Tokyo No Sutoriito Fashion

(1)

TOKYO NO SUTORIITO FASHION KERTAS KARYA

Dikerjakan O L E H

SYAHRI NUR RIZA HARAHAP NIM : 092203013

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TOKYO NO SUTORIITO FASHION KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang

Dikerjakan OLEH

SYAHRI NUR RIZA HARAHAP NIM : 092203013

Pembimbing, Pembaca,

Drs. Yuddi Adrain Muliadi. M.ADrs. Eman Kusdiyana. M.Hum

Nip: 196008271991031001 Nip: 196009191988031001

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakuktas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. Nip.195110131976031001 Panitia Ujian:

No Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi, S.S., M.Hum. ( )

2. Drs. Yuddi Adrian M.M.A. ( )

3. Drs. Eman K. M.Hum. ( )

Disetujui oleh :

1. Program Diploma Sastra dan Budaya 2. Fakultas Ilmu Budaya

3. Universitas Sumatera Utara 4. Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua Program Studi

Zulnaidi, S.S., M. Hum. Nip.196708072004011001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini, sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas Karya ini berjudul “TOKYO NO SUTORIITO FASHION”.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam Kertas Karya ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisan. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk kearah perbaikan.

Dalam Kertas Karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi.,M.A. selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

4. selaku dosen pembaca yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama masa perkuliahan.

6. Dari semuanya, yang teristimewa buat orang tua, kepada ayahanda Zul Amali dan ibunda Yussi Maila, yang telah mencurahkan tenaga, memberikan dorongan, semangat, dan jerih payahnya untuk menjadikan penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Terima kasih juga buat adik-adik saya Shania, Shintia, Ziqri Al-Fhasa, dan Shasa As-shifa.


(5)

7. Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman saya : Indah, Ema, Lala, Lia, Titin, Yuni, Adri, Nanang , Ismu, Jefri, Faisal dan teman-teman ’09 lainnya.

8. Khususnya buat Andri Putra P. yang selalu mensuport penulis dalam membantu penyelesaian tugas akhir, dan memberi dukungan selama ini.

9. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Alumni dan segenap keluarga besar HINODE. Terima kasih buat dukungan dan semangatnya.

Medan, Juli 2012 Penulis,

SYAHRI NUR RIZA HARAHAP NIM: 092203013


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...i

DAFTAR ISI ………....…iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul ………....……….………....1

1.2Tujuan Penulisan ………..……….……2

1.3BatasanMasalah ... 2

1.4Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM STREET FASHION DI TOKYO 2.1Kebudayaan dalam Berpakaian ... 3

2.2Pengertian Street Fashion ... 4

2.3Jenis-Jenis Street Fashion ... 5

BAB III PERKEMBANGAN STREET FASHION DITOKVO 3.1Perkembangan Street Fashion di Tokyo ... 14

3.2Pengaruh Street Fashion dalam Berpakaian di Tokyo ... 15

3.3Dampak Positif dan Negatif yang Ditimbulkan dengan adanya Street Fashion ... 16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1Kesimpulan ... 18

4.2Saran ... 19


(7)

ABSTRAK

Jepang sebagai Negara maju dan mempunyai kebudayaan yang sangat unik. Banyak hal yang dapat kita ketahui ketika kita belajar tentang budaya Jepang. Salah satunya adalah street fashion. Street fashion di Jepang merupakan salah satu kiblat fashion yang mendunia khususnya di kota Tokyo. Perkembangan mode busana di berbagai Negara di luar Jepang, menunjukkan bahwa street fashion Jepang semakin merambah ke berbagai Negara dan menjadi trendsetter hingga saat ini.

Perkembangan pop culture dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang juga sangat erat kaitannya dengan masuknya budaya Barat dan modernisasi dikalangan masyarakat, khususnya masyarakat di kota Tokyo. Salah satu jenis pop culture di Jepang adalah populernya gaya anak-anak muda Jepang yang lebih dikenal dengan sebutan fashion street. Para penggunanya sebagian besar adalah remaja baik putra maupun putri yang usianya berkisar antara 16-20an tahun. Street fashion ini muncul juga dikarenakan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Jepang khususnya pada kaum muda Jepang. Hal ini berkaitan dengan jenuhnya para kaum muda Jepang dengan segala peraturan yang terlalu mengikat baik di dalam rumah, sekolah, maupun pekerjaan.

Street fashion merupakan fashion yang tidak mengikuti majalah, merek, dan iklan, namun menyebar di kalangan anak muda di jalanan. Sehingga popularitasnya lebih banyak dari “bawah ke atas” dari pada “atas ke bawah”. Majalah dan desainer banyak mengambil inspirasi dari gaya anak muda jalanan ini.

Adapun jenis street fashion yang memiliki ciri khas tertentu dalam berpakaian di Tokyo, yaitu :

1. Harajuku style 2. Shibuya style 3. Akiba style


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan Negara maju. Banyak hal menarik yang kita temui dalam mempelajari budaya jepang. Salah satunya adalah dunia fantasi yang ditampilkan manga, anime, dan sebagainya. Akhir-akhir ini banyakremaja maupun orang dewasa menyukai cosplay atau tokoh-tokoh anime di Jepang. Di hotel maupun tempat perbelanjaan juga sering mengadakan acara seperti cosplay, harajuku, maupun yang lainnya. Acara yang berkaitan dengan budaya jepang ini, pasti dikunjungi oleh beribu-ribu orang yang menikmati eforianya dengan berpakaian ala Tokyo street style Harajuku. Jepang merupakansatu kiblat fashion dunia khususnya kota Tokyo. Osaka juga terkenal akan street fashionnya yang begitu popular. Bahkan kepopulerannya yang fenomenal ini membuat banyak orang langsung terhubung dengan kata Harajuku atau Harajuku style, begitu membahasatau mendengar tentang fashion Jepang. Sebenarnya Harajuku Style bukanlah satu- satunya street fashionatau street style yang tumbuh dan berkembang di kawasan urban Jepang khususnya di kota Tokyo, masih ada Shibuya Style dan Akiba Style. Ketertarikan penulisakan street fashionini, karena kaum muda Jepang sangat kreatif dan memiliki ide-idemenarik dalam mengembangkan dunia mode busana mereka. Hal inilah yang membuat penulis tertarik dan ingin membahas mengenai mode-mode busana kaum muda di Tokyo. Dengan melihat perkembangan mode busana di berbagai Negara di luarJepang, juga menunjukkan bahwa fashion street Jepang pun semakin merambah keberbagai Negara dan menjadi trendsetter hingga saat ini. Fashion street memberikan pengaruh yang signifikan bagi setiap Negara yang ikut menganut budaya tersebut. Untuk itu penulis mencoba untuk membahas tentang street fashion yang ada di Jepangkhususnya di Tokyo dan juga ingin mengetahui lebih dalam tentang street fashion tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

1.Untuk lebih mengetahui tentang seluk-beluk budaya Jepang.

2.Untuk menambah wawasan tentang street fashion yang ada di Tokyo. 3.Untuk menambah pengetahuan penulis dan juga pembaca.

1.3Batasan Masalah

Dalam Kertas Karya ini penulis membahas mengenai gambaran umum tentang street fashion, kebudayaan dalam berpakaian, sejarah, dan jenis-jenis street fashion yang ada di Tokyo.


(9)

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam kertas karya ini adalah metode kepustakaan, yaitu metode mengumpulkan data atau informasi denagn membaca buku, serta menjelajahi internet. Selanjutnya data dibahas dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM STREET FASHION DI TOKYO 2.1Kebudayaan Dalam Berpakaian

Maraknya pop culture dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang sangat erat kaitannya dengan masuknya budaya Barat dan modernisasi di kalanganmasyarakat, khususnya masyarakat kota di Tokyo. Salah satu jenis subkultur di antara banyaknya pop culture di Jepang adalah populernya gaya berbusana anak-anak muda Jepang yang lebih dikenal dengan sebutan street fashion. Para penggunanya sebagian besar adalah remaja baik putra maupun putri yangusianya berkisarantara16-2Oan tahun. Kegiatan mereka pada saat ber-Harajuku di sekitar kawasan ber-Harajuku yang ditutup pada hari minggu adalah mempertunjukkan pakaian, tariantarian, dan berlagak seperti tokoh-tokoh anime, manga, video game sungguhan ketika mereka sedang memakai kostum. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, gaya-gaya berpakaian tersebut merupakan hasil percampuran antara budaya lokal dan luar Negeri. Namun selaindikarenakan masuknya budaya luar street fashion ini muncul juga dikarenakan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Jepang khususnya pada kaum muda Jepang. Hal ini berkaitan dengan jenuhnya para kaum muda Jepang dengan segala peraturan yang terlalu mengikat baik di dalam rumah, sekolah, maupun pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hisao Naka yang diterjemahkan oleh Emy Kuntjoro Jakti dalam buku yang berjudul Kaum MudaJepang Dalam Masa Perubahan. Ia mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya,aspek-aspek kehidupan seperti rumah tangga, sekolah, tempat kerja, persahabatan dan hubunganmasyarakat, pemuda Jepang mendapat angka yang sangat rendah dalam hal kepuasan jikadibandingkan dengan lain. Salah satu contoh ketidakpuasan pemuda-pemuda tersebut dapat digambarkan melalui kehidupan mereka disekolah, dimana sikap para guru yangotomatis memberi keterangan, dan berdasarkan keputusannya mengenai kemampuan setiap siswa hanya pada hasil-hasil ujian, dengan terlalu banyak menekankan hafalan. Kemudian, dalam bidang pekerjaan, ketidakpuasan disebabkan oleh upah yang rendah, sikap perusahaan yang hanya mementingkan diri sendiri, berkurangnya masa libur, dan pekerjaan yang sangat rutin. Dari penelitian yang dilakukannya, Ia menyimpulkan bahwa ciri yang menyolok dari pemuda Jepang adalah meskipun ketidakpuasan yang ekstrem terasa, hampir semua segi kehidupan sosial dan nasional, dari ketidakpuasan ini bersifat abstrak. Dari pernyataan-pernyataan tersebutlah dapat diketahui bahwa keabstrakan dari penolakanpara kaum muda Jepang terhadap ketidakpuasan dalam kehidupan mereka disalurkan. Salah satunya melalui cara berpakaianmereka di Harajuku. Namun, dengan menjamurnya budaya-budaya asing di dalam kehidupan remaja Jepang, tidak menghilangkan identitas asli mereka sebagai bangsa Jepang.


(11)

2.2Pengertian street fashion

Banyak orang berbicara tentang fashion, namun tidak banyak yang mengerti apa makna fashion itu sebenamya. Apakah sama dengan busana? Tata rias? Ataukah gaya rambut?

Ternyata semuanya benar. Tidak semua fashion adalah pakaian atau busana. Beberapa fashion dapat terkait dengan perubahan warna dan bentuk tubuh, misalnya penggunaan tato atau tindik dan lain sebagainya. Namun yang pasti semua fashion adalah dandanan. Fashionmerupakan suatu fenomena kolektif yang tidak bisa dihasilkan oleh seorang desainer saja, dan tidak bisa diinterpretasikan secara bebas dari sosial konteksnya. Street fashion adalah fashion yang tidakmengikuti majalah, merk, dan iklan, namun menyebar dikalangan anak muda di jalanan sehingga mekanisme popularitasnya Iebih banyak dari “bawah ke atas” daripada “atas ke bawah”. Majalah dan desainer banyak mengambil inspirasi dari gaya anak mudajalanan ini.

Di Jepang, street fashion atau street kei biasanya langsung diasosiasikan pada HarajukuStyle, khususnya Ura-Harajuku (Keet, 2007: 110).

2.3Jenis-jenis street fashion

Di dalam street fashion di Tokyo, ada berbagai macam jenis street fashion yang memiliki ciri khas tertentu dalam berpakaian atau pun berpenampilan. Berikut adalah jenisnya:

1. Harajuku Style

Harajuku (原宿) adalah nama sebuah distrik di Tokyo, Jepang, lokasinya berada di antara Shibuya, Aoyama,dan Shinjuku.

Sejak tahun 1960-an, Harajuku telah menjadi pusat fashion dan gaya di Jepang. Area tersebut terkenal akan banyaknya toko-toko yang menjual pakaian, tas, alat makeup, dan aksesoris begitu pula salon, kafe, dan toko-toko keren lainnya. Harajuku Style sangat beragam dan banyak gaya berbeda secara ekstrem, mulai dari gaya innocent Lolita hingga penampilan Dark-Punky kelompok musik rock Jepang Visual Kei. Harajuku menjadi lebih terkenal lagi diera 1980-an, tidak hanya di Jepang tetapi di mancanegara juga, hal ini karena maraknya street performance (pertunjukkan jalanan) dan pakaian-pakaian yang menarik hasil imajinasi para anak muda Jepang yang berkumpul bersama setiap hari Minggu, saat jalanan dan butik fashion di Omotesando ditutup dari lalu lintas kendaraan . inilah yang menjadi titik pertemuan sempurna antara bersenang-senang, bermain musik, dan aksi unjuk gigi.

Ciri-ciri umum Harajuku Style adalah 1.Mix and Match (padu padan)

Hal yang penting di dalam gaya Harajuku yaitu dengan memadu madankan beberapa fashion yang berbeda. Mencampur gaya yang berbeda dan menabrak


(12)

warna juga model yang ada. Apa pun boleh dipakai, selama hal itu adalah ekspresi hasil pemikiran sendiri.

2.Dress in Layers (berlapis-lapis)

Hal lain yang menjadi ciri khas gaya Harajuku adalah berlapis-lapis. Memakai sweater, jaket, atau rompi melapisi blus dan menggunakaan legging, atau kaus kaki panjang dengan boots. Biasanya juga dengan menggunakan rok berenda agar menambah voloume pada gaun luar yang dipakai.

3.Customize Your Clothes (rancang atau remodifikasi sesuai karakter diri) Memodifikasi ulang pakaian baru ataupun lama dengan gaya “do it your self” adalah hal yang popular di dalam bergaya Harajuku. Misalnya, jika kita memiliki sepotong rok, tetapi berpikir akan lebih manis apabila berpita atau lebih asimetris, maka yang harus dilakukan adalah mengambil gunting dan lem atau jarum jahit, lalu membuat rok tersebut seunik diri kita sehingga tidak ada yang menyerupainya.

4.Accessorize (bermain dengan aksesoris yang nyentrik atau eye-catchy) Tambahan aksesoris berani kita miliki, seperti ikat pinggang, anting-anting, jepit rambut, perhiasan, dan tas. Namun diingat, aksesoris tersebut yang dipakai.

Di dalam Harajuku Style juga ada berbagai macam gaya yangberagam dan berbeda, yaitu:

a. Takenoku-zoku (1979-1980)

Takenoku-zoku (竹の子族) adalahnama sekelompok anak muda street performers dengan gaya kostum mereka yang unik baggy clothes dan happi coat yang terinspirasi dari pakaian tradisional Jepang zaman Heian (784-1185) saatpengaruh budaya China masih kuat di Jepang. Nama Takenoko itu sendiri adalah anak bambu (Macias & Evers, 2007: 27-33).

b. Visual Kei (1989-saat ini)

Visual Kei adalah suatu gerakan diantara musisi Japanese rock (jrock) dan dikarakterisasi dengan elaborasi kostum esentrik, penampilan, dan gaya rambut serta make-up yang amat mencolok. Visual Kei secara harfiah berarti music gaya visual. Musik yang dimainkan biasanya berkisar antara goth rock, heavy metal, dan punk yang terinspirasi dan band-band Inggris maupun Amerika Serikat, begitu pula dengan gaya berbusana mereka. Hal yang paling menarik dari gaya Visual Kei ini adalah adanya konsep androgini (tidak dapat dibedakan antara maskulin dan feminin) dalam berdandan.

c. Lolita

Lolita adalah gaya yang memberikan imej manis dan innocent (tanpa dosa)seperti boneka. Di Jepang gaya Lolita yang manis itu dipadu padankan


(13)

dengan unsur gaya dunia hitam atau disebut dengan gaya vampire, lainhalnya dengan gothic dan punk, yang tentu saja menimbulkan efek atau kesan seram dan misterius dan didominasi warna hitam ini kemudaian dikenal dengan sebutan Gothic Lolita yang biasa disingkat menjadi Goth-Loli. Namun dalam lafal orang Jepang menjadi Gosurori (ゴスロリ) karena berasal dari bahasa asing (Macias & Evers 2007: 116-131).

d. Decora (pertengahan I 990-saat ini)

Decora muncul di pertengahan tahun 1990-an hingga sekarang. Ciri khas gaya ini adalah dekorasi diri dengan pernak-pernik yang amatberlebihan. Decora sendiri sebenarnya berasal dari kata bahasa inggris yaitu decoration.Beberapa Decora girls senang memakai piyama yang berwujud karakter hewan fantasi seperti tokoh Stitch, Pikachu, Winnie the Pooh, dan karakter lucu lainnya.

e. Fairy Kei (1996-saat ini)

Satu lagi gaya di Harajukuselain Lolita dan Decora, yaituFairy Kei. Seperti Decora Fairy kei juga menunjukan imej kekanak-kanakan yang cukup ekstrem. Bedanya, Fairy Kei tidak menggunakan aksesoris yang terlalu berlebihan seperti Decora. Seperti namanya, Fairy gaya Street Fashionini memang terinspirasi dengan dunia Fairy Tale atau cerita dongeng peri, seperti cerita-cerita Disney, princessatau Barbie. Warna-warna yang digunakan adalah warna-warna cerah dan lembut.

f. Ura-Hara Kei (1997-saat ini)

Ura-Hara merupakan singkatan Ura-Harajuku artinya daerahdibelakang Harajuku (antara Meiji st dan Aoyama st), dimana pecinta gaya ini biasa berkumpul Gaya Uru-Hara terlihat stylish-girlie, namun yang menjadi ciri khasnya adalah kesan kasual atau santai dan nyaman.

g. Mori Kei (2008-saat ini)

Mori Kei yang adalah gaya street fashion yang memberikan kesan natural dan Iebih dekat dengan alam dengan menggunakan warna-warnayangmengingatkan kita dengan suasana hutan yang sangat teduh dan nyaman. Mori(森) sendiridalam bahasa Jepang adalah hutan. Sedangkan para pecinta gaya ini disebut Mori girl atau gadis hutan.

2. Shibuya Style

Shibuya (渋谷) merupakan tetangga terdekat Harajuku, yang juga merupakan lokasi Street Style terkenal di Tokyo setelah Harajuku. Jika Harajuku Iebih


(14)

didominasi ABG berusia belasan tahun, shibuya lebih didominasi oleh wanita belia dan priamuda berusia awal 20-an. Kelompok wanita muda yang eksis di Shibuya dengan evolusi dan penampilannya disebut Gals atau Gyaru (ギャル) sedangkan yang prianyadisebut dengan Gyaruo (ギャル男) singkatan dari Gyaru Otoko atau Gyaru laki-laki. Dari zaman ke zaman para Gyaru berevolusi dengan busana dan gaya ekstrem yang berbeda. Sebagai contoh di tahun 1990-an, gaya Gyaru yang fenomenal adalah Kogal atau Kogyaru yang innocent namun seksi dengan seragam sekolahnya, namun di tahun 2000-an gaya Gyaru yang fenomenal justru gaya yang sangat jauh kesan dari innocent melainkan cenderung menakutkanyaitu gaya Ganguro yang melabrak konsep cantik masyarakat Jepang pada umumnya, sedangkan untuk saatini gaya Gyru yang sedang tren adalah gaya Onee Gyaru yang terkesandewasa dan memesona dengan keglamorannya. Selain itu, ada juga gaya Gyaru yang merupakan perpaduan dari gaya harajuku yang manis innocent dan shibuya yang cenderung classy-seksi. Misalnya, Dolly Gyaru dan Mori Gyaru, gaya yang seperti ini dikenal dengan istilah Shibuhara dan Harashibu.

Ciri-ciri umum Shibuya Style, yaitu : 1.Full of makeup

Tata rias wajah mereka sangat sempurna dan selalu disempurnakan setiap saatjika diperlukan lengan peralatan kosmetik lengkap yang selalu ada di dalam tas.

2.Fake for Perfect

Mereka sangat memperhatikan penampilan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak heran jika mereka selalu siap dengan wig berwarna coklat emas cokelat gelap, jika tidak sempat menata rambut dengan catok, kuku palsu hias,bulu mata palsu yang tebal dan lentik, lensa kontak berwama biru ataucokelat yang bercahaya dan memberikan efek dramatis.

3.B1ink-blink, fur, and branded

Barang mewah bermerk khususnya di Eropa, dan aksesoris yang terlihat gemerlap termasuk di telepon seluler mereka, wajib hukumnya untuk bergaya di Shibuya. Selain barang-barang , aksesoris yang berbulu sintetis seperti tipped, rompi, dan boots berbulu juga digemari, khususnya di musim gugur dan musim dingin. Di Shibuya Style juga terdapat berbagai macam gaya yang beragam dan berbeda, diantaranya adalah :

a.Kogal (pertengahan hingga akhir 1 990-an)

Kogal atau Kogyaru muncul dari pertengahan hingga 1990-an Gaya

Kogal umumnya merupakan gayasekolahan yang terlihat lugu danmanis sekaligus seksi didalam balutan baju sekoiah yang modis. Kata ko padakata Kogal berasal dan kata kodomo (子供) yang dalam bahasa Jepang berarti anak-anak. Kogal


(15)

sendiri memiliki keunikan yaitu memakai kaus kaki putih longgar atau disebut ruzu sokkusu (ルーズソックス), sehingga terkesan kedodoran dan membuatbetis mereka terlihat Iebih ramping.

b.Ganguro, Yamanba & Sentaa Guy (akhir I 990an-awal 2000 hingga saat ini) Gonguro gyaru banyak terdapat di Shibuya, mereka bergaya seperti orangAfro-Amerika, dengan kulit yang sangat gelap dan rambut yang di bleaching, mereka tampil nyentrik dan selalu tertawa ceria seceria warna-warni elektrik danperhiasan berwarna emas yang dikenakannya, mereka benar-benar ingin melawan konsep wanita cantik yang ada dimasyarakatnya.

Gaya Gonguro kemudian menjadi Manba atau Yamanba (dan awal tahun2000-an hingga sekarang). Masih dengan kulit gelapnya, hanya saja kulitgelapnyabukan karena dihitamkan di salon lagi, melainkanmenggunakan alas bedak berwarna gelap saja agar terhindar dari kanker kulit.

Baik Ganguro maupun Yamanba dikenal dengan sikapnya yang slebor, dan tidak tahu sopan santun. Yamanba atau ganguro memiliki tari-tarian yang sangat unik, tari-tarian ini disebut para-para (Macias & Evers, 2007: 58-69).

c.Kigurumin (2003-2004)

Kigurumin berwajah sama seperti manba, namun suka memakai piyama mascot yang berbentuk karakter tertentu atau hewan yang lucu seperti sapi, beruang, hamster, dan pernak-pernik anak lainnya seperti decora di harajuku. TetapiKigurumin ini tidak bertahan lama, kurang lebih hanya 1 tahun dandilanjutkan oleh Decora girls di Harajuku (Macias & Evers, 2007: 86-93).

d.Tren Gals (hingga saat ini)

Onee kei merupakan gaya gals atau gyaru yang sedang popular saat ini. Kata Onee pada Onee Kei pada dasarnya berasal dan kata Oneesan yang artinyakakak perempuan. Gaya ini memang memberikan kesan wanita muda yangdewasa dan memesona. Gaya mereka terkesan glamour bahkan untuk versi gayakasualnya. Suka dengan perhiasan yang serba gemerlap dan barang-barang yangekslusif, bulu mata palsu, rambut ikal bergelombang dan biasanya diwarnai pirang cokelat, bahkan mereka pun menggunakan lensa kontak yangmembesarkan pupil mata dan bercahaya agar terlihat seperti mata tokoh-tokoh karakter manga yang dramatis. Gaya Onee Kei yang ekstrem glamor disebut Hime Kei. Cirikhas hime kei adalah rambut yang disasak sedemikian rupa bentuknya.


(16)

Akihabara (秋葉原) atau Akiba telah lama dikenal sebagai daerah pusat elektronik berkelas dunia yang berada di Tokyo, Jepang. Dari barang elektronik baru hingga bekas pakai derigan kualitas yang masih baik, ada di sini. Pc, video game player seperti play station juga bermarkas di sini. Tak heran jika para pecinta anime dan karakter yang digambarkan oleh manga, anime, ataupun video tersebut begitu menggemaskan dan membuat perasaan seperti tunas yang tumbuh. OIeh karena itu, setiap kali melihat karakter yang sangat mereka sukai, mereka akan mengatakan atau mengucapkan kata moe~ seperti para gadis jepang yang suka berseru kawaii saat melihat sesuatu yang menggemaskan. Menurut kolumnis Ishihara Soichiro, istilah moe~ berasal dari kata moe-izuru yang membuat orangberpikir tentang benih yang bertunas dan tanah tumbuh ke atas (Nipponia, Maret 2007: 9).

Kebutuhanpara otaku akan dunia fantasi yang kelihatan nyata akhirnyamenginspirasipara pebisnis mendirikan restoran dan café yangmempresentasikan dunia imajinasi dan cerita-cerita manga, anime, ataupun videogame. Menjamurlah beraneka Maid Café (メイド喫茶) sejaktahun 2000-an, dengan para pelayan yang menggunakan kostum maid pelayan ala keluarga kaya Eropa. Ada juga butler café dengan pelayan yang menggunakan kostum butler atau seorangpria pelayan, café seperti ini lebih ditunjukan bagi otaku wanita. Pelayan diMeido Café ataupun Butler Café sangat luar biasa, karena pengunjungnya akandi manja dan merasa seperti di rumah sendiri dengan memiliki pelayan yang menyapanya,“okaerinasai, Gosujinsama/Ojosama” yang artinya kurang lebih selamat pulang ke rumah, Tuan atau Nyonya besar, dan untuk di kerap Buttler Café, pengunjung kerap disapa My Princess. Pelayanan special ini sebanding dengan harga yangharus di bayar oleh para pengunjung café tersebut.

Ciri-ciri umum Akiba Style (AKB-KEI), yaitu

1. Terinspirasi oleh cerita-cerita yang terdapat di manga, anime, atau video game Jepang.

2. Berkarakter dan detail.

3. Memberikan sensasi utopia atau dunia fantasi bagi yang mengenakannya maupun yang melihatnya.

Tidak hanya di Harajuku dan Shibuya di Akiba style pun ada terdapat berbagai macam gaya yang berbeda, yaitu :

a. Cosplay (1983-saat ini)

Kata cosplay (コスプレ) merupakan singkatan dari costume role play, sebuah istilah yang diciptakan untuk mengggambarkan budaya yang tumbuh di kalangan anak muda urban Jepang dimana para pemain cosplay tersebut


(17)

berdandanseperti para pemain cosplay. Ini dinamakan karena pada dasarnya mereka adalah penggemar berat anime, video games, manga (OTACOOL 2, 2010: 103).

b. Uni-cos (uniform cosplay)

Uni cos adalah cosplay yang menggunakan kostum seragam yang biasa ditemui di cerita-cerita manga, anime, video game misalnya siswi sekolah, maid, polisi wanita, dan susternya. Namun, karakternya tidak spesifik berasal dari cerita manga, anime, video game (OTACOOL, 2010: 121 dan Keet, 2007: 106).

c.Meido style

Cosplayer uni cos dengan seragam maid yang paling banyak ditemukan di Akihabara dibandingkan dikawasan distrik lainnya. Biasanya mereka bercosplay di sepanjang jalan akihabara dengan seragam yang unik dan menggemaskan untuk mempromosikan café-café tempat mereka bekerja. Mereka begitu menjiwai peran mereka sebagai pelayan rumah mewah ala Eropa.

d.Butler style

Butler style adalah gaya yang menggunakan kostum seperti kostum pria kepala pelayan rumah Eropa. Kebanyakan yang memakai kostum ini adalah seorang gadis cantik, mereka memakai kostum butler ini bergaya seperti pria (Roland Kelts, 2006: 164).

e.School Girl Style

Secara umum School Girls Style ini mempunyai dua tipe seragam sekolah untuk siswi di jepang, seragam yang seperti seragam sailor atau pelaut yang biasa disebut sera fuku (セーラー服) atau kadang juga disingkat sefuku dan blazer style yang lebihterlihat dewasa dengan kemeja putih, dasi, rok plead di atas lutut dan blazer. Padaumumnya siswi di jepang lebih menyukai seragaam blazer lengan tangan panjang.

f.Chara Cos (Chara Cosplay)

Chara Cos adalah istilah cosplay yang menggunakan kostum karakter khusus atau spesifik yang terdapat di dalam manga, anime, video game. Penggemar manga dan anime ini telah mempunyai kebiasaan berkumpul bersamadisebuah convention yang disingkat cons sejak 1970-an. Pada umumnyacosplayer ini tergabung dalam situs jejaring social cosplay, salah satunya yang paling terbesar dan terkena adalah cure (OTACOOL 2, 2010: 5).


(18)

g.Kigurumi, Cosplay, Doller, Animegao

Kigurumi (着ぐるみ) secara umum bisa diartikan sebagai mascot. Semua orang yang berkostum menutupi tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki dengankostum yang mencitrakan karakter atau tokoh-tokoh bisa disebut kigurumi,termasuk kelompok Kigurumin Gals di shibuya yang memakai piama berkarakterPikachu atau Winnie the pooh.

Namun, pengertian kigurumi secara khusus atau spesifik biasanya lebih menuju pada cosplay terekstrem yang menggunakan atribut kostum dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hingga tidak sedikit pun kulit tubuh sipemain cosplay terlihat, termasuk bagian wajahnya yang tertutupi kedok tokoh karakter manga, anime jepang yang dibawakan. Konsep ini mirip Chara Cos, hanya saja mereka memakai kedok dan kostum untuk menutupi kulit asli manusia atau cospalyer, oleh karena itu ada yang menamakan cosplayer kigurumi dengan istilah Animegao berwajah anime atau cosplay doller boneka pemain. Karakter kigurumiini tidak boleh berbicara, mereka hanya menggunakan bahasa isyarat untuk merespon, seperti para pelayan atau meido di kigurumi café bernama Aokazetei cafe yang berlokasi di Akihabara. Aturan ini mengingat bahwa mayoritas Kigurumi cosp1ayer ini adalah seorang laki-laki yang bercosplay sebagai karakter khas dunia anime Jepang yang kawaii,akan terasa aneh dan merusak imajinasi orang lain yang melihat wajah imut dan manis berkedok animegao, apabila mendengar suara mereka yang sebenarnya laki-laki dan jauh dan kesan imut (Macias & Evers, 2007: 86-93).


(19)

BAB III

PERKEMBANGAN STREET FASHION DI TOKYO 3.1Perkembangan Street Fashion di Tokyo

Perkembangan Street Fashionini tidak jauh dari majunya sebuah Negara. ini dikarenakan masyarakatnya yang sangat antusias dan mendukung Negaranyauntuk menjadi Negara yang maju dan menjadi contoh di Negara-Negara lainnya. Salah satunya adalah Street Fashion di Tokyo. Street fashion yang berkembang pesat di Jepang merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan peran kalangan anak-anak muda dan remaja di berbagai penjuru kota Jepang yang berlomba-lombauntuk menampilkan sesuatu yang baru dan unik. Tetapi yang lebih penting adalahberbagai gaya yang terciptadasarnya menampilkan kepribadianmasing-masing personal. Ada berbagai macam Street Fashion yang tercipta di Jepang, diantaranya yang terkenal adalah Harajuku Style, Cosplay, Ganguro, Lolita, dan Kogal. Street Fashion tersebut dapat dijumpai di kota-kota kawasan Jepang seperti Harajuku, Shibuya, Ginza, Odaiba, dan Shinjuku. Dengan kata lain, Street Fashiontelah menjaditrendsetter di Jepang. Fashion Jepang merupakanperpaduan gaya tradisional Jepang dan modern. Hampir sebagian besar busanatradisionalJepang berevolusi menjadi street fashion meskipun sesekalibusana tradisional asli masih dapat kita jumpai di beberapa kota besar di Jepang. Baju Jepang mulai menandingi tata busana gaya barat semenjak abad 21 danselanjutnya sekarang berubah menjadi gaya jalanan atau yang disebut dengan street fashion. Istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan mode atau gaya pakaian yang dikenakan seseorang melalui perpaduan trend mode terbaru dengan gaya tradisional. Contohnya seperti baju Jepang yang dibuat sendiri dengan tetap rnemakai bahan dasar dari toko kain.

Sekarang ini terdapat banyak macam gaya berpakaian di Jepang, termasuk juga baju dari perpaduan merk lokal dengan merk asing. Beberapa jenis gaya berpakaian tersebut terkesan ekstrim dan dapat dipandang sebagai pelopor seni yang setara dengan model peragaan busana di Eropa. Banyaknya fenomena dan naik turunnya popularitas dari kebanyakan trend baju atau pakaian tersebut telah dicatat oleh Choicer Lok sejak tahun 1997. Street fashion kini telah menjadi trendyang paling populer di Jepang. Hal itu tidak lepas dari peran anak-anak muda Jepang yang mengenakan pakaian aneh di daerah perkotaan sepertiHarajuku, Ginza, Odaiba, Shinjuku, Akihabara dan Shibuya. Tidak hanya di Jepang di Negara besar seperti Amerika juga terkena wabah Street Fashionini. Nampaknya wabahStreet Fashion Jepang tidak hanya terjadi diadikuasa tetapi juga di Indonesia. Terbukti dengan penampilan beberapa penyanyi dan grup band, baiklokal maupun nasional. Grup band yang telah terpengaruh dengan kebudayaan Jepang juga tampil dengan konsep Street Fashion.Ternyata tidak hanya publik figur atau entertainer saja yang mengikuti gaya Street Fashion, tetapi juga di kalangan anak-anak muda yang bergabung menjadisuatukomunitas. Di


(20)

dalamnya mereka bebas berekspresi sesuai dengan karakter masing-masing, Bahkan sampai mengadakan beberapa event yang berhubungandengan kebudayaan Jepang. Tetapi pada kenyataannya mereka tetap menjadi diri sendiri, karena mempelajari kebudayaan asing bukan berarti harus meninggalkan kebudayaan Indonesia atatu kebudayaan itu sendiri.

3.2Pengaruh Street Fashion Dalam Berapakaian di Tokyo

Setiap kelompok atau pun komunitas tertentu pasti mempunyai pengaruh sosial terhadap lingkungan sekitar nya. Begitu juga dengan adanya Street Fashion ini. Pengaruh street fashion di Tokyo sangat pesat, sehingga dapat menjadi kiblat fashion di Jepang oleh karena itu street fashion sangat banyak berkembang dijepang, kebanyakaan masyarakat di Tokyo lebih banyak menggabungkan fashion modern dengan fashion tradisional sehingga lebih banyak warna yang tergabung style di Tokyo. Misalnya nama umum untuk daerah sekitar StasiunHarajuku di Yamanote, Line di Shibuya. Setiap hariminggu, orang-orang baik remaja maupunanak muda memakai pakaian yang mempunyai berbagai macam gaya yaitu Gothic Lolita, Visual Kei, dan lainnya. Maka tidak heran jika penampilan dalam berbusana pun secara otomatis mengikuti cara pandang sosial yang ada.Karena remaja-remaja yang tergabung dalam Street Fashion tersebar di kota-kota Jepang, dan tidak hanya di Tokyo pengaruh mereka puncukup besar terhadap remaja-remaja Iainnya yang tidak tergabung dalamkelompok tersebut. Tetapi, sebagian masyarakat Jepang ada yang tidak terlalu terpengaruh dengan adanya Street Fashionini, di samping karena masyarakat Jepang yang mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, maka masyarakatnya pun menjadi individualis.

3.3Dampak Positif dan Negatif Yang Ditimbulkan Street Fashion

Setiap kelompok, ataupun komunitasStreet Fashion ini mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positif yang ditimbulkan karena adanya street fashion terutama di Tokyo antara lain:

1. Dapat menjadikan Jepang sebagai kiblat fashion.

2. Dari beberepa Negara di Asia Tenggara hingga Amerika juga dampak street fashion yang ada di Jepang.

3. Para remaja menjadi mudah meimilih style yang di inginkankannya dan di dalamnya mereka bebas berekspresi sesuai dengan karakter masing- masing,bahkan sampai mengadakan beberapa event yang berhubungan dengan kebudayaan Jepang. Tetapi pada kenyataannya mereka tetap menjadi diri sendiri.

Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan karena adanya street fashion di Tokyo,yaitu:


(21)

1. Dapat melupakan kebudayaan tradisional yang telah turun-temurun karena terlalu banyak fashion yang lebih menarik dari pada yang tradisional.

2. Adanya gaya berpakaian yang melahirkan culture shock yaitu terkejut dalam hal pergaulan, dalam arti bersikap terus-menerus untuk konsumtif terhadap apa yang disebut brand new dan mengagung-agungkan kata “prestige” untuk sebuah kelayakan norma sosial.

3. Mengakibatkan pemaksaan-pemaksaan kebutuhan individu, memborosi pengeluaran sendiri dan pada akhirnya terpental dan menyadari bahwa hal itu tidaklah dituntut dipenuhi dengan sebab bahwa kita penuh keterbatasan untuk rasa memiliki.

Apapun itu jenis subkultur yang ada dalam masyarakat, pasti memiliki dampak positif dan negatifnya. Tapi bagaimana kita sebagai remaja yang menjadi penerus bangsa dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita hindari.


(22)

BAB IV

KES1MPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Dari semua pembahasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu: 1. Negara Jepang sebagai negara yang pernah menutup diri dari luar itu telah

benar-benar menujukkan eksistensinya di mata dunia,baik dari segi teknologi, ilmu pengetahuan dan juga budaya. Semua itu, tidak terlepas dari pengaruh budaya luar bagi dari segi pemikiran dan budaya – budaya yang konkrit. 2. Orang Jepang tidak pemah melupakan budaya asli yang telah diturunkan oleh

nenek moyang mereka.

3. Salah satu contoh yang menjadikan Jepang sebagai panutan adalah cara mereka berpakaian atau yang lebih dikenal dengan sebutan fashion. Hal ini menjadikan Tokyo yakni ibu kota Jepang sebagai fashionnya dunia.

4. Harajuk street fashion adalah gaya dandanan anak-anak muda di Jepang yang berkumpul di sekitar kawasan harajuku dan memamerkan kostum yang mereka kenakan sambil menari, berakting, dan lain sebagainya di akhir pekan. 5. Yang menarik dari fashion ini adalah cara mereka berpakaian yang sangat

tidak lazim dikenakan oleh orang biasa. Harajuku fashion street ini merupakan salah satu subkultur yang berkembang sangat subur baik di Jepang maupun di luar Jepang.

6. Banyaknya animo masyarakat dari luar Jepang yang ikut bergaya seperti mereka baik dengan datang ke Harajuku dan ikut bergabung bersama anak- anak muda Jepang lainnya, maupun masyarakat yang menggelar kontes atau acara-acara serupa di negaranya masing-masing.

7. Ciri pakaian dari street fashion ini adalah meskipun mereka banyak memakai pakaian atau busana dari Negara barat, namun mereka tidak meninggalkan identitas asli mereka sebagai orang jepang, juga memadupadankan pakaian tradisional dengan gaya berbusana ala barat. Tidak hanya itu, mereka mampu berkreasi dengan gaya-gaya busana dari barat sehingga tercipta suatu gaya baru yang tidak ditemui ditempat lain.


(23)

4.2Saran

Ketika kita belajar suatu bahasa, sebaiknya kita juga mengetahui seluk beluk budaya dan bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai anak-anak muda bangsa Indonesia kita harus belajar dan anak-anak muda Jepang khususnya untuk dapat menciptakan suatu yang positif tanpa menghilangkan identitas asli sebagai bangsa Indonesia dan mampu membagikan hal-hal positiftersebut kepada orang lain sehingga dapat menginspirasikan mereka untuk berbuat hal-hal postif juga.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati,Hesti. 2012. Tokyo Street Fashion Paradise: Hara-Shibu-Bara. Jakarta: GramediaWidiasarana.

Keet, Philomena. 2007. The Tokyo Look Book: Stylish to Spectacular, Goth to Gyaru, Sidewalk to Catwalk, Tokyo: Kodansha Internasional.

Macias, Patrick., & Izumi Evers. 2007. Japannese Schoolgirl Inferno: Tokyo Teen Fashion Subculture Handbook. California: Chronicle Books LLC.

Kelts, Roland. 2006. Japan America: how japannese pop culture has invaded the U.S.New York: Palgrave Macmillan.

OTACOOL. 2010. OTACOOL2: Worldwide Cosplayers. Japan: Kotobukiya.

Nipponia. 2007, Maret. Dunia Kawaii yang Manis, hal. 4-9.


(1)

BAB III

PERKEMBANGAN STREET FASHION DI TOKYO

3.1Perkembangan Street Fashion di Tokyo

Perkembangan Street Fashionini tidak jauh dari majunya sebuah Negara. ini dikarenakan masyarakatnya yang sangat antusias dan mendukung Negaranyauntuk menjadi Negara yang maju dan menjadi contoh di Negara-Negara lainnya. Salah satunya adalah Street Fashion di Tokyo. Street fashion yang berkembang pesat di Jepang merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan peran kalangan anak-anak muda dan remaja di berbagai penjuru kota Jepang yang berlomba-lombauntuk menampilkan sesuatu yang baru dan unik. Tetapi yang lebih penting adalahberbagai gaya yang terciptadasarnya menampilkan kepribadianmasing-masing personal. Ada berbagai macam Street Fashion yang tercipta di Jepang, diantaranya yang terkenal adalah Harajuku Style, Cosplay, Ganguro, Lolita, dan Kogal. Street Fashion tersebut dapat dijumpai di kota-kota kawasan Jepang seperti Harajuku, Shibuya, Ginza, Odaiba, dan Shinjuku. Dengan kata lain, Street Fashiontelah menjaditrendsetter di Jepang. Fashion Jepang merupakanperpaduan gaya tradisional Jepang dan modern. Hampir sebagian besar busanatradisionalJepang berevolusi menjadi street fashion meskipun sesekalibusana tradisional asli masih dapat kita jumpai di beberapa kota besar di Jepang. Baju Jepang mulai menandingi tata busana gaya barat semenjak abad 21 danselanjutnya sekarang berubah menjadi gaya jalanan atau yang disebut dengan street fashion. Istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan mode atau gaya pakaian yang dikenakan seseorang melalui perpaduan trend mode terbaru dengan gaya tradisional. Contohnya seperti baju Jepang yang dibuat sendiri dengan tetap rnemakai bahan dasar dari toko kain.

Sekarang ini terdapat banyak macam gaya berpakaian di Jepang, termasuk juga baju dari perpaduan merk lokal dengan merk asing. Beberapa jenis gaya berpakaian tersebut terkesan ekstrim dan dapat dipandang sebagai pelopor seni yang setara dengan model peragaan busana di Eropa. Banyaknya fenomena dan naik turunnya popularitas dari kebanyakan trend baju atau pakaian tersebut telah dicatat oleh Choicer Lok sejak tahun 1997. Street fashion kini telah menjadi trendyang paling populer di Jepang. Hal itu tidak lepas dari peran anak-anak muda Jepang yang mengenakan pakaian aneh di daerah perkotaan sepertiHarajuku, Ginza, Odaiba, Shinjuku, Akihabara dan Shibuya. Tidak hanya di Jepang di Negara besar seperti Amerika juga terkena wabah Street Fashionini. Nampaknya wabahStreet Fashion Jepang tidak hanya terjadi diadikuasa tetapi juga di Indonesia. Terbukti dengan penampilan beberapa penyanyi dan grup band, baiklokal maupun nasional. Grup band yang telah terpengaruh dengan kebudayaan Jepang juga tampil dengan konsep Street Fashion.Ternyata tidak hanya publik figur atau entertainer saja yang mengikuti gaya Street Fashion, tetapi juga di kalangan anak-anak muda yang bergabung menjadisuatukomunitas. Di


(2)

dalamnya mereka bebas berekspresi sesuai dengan karakter masing-masing, Bahkan sampai mengadakan beberapa event yang berhubungandengan kebudayaan Jepang. Tetapi pada kenyataannya mereka tetap menjadi diri sendiri, karena mempelajari kebudayaan asing bukan berarti harus meninggalkan kebudayaan Indonesia atatu kebudayaan itu sendiri.

3.2Pengaruh Street Fashion Dalam Berapakaian di Tokyo

Setiap kelompok atau pun komunitas tertentu pasti mempunyai pengaruh sosial terhadap lingkungan sekitar nya. Begitu juga dengan adanya Street Fashion ini. Pengaruh street fashion di Tokyo sangat pesat, sehingga dapat menjadi kiblat fashion di Jepang oleh karena itu street fashion sangat banyak berkembang dijepang, kebanyakaan masyarakat di Tokyo lebih banyak menggabungkan fashion modern dengan fashion tradisional sehingga lebih banyak warna yang tergabung style di Tokyo. Misalnya nama umum untuk daerah sekitar StasiunHarajuku di Yamanote, Line di Shibuya. Setiap hariminggu, orang-orang baik remaja maupunanak muda memakai pakaian yang mempunyai berbagai macam gaya yaitu Gothic Lolita, Visual Kei, dan lainnya. Maka tidak heran jika penampilan dalam berbusana pun secara otomatis mengikuti cara pandang sosial yang ada.Karena remaja-remaja yang tergabung dalam Street Fashion tersebar di kota-kota Jepang, dan tidak hanya di Tokyo pengaruh mereka puncukup besar terhadap remaja-remaja Iainnya yang tidak tergabung dalamkelompok tersebut. Tetapi, sebagian masyarakat Jepang ada yang tidak terlalu terpengaruh dengan adanya Street Fashionini, di samping karena masyarakat Jepang yang mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, maka masyarakatnya pun menjadi individualis. 3.3Dampak Positif dan Negatif Yang Ditimbulkan Street Fashion

Setiap kelompok, ataupun komunitasStreet Fashion ini mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positif yang ditimbulkan karena adanya street fashion terutama di Tokyo antara lain:

1. Dapat menjadikan Jepang sebagai kiblat fashion.

2. Dari beberepa Negara di Asia Tenggara hingga Amerika juga dampak street fashion yang ada di Jepang.

3. Para remaja menjadi mudah meimilih style yang di inginkankannya dan di dalamnya mereka bebas berekspresi sesuai dengan karakter masing- masing,bahkan sampai mengadakan beberapa event yang berhubungan dengan kebudayaan Jepang. Tetapi pada kenyataannya mereka tetap menjadi diri sendiri.

Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan karena adanya street fashion di Tokyo,yaitu:


(3)

1. Dapat melupakan kebudayaan tradisional yang telah turun-temurun karena terlalu banyak fashion yang lebih menarik dari pada yang tradisional.

2. Adanya gaya berpakaian yang melahirkan culture shock yaitu terkejut dalam hal pergaulan, dalam arti bersikap terus-menerus untuk konsumtif terhadap apa yang disebut brand new dan mengagung-agungkan kata “prestige” untuk sebuah kelayakan norma sosial.

3. Mengakibatkan pemaksaan-pemaksaan kebutuhan individu, memborosi pengeluaran sendiri dan pada akhirnya terpental dan menyadari bahwa hal itu tidaklah dituntut dipenuhi dengan sebab bahwa kita penuh keterbatasan untuk rasa memiliki.

Apapun itu jenis subkultur yang ada dalam masyarakat, pasti memiliki dampak positif dan negatifnya. Tapi bagaimana kita sebagai remaja yang menjadi penerus bangsa dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita hindari.


(4)

BAB IV

KES1MPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Dari semua pembahasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu: 1. Negara Jepang sebagai negara yang pernah menutup diri dari luar itu telah

benar-benar menujukkan eksistensinya di mata dunia,baik dari segi teknologi, ilmu pengetahuan dan juga budaya. Semua itu, tidak terlepas dari pengaruh budaya luar bagi dari segi pemikiran dan budaya – budaya yang konkrit. 2. Orang Jepang tidak pemah melupakan budaya asli yang telah diturunkan oleh

nenek moyang mereka.

3. Salah satu contoh yang menjadikan Jepang sebagai panutan adalah cara mereka berpakaian atau yang lebih dikenal dengan sebutan fashion. Hal ini menjadikan Tokyo yakni ibu kota Jepang sebagai fashionnya dunia.

4. Harajuk street fashion adalah gaya dandanan anak-anak muda di Jepang yang berkumpul di sekitar kawasan harajuku dan memamerkan kostum yang mereka kenakan sambil menari, berakting, dan lain sebagainya di akhir pekan. 5. Yang menarik dari fashion ini adalah cara mereka berpakaian yang sangat

tidak lazim dikenakan oleh orang biasa. Harajuku fashion street ini merupakan salah satu subkultur yang berkembang sangat subur baik di Jepang maupun di luar Jepang.

6. Banyaknya animo masyarakat dari luar Jepang yang ikut bergaya seperti mereka baik dengan datang ke Harajuku dan ikut bergabung bersama anak- anak muda Jepang lainnya, maupun masyarakat yang menggelar kontes atau acara-acara serupa di negaranya masing-masing.

7. Ciri pakaian dari street fashion ini adalah meskipun mereka banyak memakai pakaian atau busana dari Negara barat, namun mereka tidak meninggalkan identitas asli mereka sebagai orang jepang, juga memadupadankan pakaian tradisional dengan gaya berbusana ala barat. Tidak hanya itu, mereka mampu berkreasi dengan gaya-gaya busana dari barat sehingga tercipta suatu gaya baru yang tidak ditemui ditempat lain.


(5)

4.2Saran

Ketika kita belajar suatu bahasa, sebaiknya kita juga mengetahui seluk beluk budaya dan bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai anak-anak muda bangsa Indonesia kita harus belajar dan anak-anak muda Jepang khususnya untuk dapat menciptakan suatu yang positif tanpa menghilangkan identitas asli sebagai bangsa Indonesia dan mampu membagikan hal-hal positiftersebut kepada orang lain sehingga dapat menginspirasikan mereka untuk berbuat hal-hal postif juga.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati,Hesti. 2012. Tokyo Street Fashion Paradise: Hara-Shibu-Bara. Jakarta: GramediaWidiasarana.

Keet, Philomena. 2007. The Tokyo Look Book: Stylish to Spectacular, Goth to Gyaru, Sidewalk to Catwalk, Tokyo: Kodansha Internasional.

Macias, Patrick., & Izumi Evers. 2007. Japannese Schoolgirl Inferno: Tokyo Teen Fashion Subculture Handbook. California: Chronicle Books LLC.

Kelts, Roland. 2006. Japan America: how japannese pop culture has invaded the U.S.New York: Palgrave Macmillan.

OTACOOL. 2010. OTACOOL2: Worldwide Cosplayers. Japan: Kotobukiya.

Nipponia. 2007, Maret. Dunia Kawaii yang Manis, hal. 4-9.