomassa
Pendugaan biomassa dapat melalui pengukuran secara langsung pada beberapa komponen pohon batang, ranting, akar, dan daun yang selanjutnya
menghitung berat keringnya setelah dimasukan kedalam oven. Alternatif yang lainnya yaitu menggunakan persamaan allometrik antara berat kering dengan
dimensi pohon yang mudah diukur, yaitu diameter D Whitmore 1984. Biomassa suatu vegetasi diketahui maka dapat diperoleh informasi
mengenai kandungan karbon yang tersimpan didalam vegetasi tersebut. Pada umumnya terdapat dua metode pendugaan biomassa yaitu metode destruktif dan
metode allomterik. Metode destruktif sampel yang diambil sangat tergantung pada homogenitas dari tegakan vegetasinya sehingga data yang didapat akan semakin
akurat. Tegakan yang akan diambil sampelnya ditebang dan ditimbang berat basah kemudian dikeringkan untuk mendapatkan konversi berat kering
Murdiyarso et al. 1994. Selain menggunakan metode destruktif, metode pendugaan biomassa ada
beberapa macam antara lain metode persamaan allometrik yang sudah ada. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heriansyah et al. 2005, persamaaan
allometrik untuk menduga biomassa tegakan A. mangium di BKPH Parungpanjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat menggunakan
persamaan = B = 0,0533DBH
2 1,3585
, dengan nilai R
2
= 99,22 dimana B = biomassa total kg dan DBH = diameter setinggi dada cm.
Selain penelitian yang dilakukan di daerah BKPH Parungpanjang, beberapa penelitian mengenai biomassa dan serapan karbon pada akasia telah dilakukan
dibeberapa lokasi antara lain di Sumatera Selatan yang dilaksanakan di PT Musi Hutan Persada. Penelitian ini dilakukan oleh Heriyansyah, Miyakuni, Kato,
Kiyono dan Kanazawa pada tahun 2007. Dari penelitian tersebut didapatkan data untuk biomassa dan serapan karbon yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Biomassa dan serapan karbon tanaman akasia di PT Musi Hutan Persada Heriyansyah et al. 2007
Umur Biomassa ton ha
-1
Karbon ton ha
-1
2,5 51,14
25,57 5,5
126 63
8,5 152,99
76,495 10,5
169,59 84,795
III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian