6
2.2 Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut KBBI manajemen berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran,
basis berarti asas, dasar, berbasis mempunyai arti menjadikan sesuatu sebagai basis, sedangkan
sekolah berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberi pelajaran,
dari arti
katanya maka
manajemen berbasis
sekolah mempunyai
arti penggunaan sumber daya sekolah secara efektif
sebagai dasar
untuk pelaksanaan
proses pembelajaran.
Menurut penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 51 ayat 1 yang dimaksud
dengan manajemen
berbasis sekolahmadrasah
adalah bentuk
otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan,
yang dalam hal ini kepala sekolahmadrasah dan guru dibantu oleh komite sekolahmadrasah dalam
mengelola kegiatan pendidikan. Depdikbud dalam Mulyasa,2002 mengemukakan bahwa ”manajemen
berbasis sekolah merupakan suatu penawaran bagi
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai
bagi para peserta didik”. Otonomi kewenangan dan tanggung jawab dalam
manajemen pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja pendidik dan
tenaga kependidikan,
memberikan partisipasi
7 langsung kepada kelompok-kelompok terkait dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Pemberian otonomi yang lebih besar
kepada sekolah merupakan sarana peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Dengan
keterlibatan kepala
sekolah dan
guru dalam
pengambilan keputusan-keputusan sekolah akan mendorong rasa kepemilikan yang tinggi terhadap
sekolahnya. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sekolah pemerintah akan terbantu
dalam kontrol maupun pembiayaan pendidikan. Menurut
Chapman dalam
Fattah,2004 Manajemen
Berbasis Sekolah
adalah suatu
pendekatan politik yang bertujuan untuk meredisain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan
kepada Kepala Sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah
yang mencakup pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, kepala sekolah, orang tuawali murid dan
masyarakat. Manajemen berbasis sekolah merubah pengambilan
keputusan dengan
memindahkan otoritas
dalam pengambilan
keputusan dan
manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal local stakeholders.
Sedangkan Rohiat 2010:47 memberikan arti Manajemen
Berbasis Sekolah
sebagai model
pengelolaan yang memberikan otonomi kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada
sekolah , memberikan fleksibilitaskeluwesan kepada
8 sekolah, mendorong partisipasi secara langsung dari
warga sekolah guru,siswa, kepala sekolah,karyawan dan masyarakatorang tua siswa,tokoh masyarakat,
ilmuwan,pengusaha dan
meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan otonomi sekolah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah serta tuntutan masyarakat yang ada.
Karakteristik dasar MBS menurut Saud dalam Mulyasa, 2003 adalah pemberian otonomi yang luas
kepada sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah
yang demokratis dan professional, serta adanya team work yang tinggi dan professional.
Tujuan MBS menurut Mulyasa 2002 adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
pendidikan. Mulyasa 2002 menjelaskan bahwa peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat
dan penyederhanaan
birokrasi; peningkatan mutu diperoleh antara lain melalui
partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan
sekolah dan
kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem
insentif serta
disinsentif; sedangkan
peningkatan pemerataan pendidikan diperoleh antara
lain melalui
peningkatan partisipasi
9 masyarakat yang mampu, sementara yang kurang
mampu menjadi tanggung jawab pemerintah. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, pendidik,
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk melakukan
pembaharuan di
sekolah, yang
berhubungan dengan
masalah kurikulum,
pembelajaran maupun manajerial yang tumbuh dari aktifitas, daya kreasi dan profesionalisme yang
dimiliki. Sejalan dengan pendapat Mulyasa, Rohiat
2010:48 menyatakan bahwa tujuan penerapan MBS adalah
meningkatkan kinerja
sekolah melalui
pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tata pengelolaan sekolah yang bermutu, yaitu partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas. Kinerja sekolah sendiri meliputi peningkatan
mutu, efektivitas
dan efisiensi,
produktivitas dan inovasi pendidikan. Sedangkan
menurut Fattah2004
MBS mempunyai tujuan agar otonomi sekolah dan
partisipasi masyarakat atau local stakeholders mempunyai
keterlibatan yang
tinggi. MBS
menawarkan kebebasan kekuasaan yang besar pada sekolah dengan tetap disertai seperangkat tanggung
jawab yang harus dipikul. MBS adalah suatu pendekatan praktis yang
bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala
10 sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam upaya memperbaiki kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, staf, orang tua
siswa dan masyarakat Fattah, 2004. Prinsip MBS adalah menempatkan kewenangan yang bertumpu
pada sekolah dan masyarakat, menghindari format sentralisasi dan birokratisasi, sekolah memperoleh
kewajiban, wewenang dan tanggung jawab yang tinggi dalam meningkatkan kinerjanya. Secara
konsepsional MBS akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja sekolah dalam hal mutu,efisiensi
keuangan,pemerataan kesempatan dan pencapaian tujuan publik.
Dengan MBS sekolah diberi kesempatan untuk menyusun kurikulum sendiri sesuai kebutuhan
masyarakat setempat.
Melalui penyusunan
kurikulum rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat
meningkat dan
menjamin layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat.
Prestasi peserta
didik dapat
dioptimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua, kesempatan berpartisipasi dapat meningkatkan
komitmen kepada sekolah. Adanya kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah maka
pengelolaan sekolah lebih transparan, akuntabel dan demokratis, serta menghapus monopoli dalam
pengelolaan pendidikan. MBS
merupakan konsep
pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan
kemandirian sekolah, diharapkan kepala sekolah,
11 guru,
staf dan
masyarakat setempat
dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global. Cook dan Macaulay dalam Mulyasa
2002 memberikan definisi pemberdayaan sebagai alat penting untuk memperbaiki kinerja organisasi
melalui penyebaran pembuatan keputusan dan tanggung
jawab. Dalam
dunia pendidikan
pemberdayaan merupakan cara yang praktis dan produktif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari
kepala sekolah, guru dan pegawai, dengan membagi tanggung jawab secara proporsional kepada para
guru dan melibatkan para guru dalam proses pengambilan
keputusan dan
tanggung jawab
sehingga guru
memiliki rasa
percaya diri.
Pemberdayaan sekolah juga ditempuh melalui pemberdayaan
peserta didik
dan masyarakat
setempat. Menurut Mulyasa2002 pemberdayaan terjadi melalui beberapa tahap yaitu:
Pertama, masyarakat mengembangkan sebuah
kesadaran awal bahwa mereka dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan kehidupannya
dan memperoleh ketrampilan agar mampu bekerja
lebih baik;
kedua, mengalami
pengurangan perasaan ketidakmampuan dan peningkatan kepercayaan diri; ketiga tumbuhnya
ketrampilan dan kepercayaan diri, masyarakat bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan
memilih sumber daya yang berdampak pada kesejahteraannya
. Keberhasilan MBS dalam rangka desentralisasi
pendidikan sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi
12 yaitu
efektivitas, efisiensi
dan produktivitas.
Efektivitas MBS berarti bagaimana MBS berhasil melaksanakan tugas pokok sekolah, mendorong
partisipasi masyarakat,
memperoleh dan
memanfaatkan sumber daya, dana dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah. Efisiensi
dapat dianalisis dari input dan out put, dan dari proses pendidikan yang merupakan interaksi dari
faktor-faktor manusiawi dengan non manusiawi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai
dengan waktu yang disediakan, dikatakan efisien jika melakukan banyak proses dalam waktu yang relatif
singkat. Efisiensi biaya pendidikan dalam MBS memberi penekanan kepada alokasi anggaran atau
penggunaan dana
terhadap kegiatan
belajar mengajar
secara langsung,
dengan demikian
penggunaan biaya ditujukan untuk peningkatan mutu
pendidikan, dengan
memprioritaskan kebutuhan
proses belajar
mengajar dibanding
dengan belanja investasi lainnya. Produktivitas dalam pendidikan berkaitan dengan keseluruhan
proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan
MBS menurut Dadi Permadi dan Daeng Arifin 2007 adalah :
1 sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah; 2
sekolah lebih mengetahui input dan output
13
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan; 3
pengambilan keputusan
partisipatif yang
dilakukan dapat memenuhi kebutuhan sekolah karena tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya;
4 penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila masyarakat turut serta
mengawasi; 5 keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat; 6 sekolah
bertanggung jawab
tentang mutu
pendidikan di sekolah kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat; 7 sekolah
dapat bersaing dengan sehat untuk peningkatan mutu pendidikan; 8 sekolah dapat merespon
aspirasi masyarakat yang berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.
2.3 Komite Sekolah