terutama dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo MadreporariaScleractenia dengan sedikit
tambahan dari alga berkapur serta oragnisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat Dahuri et al., 1996. Menurut Odum 1993, terumbu karang
merupakan bagian ekosistem yang dibangun oleh sejumlah biota hewan maupun tumbuhan, yang terus menerus mengikat ion kalsium dan karbonat dari air laut
sehingga menghasilkan endapan kapur yang menjadi rangka, kemudian secara keseluruhan tergabung membentuk suatu terumbu atau bangunan dasar kapur.
Karang terbagi menjadi dua kelompok yaitu karang pembentuk terumbu hermatipik dan karang yang bukan pembentuk terumbu ahermatipik. Karang
hermatipik bersimbiosis dengan zooxanthellae, membutuhkan sinar matahari untuk membangun terumbu yang berasal dari endapan kapur. Karang ahermatipik
tidak dapat membangun terumbu sehingga dikenal sebagai non-reef building coral
, pada umumnya tidak tergantung sinar matahari Veron, 1996.
2.4.2. Faktor Pembatas Terumbu Karang
Sebaran karang tidak hanya terbatas secara horizontal namun juga terbatas secara vertikal. Pertumbuhan dan kecepatan tumbuh berkurang secara
eksponensial dengan kedalaman. Keanekaragaman, penyebaran dan petumbuhan karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya
tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik dari faktor alam maupun dari aktifitas manusia. Gangguan yang berasal dari
alam berasal dari faktor biologis dan fisik-kimia. Faktor biologis adalah gangguan dari predator Supriharyono, 2007. Faktor fisik-kimia yang
mempengaruhi kehidupan danatau laju pertumbuhan karang antara lain :
1. Cahaya
Binatang karang bersimbiosis dengan algae zooxanthellae, sebagaimana telah diketahui bahwa algae tersebut melakukan fotosintesis, maka faktor cahaya
sangat penting dalam kehidupan terumbu karang. Kompensasi binatang karang dengan cahaya adalah pada intensitas antara 200-700 fc foot candle, pada
umumnya 300-500 fc atau 15-20 dari intensitas cahaya di permukaan, dengan kondisi tersebut menyebabkan terumbu karang umumnya tersebar di
daerah tropis Kanwisher and Wainwright 1967 in Supriharyono, 2007. Hal ini berkaitan pula dengan faktor kedalaman, penetrasi cahaya dapat mencapai
kedalaman yang dalam pada kawasan yang memiliki perairan yang jernih. Secara umum terumbu karang dapat hidup dengan baik pada kedalaman kurang
dari 20 meter Supriharyono, 2007. 2.
Kedalaman Distribusi vertikal tergantung dari kedalaman, hal ini berhubungan dengan
penetrasi cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh karang, pada sebagian daerah masih maksimal hingga kedalaman 40 meter Nontji, 2005.
3. Suhu
Suhu perairan berkaitan erat dengan proses metabolisme karang. Suhu rataan tahunan yang optimal dalam pertumbuhan karang adalah 23-25
o
C, namun dalam Supriharyono 2007, suhu yang baik untuk habitat terumbu karang
berkisar antara 25-29
o
C, dengan toleransi minimum 16-17
o
C dan toleransi maksimum 36
o
C.
4. Salinitas
Salinitas berpengaruh dalam kehidupan karang. Menurut Nontji 2005, kisaran perubahan salinitas yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 27-40
psu, namun juga ditemui terumbu karang yang hidup dengan nilai salinitas 42 psu di kawasan Teluk Persia. Supriharyono 2007, menyatakan bahwa
binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas 34-36 psu.
5. Sedimentasi
Pengaruh sedimen dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Sedimen dapat langsung mematikan hewan karang bila ukurannya terlalu besar sehingga
menutupi polip karang Supriharyono, 2007. Pengaruh tidak langsungnya adalah berkurangnya intensitas cahaya sehingga menghambat laju fotosintesis.
6. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut dapat mempengaruhi kehidupan karang, nilai optimum yang dibutuhkan untuk metabolism di perairan terumbu karang adalah 4,0
mg l
atau 80 saturasi Clark, 1996.
7. Kandungan nutrien
Ekosistem terumbu karang merupakan kawasan yang minim unsur hara, masukan nutrien yang berlebihan dapat meningkatkan pertumbuhan alga
sehingga terjadi kelimpahan yang berlebihan, hal ini dapat menghambat pertumbuhan karang karena terjadi kompetisi ruang Effendi, 2003. Bila hal
ini berlangsung dalam waktu yang lama akan menyebabkan kematian pada terumbu karang di kawasan tersebut karena alga umumnya cenderung lebih
cepat laju pertumbuhannya daripada terumbu karang.
8. Arus dan substrat dasar
Pertumbuhan dari terumbu karang menurut Sukarno 1983, dipengaruhi juga oleh arus dalam laut dan substrat dasar perairan. Arus diperlukan karang
terutama untuk menyuplai makanan berupa mikroplankton, juga membersihkan permukaan karang dari endapan material tersuspensi Dahuri, 2003. Menurut
Rachmawati 2001, kecepatan arus dan turbulensi mempengaruhi morfologi dan komposisi taksonomi karang terumbu.
2.4.3. Rugositas Terumbu Karang