Kondisi Oseanografi dan Klimatologi

pertumbuhan karang dan menyebabkan karang memutih dan mati. Karang yang mati tersebut membentuk gosong dan secara akumulatif dapat membentuk pulau- pulau kecil setelah ratusan hingga jutaan tahun Tomascik et al., 1997. Wilayah Kepulauan Seribu merupakan ekosistem yang memiliki hamparan terumbu karang yang cukup luas dan relatif datar. Kawasan Kepulauan Seribu memiliki topografi daratan yang landai dengan ketinggian sekitar 0-2 meter di atas permukaan laut. Luas darat dapat berubah dipengaruhi oleh dinamika pasang surut yang tinggi pasangnya mencapai 1-1,5 meter. Terumbu di Kepulauan Seribu umumnya merupakan gosong terumbu patch reef, yang secara evolusi geologis membentuk daratan pulau di permukaan lautnya.

2.2. Kondisi Oseanografi dan Klimatologi

Tipe iklim di Kepulauan Seribu adalah tropika panas dengan suhu maksimum mencapai 32 °C, minimum 21 °C, dan rata-rata mencapai 27 °C. Kelembaban udara rata-rata 80 yang dipengaruhi oleh variasi tekanan udara. Pada November hingga April berlangsung musim hujan dengan hari hujan berkisar antara 10 sampai 20 hari per bulan. Sementara musim kemarau terjadi pada Mei hingga Oktober dengan 4-10 hari hujan per bulan. Mengacu pada data TERANGI tahun 2000, curah hujan bulanan di Kepulauan Seribu tercatat rata-rata 142,54 mm dengan curah hujan terendah pada Juni 0 mm dan tertinggi pada September 307 mm. Suhu air permukaan di Kepulauan Seribu pada musim barat berkisar antara 28,5-30,0 °C. Pada musim timur suhu air permukaan antara 28,5-31,0 °C. Hal tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada fluktuasi yang nyata antara musim barat dengan musim timur. Kondisi pasang surut di Kepulauan Seribu dapat dikategorikan sebagai harian tunggal. Kedudukan air tertinggi dan terendah adalah 0,6 m dan 0,5 m di bawah duduk tengah. Rata-rata ketinggian air pada pasang perbani adalah 0,9 m dan rata-rata ketinggian air pada pasang mati adalah 0,2 m. Ketinggian air tahunan terbesar mencapai 1,10 m Estradivari et al., 2009. Keadaan angin pada kawasan ini dipengaruhi oleh musim angin barat dan musim angin timur. Biasanya musim angin barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, kecepatan angin yang bertiup dari arah barat daya sampai dengan barat laut adalah sebesar 7-20 knot jam. Pada bulan Desember sampai dengan Februari biasanya angin bertiup dengan kecepatan di atas 20 knot jam. Pada musim angin timur, kecepatan angin yang bertiup dari arah timur laut sampai tenggara berkisar antara 7-15 knotjam, biasanya terjadi pada bulan Juli sampai dengan September. Sementara itu, pada musim peralihan yang terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan Mei, dan antara bulan Oktober dan Nopember, angin bertiup dengan kecepatan relatif rendah. Hasil survey TERANGI tahun 2007, didapatkan data kecepatan arus di sejumlah lokasi pengukuran dalam waktu yang berbeda, kecepatan arus di Kepulauan Seribu berkisar 0,6 cmdetik hingga 77,3 cmdetik. Kecepatan arus dipengaruhi kuat oleh angin dan sedikit pasang surut. Arus permukaan pada musim barat berkecepatan maksimum 0,5 mdetik dengan arah ke timur sampai tenggara. Gelombang laut yang terdapat pada musim barat mempunyai ketinggian antara 0,5-1,175 m, sedangkan pada musim timur 0,5-1,0 m.

2.3. Kondisi Umum Demografi