Peran komite sekolah dalam penyelenggaraan

17 pendidikan, dunia usahaindustri, organsasi profesi tenaga kependidikan,wakil alumni dan wakil peserta didik; 2 unsur dewan guru, badan pertimbangan desa maksimal 3 orang. Jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya 9 orang dan jumlahnya ganjil. Komite sekolah wajib memiliki AD dan ART.

2.4 Peran komite sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan. Secara harafiah kata peran berarti kapasitas, kedudukan, posisi, fungsi,tugas, sedangkan kata peran serta berarti keikutsertaan, keterlibatan, kontribusi, partisipasi Endarmoko 2006. Menurut Cohen dalam Karim 2012 partisipasi adalah keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan program, memperoleh kemanfaatan dan mengevaluasi program.Karim2012:104menyebutkan tiga pengertian pokok dalam konsep partisipasi yaitu: 1keterlibatan mental emosional; 2adanya kontribusi; dan 3tanggung jawab. Lebih lanjut Abdul Karim menjelaskan implementasi partisipasi masyarakat dapat berbentuk: Memberikan sumbangan berupa sumber daya, yaitu tenaga dan benda yang merupakan bentuk dari kontribusi yang disalurkan; terlibat dalam berbagai usaha penataan dan koordinasi, hal ini menjadi wujud keikutsertaan aspek mental dan pola pikir; serta terlibat langsung dalam penyusunan program dan pelaksanaanya yang merupakan bentuk dari rasa tanggung jawab yang diterima . 18 Dari penjelasan diatas peran serta komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan partisipasi komite sekolah dalam pelaksanaan MBS di sekolah yang melibatkan mental emosional, kontribusi dan tanggung jawab. Peran komite sekolah seperti yang tertuang dalam Kepmendiknas Nomor 044U2002 tanggal 2 April 2002 adalah sebagai berikut : 1 pemberi pertimbangan advisory agency dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2 pendukung supporting agency, baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3 pengontrol controlling agency dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan 4 mediator antara pemerintah eksekutif dengan masyarakat di satuan pendidikan. Peran sebagai pemberi pertimbangan advisory agency dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan dijabarkan oleh Mulyasa 2003 dan Dadi Permadi dan Daeng Arifin, 2007 dalam kegiatan operasional sebagai berikut : 1bersama sekolah merumuskan dan menetapkan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan di sekolah; 2memberikan pertimbangan dan masukan dalam penyusunan kurikulum sekolah KTSP; 3bersama sekolah menyusun rencana strategis pengembangan sekolah; 4bersama sekolah menyusun standar pelayanan di sekolah; 5memberi pertimbangan kepada sekolah untuk peningkatan mutu pembelajaran dan 19 penyelenggaraan pembelajaran yang menyenangkan; 6memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan dalam penyusunan, pembahasan dan penetapan anggaran sekolah APBS; 7membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan yang diperoleh dari masyarakat kepada kepala sekolah, tenaga guru, tenaga administrasi sekolah; 8bersama sekolah mengembangkan potensi kearah prestasi unggulan, baik yang bersifat akademis maupun non akademis keagamaan, keolahragaan, seni, dan ketrampilan. Sedangkan peran sebagai pemberi pertimbangan advisory agency dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Penddikan dan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional RI Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidkan oleh Satuan Pendidkan Dasar dan Menengah meliputi kegiatan operasional sebagai berikut : 1memberikan pertimbangan dan masukan dalam rangka merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah; 2bersama sekolah mengembangkan kurikulum kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan; 3memberikan pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan rencana kerja jangka menengah 4 tahun dan tahunan sekolah; 4memberikan masukan dalam merumuskan dan menetapkan pedoman tentang struktur organisas sekolah; 5memberikan masukan dalam menetapkan Tata tertib sekolah yang meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta 20 didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; 6memberikan pertimbangan dalam pemilhan buku teks pelajaran yang akan digunakan sekolah. Peran sebagai pendukung supporting agency baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dijabarkan oleh Mulyasa 2003 danDadi Permadi dan Daeng Arifin,2007 dalam kegiatan operasional sebagai berikut : 1menggalang dana dari orang tuawali murid dan masyarakat untuk pemenuhan sarana prasarana guna meningkatkan kualitas pelayanan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah; 2mencari bantuan dana dari dunia usaha dan industri untuk biaya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang tidak mampu; 3mengelola kontribusi masyarakat berupa uang, tenaga, pikiran, barang dan peluang yang diberikan kepada sekola; 4memberikan motivasi atau penghargaan baik berupa materi maupun non materi; 5memberikan otonomi professional kepada guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru; 6memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler; 7memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam penyebarluasan narkoba di sekolah; 8mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama-sama pihak sekolah. Sedangkan peran sebagai pendukung supporting agency baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 21 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Penddikan dan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional RI Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidkan oleh Satuan Pendidkan Dasar dan Menengah dan Kepmendiknas Nomor 044U2002 meliputi kegiatan operasional sebagai berikut : 1pengambilan keputusan di bidang non akademik; 2memberikan persetujuan dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah yang tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan; 3membuatmemutuskan pedoman tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah APBS; 4menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Peran sebagai pengontrol controlling agency dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan dijabarkan oleh Mulyasa 2003 dan Dadi Permadi dan Daeng Arifin, 2007dalam kegiatan operasional sebagai berikut : 1 melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran out put pendidikan, dan menyampaikan hasil kajian program sekolah kepada stakeholders secara periodik baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah.; 2mengevaluasi program sekolah secara proporsional sesuai kesepakatan dengan pihak sekolah, meliputi: pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan; 3memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan disekolah; 4mengkaji laporan pertanggung- 22 jawaban pelaksanaan program yang dikonsultasikan oleh kepala sekolah. Sedangkan peran sebagai Pengontrol controlling agency dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Penddikan dan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional RI Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidkan oleh Satuan Pendidkan Dasar dan Menengah dijabarkan dalam kegiatan operasional sebagai berikut : 1melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan sekolah untuk menilai efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas sekolah; 2menerima laporan dari kepala sekolah yang beris hasl evaluasi pengelolaan sekolah setiap akhir semester; 3menerima pertanggung- jawaban pelaksanaan pengelolaan pendidikan dari kepala sekolah dalam rapat dengan dewan pendidik; 4melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Peran sebagai mediator antara pemerintah eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD legislatif dengan masyarakat oleh Mulyasa 2003 dan Dadi Permadi dan Daeng Arifin, 2007dalam kegiatan operasional sebagai berikut : 1melakukan kerja sama dengan masyarakat baik perorangan maupun kelompok organisas; 23 2membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan disekitar sekolah; 3membangun kerjasama dengan pihak luar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan proses dan hasil pendidikanl; 4menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 5menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan peran sebagai mediator antara pemerintah eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDPRD legislatif dengan masyarakat seperti yang terdapat dalam Kepmendiknas Nomor 044U2002 dalam kegiatan operasional sebagai berikut : 1 Melakukan kerjasama dengan masyarakat Peroranganorganisasidunia usaha dan dunia industri DUDI dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan bermutu; 2menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 3mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan. Dari penjabaran peran komite beserta kegiatan operasionalnya, maka dalam penelitian ini peran yang pertama sebagai badan pemberi pertimbangan advisory agency dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan yang dijabarkan dalam kegiatan operasional sebagai 24 berikut : 1memberikan pertimbangan dan masukan dalam rangka merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah; 2memberikan pertimbangan dan masukan dalam penyusunan kurikulum sekolah KTSP; 3memberikan pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan rencana strategis pengembangan sekolah dan rencana kerja tahunan sekolah; 4memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penyusunan, pembahasan dan penetapan anggaran sekolah APBS; 5memberikan masukan dalam merumuskan dan menetapkan pedoman tentang struktur organisasi sekolah; 6memberikan masukan dalam menetapkan tata tertib sekolah yang meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik; 7memberikan masukan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Peran yang kedua sebagai badan pendukung supporting agency baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, yang dijabarkan dalam kegiatan operasional sebagai berikut: 1melakukan penggalangan dana dari orang tuawali murid, masyarakat, dunia usaha dan industri untuk pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan pemberian bantuan bagi siswa tidak mampu; 2mengelola kontribusi masyarakat berupa uang, tenaga, pikiran, barang dan peluang yang diberikan kepada sekolah; 25 3memberikan persetujuan dalam kegiatan sekolah di bidang non-akademik; 4memberikan persetujuan dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah yang tidak sesuai dengan rencana kerja; 5membuat pedoman tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah; 6memberikan motivasi atau penghargaan baik berupa materi maupun non materi kepada guru, staf dan siswa; 7memberikan otonomi professional kepada guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru; 8memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam penyebarluasan narkoba di sekolah; 9mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama-sama pihak sekolah. Selanjutnya peran yang ketiga sebagai badan pengontrol controlling agency dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan dijabarkan dalam kegiatan operasional sebagai berikut: 1melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan sekolah untuk menilai efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas sekolah, kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan disekolah;2melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran out put pendidikan; 3menerima laporan dari kepala sekolah yang beris hasil evaluasi pengelolaan sekolah setiap akhir semester; 26 4menerima pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan pendidikan dari kepala sekolah dalam rapat dengan dewan pendidik; 5mengevaluasi program sekolah secara proporsional meliputi: pengawasan penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan. Peran yang ke empat sebagai mediator antara pemerintah eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDPRDlegislatif dengan masyarakat oleh dijabarkan dalam kegiatan operasional sebagai berikut:1melakukan kerja sama dengan masyarakat baik perorangan maupun kelompokorganisasi dunia usaha dan dunia industri DUDI dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan bermutu; 2membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan disekitar sekolah; 3menampung dan menganalisis gagasan, pandangan, ide, usulan dan berbagai kebutuhan pendidikan, yang diajukan oleh masyarakat; 4menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah.

2.5 Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Demak T2 942014061 BAB II

0 3 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali T2 942009033 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali T2 942009033 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali T2 942009033 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

0 0 23

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Di SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro Boyolali T2 BAB II

1 3 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB II

0 1 14

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 3 Demak T2 BAB II

0 0 32