9
sosial dimana kebudayaan itu berkembang. Sehingga antara kebudayaan dan pendidikan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Dimana ada
kebudayaan disitu ada pendidikan. Dimana ada pendidikan disitu ada kebudayaan H. Abdul Latif, 2009: 11 - 12.
4. Slametan
Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan upacara keagamaan yang paling umum di dunia; ia melambangkan suatu kesatuan
mistis dan sosial mereka yang ikut serta di dalamnya. Handai-taulan, tetangga, rekan sekerja, sanak keluarga, arwah setempat, nenek moyang yang sudah mati,
dan dewa-dewa yang hampir terlupakan, semuanya duduk bersama mengelilingi satu meja dan karena itu terikat ke dalam suatu kelompok sosial
tertentu yang diwajibkan untuk tolong menolong dan bekerja sama Slametan dapat diadakan untuk memenuhi semua hajat orang sehubungan
dengan suatu kejadian yang diperingati, ditebus atau dikuduskan. Kelahiran, perkawinan, sihir, kematian, pindah rumah, mimpi buruk, panen, ganti nama,
membuka pabrik, sakit, memohon kepada arwah penjaga desa, khitanan, dan memulai suatu rapat politik – semuanya itu bisa memerlukan slametan.
Tekanan untuk masing-masing sedikit berbeda. Dari seluruh upacara itu di sebagian ini dilakukan dengan intens dan
meriah, sementara di bagian lainnya agak dikendorkan. Suasana kejiwaannya mungkin berubah-ubah sekedarnya, tetapi sturktur upacara yang mendasarinya
tetap sama saja. Senantiasa ada hidangan khas yang berbeda-beda menurut slametan itu; dupa, pembacaan doa Islam dan pidato tuan rumah yang
disampaikan dengan bahasa Jawa tinggi yang angat resmi yang isisnya tentu saja berbeda-beda menurut peristiwanya; selalu terlihat tata karma yang sopan
dan sikap malu-malu, yang mengesankan bahwa sekalipun penyelenggaraan upacara itu begitu ringkas dan tak dramatis, tetapi sesuatu yang penting sedang
berlangsung Clifford Geertz, 1981: 13-14. Slametan terdiri dari sekedar makan bersama menurut suatu cara atau ritus
yang pasti. Semua tetangga laki-laki dekat harus diundang. Diatas nasi yang berbentuk kerucut nasi tumpeng diucapkan berkat doa-doa oleh modin;
10
kemudian hadirin menyantap beberapa suap nasi, lalu sisanya dibawa ke rumah supaya istri dan anak pun memperoleh bagiannya. Slametan dapat dimengerti
sebagai ritus pemulihan keadaan slamet karena semua tetangga ikut, maka slametan mengungkapkan di hadapan hadirin bahwa diantara para tetangga
terdapat kerukunan dan keselarasan; dan dengan demikian keadaan ketentraman masyarakat dibaharui dan kekuatan-keuatan yang berbahaya
dinetralisirkan. Sekaligus, karena doa yang diucapkan, roh-roh lokal
dimasukkan ke dalam lingkup slametan dan mereka senang mencium sari makanan itu. Dengan demikian slametan merupakan ritus yang mengembalikan
kerukunan dalam masyarakat dan dengan alam rohani, dan yang dengan demikian mencegah gangguan-gangguan terhadap keselarasan kosmis Frans
Magnis Suseno, 1991:89.
5. Merti DusunBersih Dusun