PERSEPSI GURU HONORER SMP KECAMATAN WAY PENGUBUAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TERHADAP ISI UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PPPK (PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA) TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU HONORER SMP KECAMATAN WAY PENGUBUAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TERHADAP ISI UU NOMOR 5

TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PPPK (PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA)

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

MAHMUDAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan persepsi guru honorer terhadap sistem PPPK yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru honorer yang ada di SMP Negeri 2 Way Pengubuan, MTs Al-Hidayah Candirejo dan SMP Bina Bhakti yang ada di Kecamatan Way Pengubuan. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan interval dan presentase.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa indikator pemahaman guru honorer terhadap PPPK sebesar 65,00% masuk dalam kategori tidak paham. Indikator tanggapan guru honorer terhadap PPPK sebesar 55,00% masuk dalam kategori setuju. Indikator harapan guru honorer terhadap PPPK sebesar 47,50% masuk dalam kategori setuju. Dengan demikian bahwa PPPK dalam penyebaran informasi masih kurang dipahami namun dapat dijalankan sebagai salah satu cara memajukan dunia pendidikan di Indonesia.


(2)

PERSEPSI GURU HONORER SMP KECAMATAN WAY PENGUBUAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TERHADAP ISI UU NOMOR 5

TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PPPK (PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA)

TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

MAHMUDAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Candirejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 12 Januari 1993 dengan nama lengkap Mahmudah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami istri Bapak H.Ahmad Sholihin,S.Pd.I. dan Ibu Warsilatun (Almh.). Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK PKK Candirejo diselesaikan pada tahun 1999 2. SD Negeri 2 Candirejo diselesaikan pada tahun 2005

3. SMP Negeri 2 Way Pengubuan diselesaikan pada tahun 2008 4. SMA Negeri 1 Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur undangan. Pada tahun 2013 pada tanggal 22-28 Januari 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Yogyakarta-Bandung-Jakarta. Pada tanggal 01 Juli 2014-17 September 2014 penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Pematang Sawah di Desa Karang Brak Kecamatan Pematang Sawah Kabupaten Tanggamus.


(7)

Persembahan

Alhamdulillahirobbil’alamin...

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan berkah-Nya Ku persembahkan karya nan sederhana ini kepada:

Bapak dan Alharhummah Mamak Tersayang...

Terimakasih atas do’a dan kasih sayang serta pengorbanan selama ini, yang telah mendidik, menyayangi dan mengajari banyak hal, serta memberikan semangat,

hingga akhirnya dapat menyelesaikan karya ini, walau Mamak telah berada di dunia yang berbeda tapi tetap menjadi orang tua yang terhebat. Terimakasih Pak,

semoga kelak anakmu ini dapat meringankan langkahmu.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung


(8)

Motto

Tidak Semua yang Kita Inginkan Harus Terjadi Seketika. Kita Tidak Hidup di Dunia Dongeng.


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Persepsi Guru Honorer SMP Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah terhadap Isi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si.Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(10)

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi PPKn. 7. Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H. selaku pembahas I. Juga Bapak

Rohman, S.Pd.,M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya, Bapak M. Mona adha, S.Pd.,M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Tubagus Ali Rahman, S.Pd.,M.Pd., serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

8. Kedua orang tuaku tercinta serta adikku, juga seluruh keluarga besarku dan saudara-saudaraku tercinta terima kasih atas doa, senyum, airmata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada terkira benilainya dari segi apapun untukku;


(11)

9. Kepala SMP Negeri 2 Way Pengubuan, Bapak Sukimin, S.Pd., M.MPd., serta dewan guru yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian skripsi penulis;

10.Kepala MTs Al-Hidayah Candirejo, Bapak Edhy Widharto, S.Pd., serta dewan guru yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian skripsi ini;

11.Kepala SMP Bina Bhakti Banjar Kertahayu, Bapak M.Sahroni, S.Pd., serta dewan guru yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian skripsi ini;

12.Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu membantu aku di saat-saat sulitku (Sri Widiawati, Putri Dian Purnama, Desi Wijayanti, Novita Widiyaningrum, Tri Yuli Susanti, Elva Retnawati, Elisa Seftriyana dan Mela Antika Sari (Almh.) ) dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan masukan dan motivasi serta tempat untuk mengadu dikala gundah gulana;

13.Teman-teman seperjuanganku di Prodi PPKn angkatan 2011 baik ganjil maupun genap serta Kakak tingkat dan adik tingkat, dari angkatan 2009 – 2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan yang kalian berikan;

14.Keluarga besar SMP Negeri 3 Pematang Sawah, juga tidak terlupa teman-teman KKN dan PPL (Elcho, Nina, Emil, Hesti, Maya, Tommy, Aziz, Ichan dan Agnes) terimakasih selama tiga bulan telah mengajariku banyak hal dan kebersamaannya;


(12)

15.Adik-adik tingkat yang bertugas di laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Ridho, Yanda, Rokhim dkk) terimakasih atas bantuannya selama ini;

16.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis

Mahmudah


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 8

a. Kegunaan Teoritis ... 8

b. Kegunaan Praktis ... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Ruang Ilmu ... 9

2. Ruang Lingkup Objek ... 10

3. Ruang Lingkup Subjek ... 10

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 10

5. Ruang Lingkup Waktu ... 10

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Deskripsi Teori ... 11

1. Pengertian Persepsi Guru Honorer ... 11

a. Pengertian Persepsi ... 11


(14)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13

d. Pengorganisasian Persepsi ... 15

e. Proses Persepsi ... 16

f. Profesi Guru dan jenisnya ... 17

g. Guru Honorer ... 25

2. Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 ... 26

a. Pokok-pokok UU No.5 Tahun 2014 ... 26

b. PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) ... 28

1. Umum ... 28

2. Penetapan Kebutuhan ... 28

3. Pengadaan ... 28

4. Penilaian Kinerja ... 29

5. Penggajian dan Tunjangan ... 30

6. Pengembangan Kompetensi ... 30

7. Pemberian Penghargaan ... 30

8. Disiplin ... 31

9. Pemutusan Hubungan Kerja ... 31

10.Perlindungan ... 32

c. Perbedaan PPPK dengan PNS ... 32

B. Kerangka Pikir ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A.Jenis Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 36

C.Variabel Penelitian ... 37

1. Variabel Bebas ... 37

2. Variabel Terikat ... 37

D.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 38

E. Rencana Pengukuran Variabel ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Teknik Pokok ... 40

2. Teknik Penunjang ... 41

G.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 42

1. Uji Validitas ... 42

2. Uji Reliabilitas ... 42

H.Teknik Analisis Data ... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Langkah-Langkah Penelitian ... 45

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 45

2. Penelitian Pendahuluan ... 46

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 47

4. Pelaksanaan Penelitian ... 47

5. Analisis Uji Coba Angket ... 48

B. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 52

1. SMP Negeri 2 Way Pengubuan ... 52

1.1.Sejarah Berdirinya ... 52


(15)

1.3.Keadaan Guru dan Staff ... 54

1.4.Keadaan Peserta Didik ... 55

2. MTs Al-Hidayah Candirejo ... 55

2.1.Sejarah Berdirinya ... 55

2.2.Keadaan Sarana dan Prasarana ... 56

2.3.Keadaan Guru dan Staff ... 57

2.4.Keadaan Peserta Didik ... 57

3. SMP Bina Bhakti ... 58

3.1.Sejarah Berdirinya ... 58

3.2.Keadaan Sarana dan Prasarana ... 59

3.3.Keadaan Guru dan Staff ... 59

3.4.Keadaan Peserta Didik ... 59

C. Deskripsi Data ... 60

1. Pengumpulan Data ... 60

2. Penyajian Data ... 61

a. Penyajian Data indikator pemahaman ... 61

b. Penyajian Data indikator tanggapan ... 63

c. Penyajian Data indikator harapan ... 66

D. Pembahasan ... 68

V. KESIMPULAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Aspek Perbedaan Penilaian Guru PNS dan Guru Honorer ... 5

2.1. Perbedaan Guru Pegawai Negeri Sipil dan GTT ... 23

2.2. Lanjutan ... 24

3.1. Jumlah Populasi Guru Honorer di Kecamatan Way Pengubuan Tahun 2014 ... 36

4.1. Distribusi skor hasil uji coba angket dari 10 orang di luar responden. Mengenai sistem PPPK item ganjil (X) ... 49

4.2. Distribusi skor hasil uji coba angket dari 10 orang di luar responden Mengenai sistem PPPK item genap (Y) ... 49

4.3. Lanjutan ... 50

4.4. Distribusi antara item ganjil (X) dengan item genap (Y) mengenai Persepsi guru Honorer terhadap PPPK ... 50

4.5. Jumlah gedung SMP Negeri 2 Way Pengubuan ... 54

4.6. Jumlah guru/staff SMP Negeri 2 Way Pengubuan ... 54

4.7. Jumlah peserta didik SMP Negeri 2 Way Pengubuan TA 2014/2015 . 55 4.8. Jumlah gedung MTs Al-Hidayah Candirejo ... 56

4.9. Lanjutan ... 57

4.10.Jumlah Guru/Staff MTs Al-Hidayah Candirejo ... 57

4.11.Jumlah peserta didik MTs Al-Hidayah Candirejo TA 2014/2015 ... 57

4.12.Jumlah gedung SMP Bina Bhakti ... 59

4.13.Jumlah Guru/Staff SMP Bina Bhakti ... 59

4.14.Jumlah peserta didik SMP Bina Bhakti TA 2014/2015 ... 60

4.15.Distribusi frekuensi dari indikator pemahaman ... 62

4.16.Distribusi frekuensi dari indikator tanggapan ... 65


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 34


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Pendahuluan 3. Kisi-Kisi Angket

4. Angket/Kuesioner 5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 7. Distribusi Skor Angket Indikator Pemahaman 8. Distribusi Skor Angket Indikator Tanggapan 9. Distribusi Skor Angket Indikator Harapan


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu proses yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara dalam membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu agar kelak negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi yang memiliki kesadaran tersebut. Pendidikan terdiri dari latihan fisik, mental, moral dan spiritual agar para peserta didik menjadi manusia yang berbudaya dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai manusia yang berbudaya dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berguna bagi negara. Terdapat tiga variabel penting di dalam dunia pendidikan, yaitu kurikulum, guru dan proses belajar mengajar. Guru menempati peran sentral dan paling menentukan walau ketiganya memiliki hubungan yang terkait satu sama lain.

Profesi guru dapat menghasilkan profesi lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Ada beberapa orang yang jalan hidupnya berubah karena terinspirasi oleh seorang guru. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan


(20)

2 pendidikan menengah. Guru bukan hanya sebagai pemberi pengetahuan sekaligus sebagai panutan yang selama di sekolah akan ditiru oleh peserta didik. Setiap guru harus memiliki rasa tanggung jawab akan keberhasilan peserta didik.

Guru merupakan salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan Seorang guru memegang tugas ganda yaitu sebagai seorang pengajar sekaligus sebagai pendidik. Pendidik yang dimaksud adalah guru memiliki tugas untuk membimbing dan membawa para peserta didik sebagai manusia yang aktif, kreatif serta mandiri. Sedangkan sebagai pengajar guru memiliki tugas untuk memberikan pelajaran ke dalam otak peserta didik. Sehingga penting sekali peran seorang guru di dalam dunia pendidikan formal terutama jenjang sekolah dasar dan menegah.

Dalam menanggapi kekurangan guru di awal 2000-an, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil, pada tahun 2003 pemerintah pusat memperkenalkan skema untuk memperkejakan lebih banyak guru dengan kontrak jangka pendek yang disebut dengan guru kontrak/honorer. Guru honorer yang biasa disebut dengan pegawai tidak tetap di dalam Undang-undang nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian disebut dalam pasal 2 ayat (3) disamping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Sehingga pengangkatan guru honorer itu menjadi kewenangan pihak sekolah atau pimpinan instansi.


(21)

3 Data yang tidak dipublikasikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa pemerintah mempekerjakan 190.700 guru kontrak pada tahun 2003 dan 79.200 di tahun 2004 (yang akhirnya guru ini dipekerjakan sebagau guru tetap berstatus PNS). Proporsi guru honorer relatif tinggi bahkan di sekolah umum. Saat ini angkanya sekitar 27% di sekolah dasar, 20% di sekolah menengah pertama dan 21% di sekolah menengah atas. Angka ini pun diprediksi semakin meningkat pada sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil yang memiliki akses susah untuk dijangkau oleh pemerintah dan sekolah-sekolah swasta darurat yang dibuat untuk mengatasi kekurangan sarana pendidikan di daerah padat penduduk.

Berbeda dengan guru PNS, guru honorer memiliki perbedaan yang signifikan dari segi kinerja maupun tingkat kesejahteraan yang diperoleh. Kebanyakan para guru PNS memiliki tingkat kesejahteraan mapan yang diperolehnya dari pemerintah yang terkadang kinerjanya kurang diawasi. Berbeda dengan guru honorer yang kadang berkerja di pendidikan formal yang menggunakan sistem gaji/jam pelajaran. Para guru honorer dituntut untuk mampu mengisi sebanyak jam pelajaran yang kurang diampu oleh para guru PNS. Keadaan ini membuat pemerintah membuat sebuah undang-undang yang mengatur mengenai aparat sipil negara, yaitu Undang-undang nomor 5 Tahun 2014 yang diantaranya menetapkan sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Yang diharapkan mengurangi ketidakjelasan nasib para guru honorer yang sudah mengabdi untuk mencerdaskan para anak bangsa.


(22)

4 Walaupun sampai saat ini pengetahuan dan pemahaman para masyarakat Indonesia terkhusus para guru honorer mengenai Undang-undang nomor 5 tahun 2014 ini masih sangat rendah. Hal itu dikarenakan kurangnya sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai keberadaan UU dan sistem PPPK ini. Para guru honorer mengetahui mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah hanya melalui berita-berita yang ditayangkan di televisi dalam negeri. Bahkan pemerintah pun terkesan dalam melakukan penyebaran informasi UU melalui sosialisasi-sosialisasi di beberapa instansi atau kalangan tertentu.

Dicetuskannya undang-undang ini untuk memberikan solusi bagi warga negara Indonesia yang ingin menjadi salah satu abdi negara termasuk seorang guru yang digaji oleh pemerintah dan diakui oleh negara. Namun, menurut Pasal 99 ayat (3) disebutkan bahwa PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon pegawai negeri sipil. Ayat (4) menyebutkan untuk menjadi PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berbeda dengan guru honorer, sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 2005, Peraturan Pemerintah noor 43 tahun 2007 dan yang terakhir Peraturan Pemerintah nomor 56 tahun 2012 yang menyebutkan guru honorer dapat diangkat menjadi calon PNS, namun dengan persyaratan administrasi tertentu melalui seleksi dan tes.

Sistem PPPK ini tentu saja meresahkan guru-guru yang masih berstatus honorer/kontrak, mereka mengganggap bahwa dengan adanya sitem PPPK ini


(23)

5 akan menghapuskan sistem honorer yang selama ini dijalani apabila para guru honorer ini tidak lolos dalam seleksi penerimaan PPPK. Pengadaan PPPK harus melalui beberapa tahapan, yakni perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan Sedangkan menurut hasil pengamatan, perbedaan yang mencolok jelas terlihat antara guru yang berstatus sebagai PNS dengan guru yang masih berstatus honorer seperti yang terdapat dalam data tabel berikut ini

Tabel 1.1. Aspek Perbedaan Penilaian Guru PNS dan Guru Honorer No. Aspek yang diamati Guru PNS Guru Honorer

T KT TT T KT TT 1 Penguasaan bahan mata pelajaran √ √

2 Pengelolaan program belajar

mengajar √ √

3 Kemampuan pengelolaan kelas √ √

4 Penggunaan media sumber belajar √ √

5 Penguasaan landasan pendidikan √ √

6 Penguasaan interaksi belajar

mengajar √ √

7 Penilaian prestasi siswa untuk

kepentingan pengajaran √ √

8 Kemampuan mengenali dan menyelenggarakan administrasi sekolah

√ √

9 Pemanfaatan prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan

pengajaran

√ √

10 Tingkat kesejahteraan √ √

11 Pemahaman UU nomor 5 Tahun

2014 √ √

Keterangan: T : Terpenuhi

KT : Kurang Terpenuhi TT : Tidak Terpenuhi


(24)

6

Berdasarkan tabel tersebut, menggambarkan masih banyaknya perbedaan yang mencolok antara guru PNS dan guru honorer. Dimulai dari tingkat penguasaan bahan mata pelajaran yang selama pengamatan menunjukkan bahwa para guru PNS terkesan kurang menguasai dibanding para guru honorer terutama guru honorer yang berlabel fresh graduate. Para guru honorer ini yang jelas-jelas memiliki ilmu terkini mengungguli pengetahuan mengenai mata pelajaran dibanding para guru PNS yang memang secara pengalaman tidak dapat mengalahkan para guru honorer ini. Namun tidak dapat dipungkiri dari hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa tingkat kesejahteraan para guru PNS jauh lebih sejahtera dibandingkan para guru honorer yang diantaranya memperoleh gaji dalam jangka waktu tiga bulan sekali ketika dana BOS telah disalurkan dari pemerintah ke pihak sekolah.

Meskipun para guru ini sudah mendapatkan gaji setiap bulannya. Namun ini tidak adil mengingat kebutuhan hari tua dan jaminan kesehatan yang harus dipikirkan. Karena walaupun seumpama para guru honorer ini diterima sebagai PPPK, jaminan yang diperoleh hanya sebatas waktu atau masa perjanjian kerjanya. Kelak saat mereka suda tidak sebagai PPPK mereka tidak akan memperoleh jaminan kesehatan, jaminan kematian, perlindungan hukum dan lain-lain. Para guru honorer tersebut mengharapkan kelak pemerintah dapat mengesahkan sebuah undang-undang yang memperjelas nasib mereka.

Jika honorer diberi gaji dari pemerintah daerah, maka PPPK diberi gaji dari pemerintah pusat dan memiliki undang-undang tersendiri. Para PPPK akan menerima perlakuan layaknya pegawai negeri pada umumnya, yakni


(25)

7 menerima hak gaji pegawai negeri, berhak mengikuti kompetensi kenaikan pangkat, berhak atas tunjangan penambahan penghasilan dan hak-hak lainnya, terkecuali hak atas nomor induk pegawai (NIP) dan tunjangan pensiun atau tunjangan hari tua sebagaimana pegawai negeri pada umumnya. Pemerintah tidak mungkin membuat semua guru honorer bisa masuk menjadi PPPK tahun ini. Pasalnya, jumlah honorer K2 yang ikut seleksi sebanyak 253 ribu, sementara yang diterima hanya sekitar 100 ribu. Sehingga diprediksi apabila program ini dilaksanakan akan banyak guru honorer yang tersingkir dan digantikan oleh para PPPK. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian mengenai Persepsi Guru Honorer SMP Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Terhadap isi UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya jumlah guru honorer di sekolah-sekolah

2. Tingginya tingkat kesenjangan antara guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan guru honorer

3. Kurang pahamnya para guru mengenai Undang-undang nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparat Sipil Negara dan Sistem PPPK yang ada di dalamnya 4. Kurangnya sosialisasi mengenai Undang-undang nomor 5 Tahun 2014


(26)

8 C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai persepsi para guru honorer mengenai sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang ada di dalam Undang-undang nomor 5 tahun 2014 di SMP Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepi guru honorer SMP Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah terhadap isi Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) Tahun Pelajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru honorer SMP Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah terhadap isi Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian tentang Persepsi Guru Honorer SMP Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Terhadap isi UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) Tahun Pelajaran 2014/2015 untuk mengembangkan


(27)

9 pengetahuan mengenai salah satu peraturan mengenai sistem kepegawaian yang ada di Indonesia terutama pengetahuan para guru honorer.

b. Kegunaan Praktis

1. Bagi peneliti kegunanaan penelitian adalah untuk menambah wawasan mengenai Undang-undang nomor 5 tahun 2014 serta mengasah kemampuan peneliti dalam melaksanakan tugas kuliah. 2. Bagi pihak sekolah atau tempat penelitian kegunaan penelitian ini

adalah untuk menambah pengetahuan sekaligus sebagai wadah sosialisasi mengenai sistem PPPK.

3. Bagi pihak program studi diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa lain mengenai sistem PPPK dan sistematika penulisan skripsi.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup Ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan persepsi para guru honorer tentang sistem PPPK yang tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparat Sipil Negara.


(28)

10 2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah Persepsi Guru Honorer Terhadap Isi UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah para guru honorer yang mengajar di beberapa SMP di Kecamatan Way Pengubuan.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah beberapa SMP di Kecamatan Way Pengubuan.

5. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sesuai dengan surat izin penelitian bernomor 1672/UN26/3/PL/2015 oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 04 Maret 2015.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi Guru Honorer a. Pengertian persepsi

Setiap manusia memiliki pendapat atau persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing dalam menafsirkan objek tersebut. “Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan” (Sunaryo,2004: 94).

“Persepsi (perception) adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka” (Judge Timothy dan Robbins Stephen,2008: 175). Menurut Rakhmat dalam Tangkilisan (2007: 288) mengartikan bahwa “persepsi merupakan pengalaman tentang objek,


(30)

12 peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.

Persepsi adalah “pandangan orang tentang kenyataan. Persepsi merupakan proses yang kompleks yang dilakukan orang untuk memilih, mengatur dan memberi makna pada kenyataan yang dijumpai disekelilingnya” (Hardjana Agus,2003: 40).

Menurut pendapat Young dalam Adrian (2010: 1) yang dimaksud dengan persepsi adalah:

“Persepsi merupakan aktivitas mengindra, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada objek-objek fisik maupun objek sosial, dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada dilingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain”.

Sesuai dengan pendapat para ahli di atas, maka dapat diampil kesimpulan bahwa persepsi merupakan penafsiran unik terhadap situasi dan bukan pencarian yang benar terhadap situasi. Proses persepsi meliputi interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran yang semuanya sangat tergantung pada penginderaan data. Persepsi adalah hasil akhir dari serangkaian usaha manusia untuk menilai dan memandang suatu hal yang dianggap penting.

b. Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004: 98), syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:


(31)

13 a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi

c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang

kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Krech & Richard dalam Agustinus Tampubolon (2012: 16-17) menjelaskan adanya dua faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:

1. Faktor Fungsional

Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau stimulus tetapi karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulus itu. Faktor-faktor stimulus terdiri atas:

a. Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menerap pada diri seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menghasilkan perbedaan persepsi.

b. Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang.


(32)

14 c. Suasana emosi, suasana hati seseorang baik dalam keadaan sedih, bahagia, gelisah, maupun marah akan mempengaruhi persepsi.

d. Latar belakang budaya, latar belakang budaya dimana orang tersebut berada atau berasal akan berpengaruh terhadap suatu objek rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan sistem syaraf individu yang meliputi:

1. Kemampuan berpikir 2. Daya tangkap duniawi

3. Saluran daya tangkap yang ada pada manusia

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dapang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang berkerja sebagai reseptor. Namun sebagian tersebesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai syarat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan


(33)

15 syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadara. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Bimo Walgito, 2010: 101).

d. Pengorganisasian Persepsi

Menurut Adi dalam Agustinus Tampubolon (2012: 17-18) “ada empat hal yang menjadi bahan pembicaraan para ahli terkait dengan pengorganisasian persepsi”, antara lain:

1. Persepsi Bentuk

Persepsi bentuk adalah pengorganisasian bentuk-bentuk yang ada, karena dalam menginderai suatu objek, manusia cenderung mempersepsi sejumlah objek secara terorganisir dalam suatu kelompok.

2. Persepsi Kedalaman Visual

Mata sebagai alat penginderaan mempunyai keistimewaan yang luar biasa, karena sebagai alat sensoris dua dimensi ia dapat melihat lingkungan secara tiga dimensi. Hal ini dapat terjadi karena kita


(34)

16 tidak dapat mengolah informasi visual (cues) dua dimensi menjadi tiga dimensi dalam melihat jarak dan kedalaman visual.

3. Kestabilan pada persepsi

Input sensorik yang diterima oleh pancaindera tidaklah selalu tetap dan stabil, karena dunia kita adalah dunia yang dinamis. Tetapi pada sisi yang lain, kestabilan pada persepsi dapat membantu seseorang agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

4. Persepsi Gerak

Dilihat dari gerakan suatu objek maka ada dua jenis persepsi yang dapat terjadi:

a. Real Motion, gerakan yang kita lihat dapat terjadi karena objek yang kita amati benar-benar bergerak

b. Apparent Motion, objek terlihat bergerak meskipun sebenarnya objek tersebut tidak bergerak.

e. Proses Persepsi

Menurut Miftah Toha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahap, yaitu:

1. Stimulus atau rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

2. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat


(35)

17 mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yanitu proses memberika arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

f. Profesi Guru dan jenisnya

Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. “Secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar” (Suparlan,2008: 12).

“Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagai besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan” (Ngainun Naim,2009: 1). Sedangkan menurut Drs. N.A Ametembun dalam (Syaiful Bahri Djamarah,2010: 23), bahwa “guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah”.


(36)

18 Beberapa tingkatan profesi guru menurut Chamberlin dalam Oemar Hamalik (2002: 26) terdiri dari: “cadet teacher, executive teacher, lead teacher, master teacher, provisional teacher, profesional teacher, regular teacher, senior teacher, special teacher, teacher assistant, teacher intern, danteam leader”. Berikut ini penjelasannya:

1. Guru pelaksana (executive teacher)

Executive teacher dan team leader hampir mirip. Keduanya bertanggung jawab melaksanakan kegiatan-kegiatan instruksional, bahkan merupakan figur kunci dalam pengajaran sekolah. Mereka bertanggung jawab menyusun rencana dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari yang menjadi tugas staf pengajar. Kedua jenis guru tersebut juga dipandang sebagai master teacher dan melakukan serta membina kelas-kelas yang besar (kelompok besar). Jenis staf ini harus memiliki persiapan dulu pada tingkat sarjana (master degree), telah memiliki pengalaman mengajar di kelas. Seorang

executive teacher juga berperan sebagai supervisor. Tugas executive teacher adalah:

a) Menilai kemajuan program.

b) Mengkoordinasi, mengarahkan dan menata kegiatan tim c) Mengonsumsikan semua informasi dari dan atau ke tim. d) Membuat keputusan dalam situasi tertentu.

e) Bertindak sebagai manusia sumber dari tim. f) Mendorong dan melaksanakan kegiatan riset. g) Sebagai model bagi anggota tim.

h) Mewakili tim terhadap administrasi dan terhadap masyarakat. i) Merangsang pemikiran dan tindakan.

j) Memajukan artikulasi program tim dengan program-program lainnya di sekolah.

k) Mengarahkan dan membantu guru yang butuh bantuan, terutama anggota tim yang masih baru.


(37)

19 m)Koordinasi dengan kepala sekolah dalam hubungan dengan

program, ketertiban dan tingkah laku siswa. n) Memelihara literatur tentang profesi.

o) Bertindak sebagai anggota dewan panasihat sekolah.

p) Mengajar, terutama terhadap kelas yang besar dalam rangka memberikan bahan-bahan untuk murid yang baru.

2. Guru profesional (professional teacher)

Senior teacher, master teacher, lead teacher dan professional teacher dikelompokkan dalam kategori ini. Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapatkan ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar. Guru-guru ini diharapkan dan dikualifikasikan untuk mengajar di kelas yang besar dan bertindak sebagai pimpinan bagi para anggota staf lainnya dalam membantu persiapan akademis sesuai dengan minatnya. Beberapa tugasnya antara lain:

a) Bertindak sebagai model bagi para anggota lainnya. b) Merangsang pemikiran dan tindakan.

c) Memimpin perencanaan dalam mata pelajaran atau daerah pelajaran tertentu.

d) Memberikan nasihat kepada executive teacher sesuai dengan kebutuhan tim.

e) Membina/memelihara literatur profesional dalam daerah pelajarannya.

f) Bertindak atau memberikan pelayanan sebagai manusia sumber dalam daerah pelajaran tertentu dengan referensi pada in-service, training, dan pengembangan kurikulum.

g) Mengembangkan file sumber kurikulum dalam daerah pelajaran tertentu dan mengajar kelas-kelas yang paling besar.

h) Memelihara hubungan denga orang tua murid dan memberikan komentar atau laporan.


(38)

20 3. Guru Provisional (provisional teacher)

Merupakan anggota staf yang telah menempuh program pendidikan guru selama empat tahun dan telah memperoleh ijazah negara tetapi belum memiliki atau masih kurang pengalaman mengajar. Tingkatan guru ini sering disebut sebagai regular teacher, guru baru

(beginning teacher) atau guru provisional. Tugasnya antara lain: a) Ikut serta dalam kegiatan membuat rencana pelajaran dan

merencanakan sendiri pelajaran untuk beberapa kelompok siswa.

b) Melakukan studi terhadap kumpulan catatan (cumulative records) semua siswa yang ditugaskan ke dalam tim untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka.

c) Memelihara hubungan dengan orang tua murid melalui pertemuan-pertemuan, mengomentari laporan, dan sebagainya. d) Bekerja sama dengan anggota tim lainnya untuk memperbaiki

pelaksanaan instruksional dan menyediakan kebutuhan siswa yang ditugaskan kepada tim.

e) Mengajarkan banyak subjek kepada siswa dalam bermacam-macam kelompok dari berbagai kelas.

f) Mengarahkan para cadet teacher dan aides teacher.

g) Bertindak sebagai anggota pengajar dari tim yang bersangkutan. 4. Guru Kadet (cadet teacher)

Dalam kategori ini termasuk guru asisten, guru intern dan guru kadet (calon guru). Mereka tergolong guru yang belum menyelesaikan pendidikan baru yang berijazah normal, tetapi baru memenuhi kualifikasi minimum atau kualifikasi yang darurat. Para anggota yang baru ini dapat ditingkatkan kualifikasinya oleh organisasi tim melalui pendidikan in-service, sehingga dapat sepenuhnya menjadi anggota tim bersangkutan.

Guru kadet bekerja dengan para siswa dalam kelompok besar, medium, kelompok kecil dan secara berorangan dengan cara:


(39)

21 a) Mendesain dan mempersiapkan bahan-bahan intruksional

b) Membina literatur profesional

c) Aktif berpartisipasi dalam semua pertemuan

d) Membantu anggota staf lainnya dalam melaksanakan tugas-tugas profesional mereka.

5. Guru Khusus (special teacher)

Disebut juga guru spesialis (ahli dalam bidang tertentu). Ditempatkan dalam kedudukan staf dengan tugas memberikan pengajaran atau pelayanan khusus dalam daerah tertentu dalam kurikuler seperti: seni, musik, bimbingan dan layanan dan pendidikan jasmani.

Selain tenaga profesional, terdapat pula tenaga nonprofesional yang pada dasarnya adalah tenaga-tenaga yang terlatih untuk bertindak sebagai tenaga pembantu tenaga profesional. Tenaga nonprofesional ini bukan saja memberikan peluang yang lebih besar bagi tenaga-tenaga profesional untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan profesional, akan tetapi juga memperkaya pengalaman siswa dan membebaskan tenaga profesional dari tugas-tugas yang bukan profesional.

Ada tiga pengelompokan guru di sekolah, yaitu guru tetap yang bestatus pegawai negeri sipil (PNS), guru tetap yayasan (GTY) dan guru tidak tetap (GTT). Jumlahnya berbeda dari kebutuhan masing-masing sekolah. Pengangkatan guru sebagai pegawai negeri sipil tidak sesuai dengan jumlah lulusan yang terlalu banyak. Hal ini menimbulkan banyaknya lulusan tenaga kependidikan yang menumpuk di sekolah-sekolah. Berikut ini hal mengenai guru tetap dan guru tidak tetap.


(40)

22

1. Guru PNS

Dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 57686/ MPK/ 1989 yang dikutip dari Suparlan (2005: 15) dinyatakan lebih spesifik bahwa “Guru ialah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah (termasuk hak yang melekat dalam jabatan)”. Dalam SE tersebut dijelaskan bahwa seorang guru memiliki tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak yang melekat di dalamnya untuk melaksanakan pendidikan disekolah. Guru yang sudah secara sah mendapat pengakuan dari pemerintah

berupa Surat Keputusan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Guru sebagai pegawai negeri sipil dibiayai dan mendapat anggaran resmi dari APBN dan APBD mencakup semua tunjangan yang didapatkannya berdasarkan golongan dan masa jabatan tertentu karena jenjang jabatannya memiliki suatu keteraturan.

2. Guru Wiyata Bakti

Guru wiyata bakti atau dengan kata lain biasa disebut dengan guru tidak tetap merupakan salah satu tenaga pendidik di suatu sekolah. “Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat untuk mencukupi kebutuhan guru baik di sekolah negeri maupun swasta” (Suyanto dan Abbas,2004: 128). Jadi guru tidak tetap diangkat atas kewenangan pihak sekolah karena kurangnya tenaga pendidik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tugas guru


(41)

23 tidak tetap atau wiyata bakti tidak jauh berbeda dengan guru berstatus lain yaitu melaksanakan pembelajaran dan menyusun administrasi.

Guru wiyata bakti atau GTT (Guru Tidak Tetap) merupakan tenaga pendidik yang diangkat oleh pihak sekolah untuk guru yang:

1. Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan (sekolah) dengan disetujui kepala sekolah.

2. Kewenangan bertumpu kepada kepala sekolah, baik pengangkatan juga pemberhentian.

3. Menandatangani kontrak kerja selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah.

4. Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemda, walaupun legal, akan tetapi tidak masuk dalam kategori dari “pembiayaan APBD”, dengan demikian GTT adalah guru yang tidak masuk anggaran APBN dan APBD.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan guru PNS dan guru honorer dilihat dari beberapa aspek :

Tabel 2.1. Perbedaan Guru Pegawai Negeri Sipil dan GTT

No Aspek Guru PNS Guru GTT

1. Anggaran

penghargaan dan jasa

Mendapat anggaran resmi dari APBN dan APBD mencakup semua

tunjangan yang

didapatkannya

berdasarkan golongan dan masa jabatan tertentu

Dibiayai berdasarkan anggaran pihak sekolah berdasarkan persetujuan sekolah

2. Pengangkatan Diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan kebutuhan guru

Diselenggarakan oleh pihak sekolah berdasarkan

kebutuhan tenaga pendidik sekolah 3. Masa Jabatan Diatur dalam masa

jabatan tertentu dan diberhentikan

berdasarkan kriteria dalam UU

Berdasarkan

kewenangan pihak sekolah


(42)

24

Tabel 2.2 Lanjutan

4. Tugas Telah diatur dalam UU Berdasarkan kebutuhan sekolah 5. Tingkatan

profesional

Termasuk dalam

executive teacher, professional teacher, provossional teacher

Termasuk dalam

cadet teacher dan

special teacher

6. Struktur kepegawaian

Jenjang dan jabatan diatur dengan jelas

Tidak ada keteraturan jenjang dan jabatan 7. Pemberian

gaji/kompensasi

Digaji dengan anggaran pemerintah sesuai dengan jabatannya

Menerima gaji dari sekolah yang besarnya bervariasi tergantung kondisi lembaga

8. Kompetensi yang wajib dimiliki

Pedagogik, kepribadian, sosial, profesional yang diatur dalam UU Guru dan Dosen tahun 2005

Tidak ada tuntutan dalam penguasaan secara tertulis

Sumber: Hanifah, Prismajati. Thesis, Kompetensi Pedagogik Guru PNS dan Wiyata Bakti di SD Se-Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Tahun 2012. Universitas Negeri Yogyakarta .

Guru menurut Darmaningtyas (2004: 119) dilihat dari statusnya terdapat beberapa jenis, antara lain:

1. Guru pegawai negeri sipil yang bertugas di sekolah negeri (selanjutnya disebut dengan guru negeri)

2. Guru negeri di sekolah swasta (guru DPK) 3. Guru tetap di sekolah swasta (GTY) 4. Guru honorer di sekolah swasta (GTT) 5. Guru honorer di sekolah negeri (GTT)

6. Guru bakti (yang mengajar hanya mengganti guru yang cuti dan terjadi di sekolah-sekolah negeri).

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa profesi guru merupakan manusia yang memiliki peran mendidik di lembaga pendidikan, yang telah diakui baik oleh negara seperti PNS maupun


(43)

25 diakui oleh pihak sekolah seperti guru non PNS. Walaupun status dari profesi guru berbeda-beda, namun tugas utama sebagai seorang guru tetaplah sama yaitu mendidik para peserta didik dan ikut serta dalam tujuan nasional pendidikan Indonesia.

g. Guru honorer

Guru honorer atau guru tidak tetap adalah guru yang hanya menggunakan sebagian kecil waktunya disekolah bersangkutan dan sisa waktu yang terbanyak dipergunakan di sekolah/kantor lainnya

(http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/guru_tidak_tetap.aspx). Menurut (http://id.wikipedia.org/wiki/Guru) yang dimaksud dengan guru honorer adalah:

Guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai calon pegawai negeri sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, bahkan mengenakan seragam pegawai negeri sipil layaknya seorang guru tetap. Guru honorer atau dapat disebut sebagai guru tidak tetap adalah guru yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas lembaga pendidikan yang bersifat teknis professional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pihak sekolah.

Istilah Guru Tidak Tetap (GTT) adalah bersifat formal yang menjadi pilihan dari standar administratif penyebutan di sekolah negeri. Istilah GTT lazim ditemukan dalam surat kedinasan, surat tugas dan beragam surat resmi lainnya di sekolah negeri. Istilah lain yang digunakan dan dapat dikatakan non formal adalah guru honor. GTT diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan oleh kepala sekolah. SK


(44)

26 Pengangkatan bersifat lokal, bukan provinsi (gubernur), apalagi Negara (Presiden). Pengangkatan ini melalui rangkaian tes yang diselenggarakan sekolah. Setiap tahun pelajaran, GTT/Guru honorer menandatangani kontrak kerja selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Dari berbagai data di atas, dapat disimpulkan bahwa guru honorer atau guru kontrak atau guru tidak tetap adalah guru yang memiliki tugas mengajar dan mendidik yang statusnya dalam lembaga pendidikan atau sekolah adalah kontrak. Pengangkatannya sebagai guru disetujui oleh Kepala Sekolah selaku pemimpin dalam sekolah dan memperoleh kompensasi dari anggaran pendapatan dan belanja sekolah. Setiap memasuki tahun ajaran paru para guru honorer mendapat surat tugas atau pembagian tugas guru sebagai acuan melaksanakan tugasnya sebagai guru honorer. Guru honorer ini juga memakai seragam selayaknya guru PNS karena pada dasarnya perannya sama dengan seorang guru yang digaji oleh negara.

2. Undang-undang nomor 5 tahun 2014

a. Pokok-pokok UU nomor 5 tahun 2014

Undang-undang ini dibuat oleh pemerintah untuk mempertegas susunan para aparat yang menjalankan tugasnya mengabdi pada negara. Undang-undang yang terdiri dari 141 pasal ini disahkan oleh presiden pada 15 Januari 2014. Pokok-pokok dari undang-undang ini tertuang dalam Pasal 1:


(45)

27 1. Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

2. Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserah tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina pegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

4. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

5. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

6. Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh dan terintegrasi dengan berbasis teknologi.

7. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.

8. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintah dan pembangunan.

9. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.

10.Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN.

11.Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintahan.

12.Komisi ASN (KASN) adalah lembaga nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik.

13.Lembaga Administrasi Negara (LAN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan diklat ASN.

14.Badan Kepegawaian Negara (BKN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pembinaan dan penyelenggaraan Manajemen ASN secara nasional.

15.Sistem Merit adalah kebijakan dan Menajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil


(46)

28 dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan.

b. PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) 1. Umum

Pasal 93

Manajemen PPPK meliputi: a. Penetapan kebutuhan; b. Pengadaan;

c. Penilaian kinerja;

d. Penggajian dan tunjangan; e. Pengembangan kompetensi; f. Pemberian penghargaan; g. Disiplin;

h. Pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan i. Perlindungan.

2. Penetapan Kebutuhan Pasal 94

1) jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden.

2) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.

3) Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. 4) Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Kebutuhan Menteri. 3. Pengadaan

Pasal 95

Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Pasal 96

1) Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi Pemerintah.

2) Pengadaan calon PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi dan pengangkatan menjadi PPPK.


(47)

29 Pasal 97

Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan.

Pasal 98

1) Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian.

2) Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja.

Pasal 99

1) PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. 2) Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPM harus mengikuti

semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Penilaian Kinerja Pasal 100

1) Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara Pejabat Pembina Kepegawaian dengan pegawai yang bersangkutan.

2) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan perjanjian kerja di tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi dengan memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang dicapai dan perilaku pegawai. 3) Penilaian kinerja PPPK dilakukan secara objektif, terukur,

akuntabel, partisipatif dan transparan.

4) Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan pejabat yang berwenang pada Instansi Pemerintahan masing-masing. 5) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari PPPK.

6) Penilaian kinerja PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya.

7) Hasil penilaian kerja PPPK disampaikan kepada tim penilai kinerja PPPK.

8) Hasil penilaian kinerja PPPK dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas perpanjangan perjanjian kerja, pemberian tunjangan, dan pengembangan kompetensi.


(48)

30 9) PPPK yang dinilai oleh atasan dan tim penilai kinerja PPPK tidak mencapai target kinerja yang telah disepakati dalam perjanjian kerja diberhentikan dari PPPK.

5. Penggajian dan Tunjangan Pasal 101

1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK.

2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan. 3) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada

anggaran pendapatan dan belanja negara untuk PPPK di Instansi Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi Daerah.

4) Selain gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Pengembangan Kompetensi Pasal 102

1) PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi. 2) Kesempatan untuk pengembangan kompetensi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.

3) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dievaluasi oleh Pejabat yang berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.

7. Pemberian Penghargaan Pasal 103

1) PPPK yang telah menunjukkan kesetian, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.

2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemberian:

a. tanda kehormatan;

b. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau

c. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.

3) PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak dengan hormat


(49)

31 dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan berdasarkan Undang-Undang ini.

8. Disiplin Pasal 104

1) Untuk menjamin terpeliharanya tata tertin dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK.

2) Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.

3) PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

9. Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja Pasal 105

1) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena:

a. jangka waktu perjanjian kerja berakhir; b. meninggal dunia;

c. atas permintaan sendiri;

d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan PPPK; atau

e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati.

2) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena:

a. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana.

b. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau c. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai

dengan perjanjian kerja.

3) Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena:

a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau


(50)

32 tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;

c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan berencana.

10.Perlindungan Pasal 106

1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan hari tua;

b. jaminan kesehatan; c. jaminan kecelakaan kerja; d. jaminan kematian; dan e. bantuan hukum,.

2) Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dilaksanakan sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional. 3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,

berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

c. Perbedaan PPPK dengan PNS

Melihat dari isi UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN dapat disimpulkan beberapa perbedaan dari status pegawai Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari PPPK dan PNS, antara lain:

1. PNS merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) yang memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan kebutuhan instansi Pemerintah dan ketentuan undang-undang ASN.


(51)

33 2. UU No.5 tahun 2014 tentang ASN menegaskan bahwa seorang pegawai negeri sipil berhak memperoleh : a) gaji, tunjangan dan fasilitas; b) cuti; c) jaminan pensiun dan jaminan hari tua; d) perlindungan; dan e) pengembangan kompetensi. Adapun PPPK berhak memperoleh: a) gaji dan tunjangan; b) cuti; c) perlindungan; d) pengembangan kompetensi.

3. Seorang PPPK memiliki masa kerja sesuai dengan masa perjanjian kerja dengan pemerintah. Masa kerja yang diberlakukan tergantung kebutuhan instansi terkait. Sedangkan PNS masa kerjanya sampai memasuki usia pensiun. Selama bekerja, seorang PPPK tidak memiliki nomor induk pegawai seperti layaknya seorang PNS.

B. Kerangka Pikir

Persepsi guru honorer merupakan penilaian atau tanggapan seorang guru yang berstatus kontrak di sekolah terhadap sutu objek sistem Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang menjadi pusat perhatiannya dan hasil penilaian ini akan menggambarkan bentuk persetujuan atau tidak setuju terhadap pelaksanaan sistem yang termuat dalam UU nomor 5 tahun 2014 ini. Dalam penelitian ini yang menjadi objek atau pusat perhatiannya adalah sistem PPPK. Di mana sistem PPPK ini merupakan bentuk lain menjadi pegawai yang mendapat gaji dari pemerintah seperti PNS. Dan termasuk ke dalam seorang yang termasuk dalam Aparat Sipil Negara.


(52)

34 Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengetahui gambaran bagaimana persepsi guru honorer di SMP Negeri se-kecamatan Way Pengubuan terhadap pelaksanaan PPPK disajikan dalam bagan skematik sebagai berikut:

Bagan 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Persepsi Guru Honorer:

1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Harapan

Sistem PPPK dalam UU No.5 Tahun 2014:

1. Penetapan kebutuhan 2. Pengadaan

3. Penilaian kerja 4. Gaji dan tunjangan

5. Pengembangan kompetensi 6. Pemberian penghargaan 7. Disiplin

8. Pemutusan hubungan kerja 9. perlindungan


(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian ini sangat diperlukan untuk menemukan data yang valid dan pengembangan suatu pengetahuan serta dapat digunakan untuk menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dan bersifat kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang menyangkut keadaan pada waktu itu, yang sedang berjalan atau situasi yang ada pada saat ini. Adapun model penelitian deskriptif yang dipakai adalah deskriptif survei, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil. Tetapi, data yang dipelajari adalah dari dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data yang pokok yang dilakukan di beberapa SMP di Kecamatan Way Pengubuan, Lampung Tengah.


(54)

36 B.Populasi dan Sampel

“Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2010: 61). Menurut Santoso & Tjiptono dalam Hariwijaya & Triton, (2005: 66), “Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan”.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru honorer yang bekerja di satu SMP Negeri yaitu SMP Negeri 2 Way Pengubuan dan dua SMP Swasta yaitu MTs Al-Hidayah Candirejo dan SMP Bina Bhakti di Kecamatan Way Pengubuan. Sejumlah 40 guru honorer.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Guru Honorer di Kecamatan Way Pengubuan Tahun 2014

No. Sekolah

Jumlah Guru Honorer Laki-laki Perempuan

1 SMP Negeri 2 Way Pengubuan 3 6

2 MTs Al-Hidayah Candirejo 6 8

3 SMP Bina Bhakti 10 7

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Way Pengubuan

Menurut Suharsimi Artikunto, dikatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika subjeknya besar dari 100 dapat diambil 10%-20% atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:


(55)

37 1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana 2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena

menyangkut hal banyak sedikitnya data

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Berdasarkan dari teori tersebut, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian ini karena populasinya kurang dari 100 orang. Oleh karena itu, penelitian ini disebut penelitian populasi.

C.Variabel Penelitian

“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2010: 2). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat” (Sugiyono,2010: 4). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu persepsi guru honorer.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas atau independen (Sugiyono,2010: 4). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sistem PPPK yang ada dalam UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN.


(56)

38

D.Definisi Konseptuan dan Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual Variabel

a. Persepsi guru honorer adalah proses perlakuan guru honorer terhadap informasi tentang suatu objek yang berlaku dalam lingkungan sekolah serta statusnya dalam dunia pendidikan melalui pengamatan dengan indra yang dimiliki, sehingga guru honorer dapat memberi arti serta menginterpretasikan objek yang diamati.

b. Sistem PPPK adalah sistem atau aturan yang dibuat oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan tertinggi dimana sistem ini mengatur mengenai seseorang menempati jabatan sebagai abdi negara dan mendapat sejumlah intensif dari negara namun statusnya dalam kepegawaian negara hanya sekedar atau sebatas perjanjian kerja dengan sistem kontrak dengan proses seleksi sesuai dengan kebutuhan di masing-masing instansi.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang memberikan gambaran cara mengukur suatu variabel dengan memberikan arti suatu kegiatan. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Persepsi Guru Honorer

Persepsi guru honorer adalah proses perlakuan guru honorer terhadap informasi tentang suatu objek yang berlaku dalam lingkungan sekolah serta statusnya dalam dunia pendidikan melalui pengamatan dengan


(57)

39 indra yang dimiliki, sehingga guru honorer dapat memberi arti serta menginterpretasikan objek yang diamati.

Dalam penelitian ini terdapat tiga indikator persepsi guru honorer, yaitu:

1) Pemahaman 2) Tanggapan 3) Harapan

b. Sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) Merupakan sistem kerja yang menggunakan perjanjian, berupa perjanjian masa kerja yang telah disepakati. PPPK ini termuat didalam UU nomor 5 Tahun 2014 yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan setiap instansi serta memperhatikan kompetensi dalam perekrutannya. Berkaitan dengan sistem PPPK ini maka dapat dijabarkan indikator yang akan diukur yaitu penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

E.Rencana Pengukuran Variabel

Rencana pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persepsi guru honorer diukur menggunakan tes berdasarkan skor yang

berskala 3, yaitu tepat, kurang tepat dan tidak tepat. Melalui indikator: pemahaman, tanggapan/pendapat dan harapan.

2. Sistem PPPK diukur menggunakan angket berdasarkan skor skala 1-3, yaitu: baik, kurang baik dan tidak baik. Melalui indikator: penetapan


(58)

40 kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Teknik Pokok a. Angket

Teknik pokok dilakukan dengan menyebarkan angket yang berisikan pertanyaan kepada responden dengan tujuan untuk mengumpulkan data. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada guru honorer dengan maksud data akan dianalisis dan mendapatkan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Sasaran angket adalah beberapa guru honorer yang mengajar di beberapa SMP di Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

Dalam penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup, sehingga responden menjawab pertanyaan dari tiga alternatif jawaban, yaitu : (a), (b), (c) yang setiap jawaban diberi nilai bervariasi.

a. untuk jawaban yang sesuai harapan atau dengan huruf a akan diberi nilai/skor tiga.


(59)

41 b. untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan atau dengan

huruf b akan diberi nilai/skor dua.

c. untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan atau dengan huruf c akan diberi nilai/skor satu.

Berdasarkan hal di atas, maka akan diketahui frekuensi dalam menyampaikan persepsi dengan nilai tertinggi adalah tiga (3) dan nilai terendah adalah satu (1).

2. Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi langsung pada objek penelitian untuk menunjang data penelitian di lapangan. Subjek yang diwawancarai adalah guru honorer di SMP se-kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi, yaitu suatu pengambilan data yang diperoleh dari informasi, keterangan atau fakta-fakta yang berhubungan dengan objek penelitian. Penulis menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan data yang nantinya dalam pelaksanaannya penulis akan mencari sumber-sumber tertulis pada beberapa SMP di Kecamatan Way Pengubuan. Data yang dikumpulkan antara lain data jumlah guru honorer, data tugas para guru honorer, data sekolahan dan lain-lain.


(60)

42

G.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Suharsimi Arikunto (2010: 136) menjelaskan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan dan kesahihan sesuai instrumen”. Untuk uji validitas dari logical validity dengan cara „judgement‟ yaitu dengan cara

mengkonsultasikan kepada beberapa ahli penelitian dan tenaga pengajar. Dalam penelitian ini penulis mengkonsultasikan kepada pembimbing skripsi yang dianggap penulis sebagai ahli penelitian dan menyatakan angket valid.

2. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui bagaimana reliabilitas dari setiap variabel dalam angket digunakan uji belahan, yaitu membagi pertanyaan dalam setiap variabel menjadi dua, belahan pertama (X) adalah butir pertanyaan bernomor ganjil, dan belahan kedua (Y) adalah butir soal pertanyaan bernomor genap. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, seperti di bawah ini:

� = −

� 2−

2

� 2− 2 �

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi Pearson’s Product Moment N = jumlah responden


(61)

43 = jumlah skor total (item)

(Sugiyono,2000: 148)

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus korelasi Spearman Brown, sebagai berikut:

� =

2 ��� 1 + ���

rxy = koefisien reliabilitas seluruh tes

rgg = koefisien korelasi item ganjil genap (Sugiyono,2000: 104)

Hasil dari analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reabilitasnya (Manasse Malo, 1985: 39) sebagai berikut:

0,90-1,00 = Reliabilitas tinggi 0,50-0,89 = Reliabilitas sedang 0,00-0,49 = Reliabilitas rendah

H.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka-angka secara terperinci, kemudian disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2008: 12) sebagai berikut:

�= �� − ��


(62)

44 Keterangan:

I = Interval NT = Nilai Tinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

Kemudian untuk memahami tingkat presentase (Mohammad Ali,1998: 184) digunakan rumus sebagai berikut:

�= �

� 100%

Dimana:

P = Besarnya presentase

F = Jumlah alternatif seluruh item

N = Jumlah perkalian antar item dan responden

Untuk menafsirkan banyaknya presentase (Arikunto,2010: 196) yang diperoleh, digunakan kriteria sebagai berikut:

76%-100% = Baik 51%-75% = Cukup 26%-50% = Sedang 0-25% = Tidak Baik


(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan persepsi guru honorer SMP di Kecamatan Way Pengubuan tentang sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Persepsi guru honorer tentang PPPK yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 di SMP Negeri dan beberapa SMP Swasta di Kecamatan Way Pengubuan tahun ajaran 2014/2015 masuk dalam kategori kurang paham sebesar 26 orang atau 65,00%, ini menyatakan para guru honorer kurang memahami karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang diterima para guru honorer tentang adanya PPPK dan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang menaungi PPPK.

2. Persepsi guru honorer tentang PPPK yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 masuk dalam kategori setuju sebesar 22 orang atau 55,00% dikarena para guru honorer ini menganggap PPPK menjadi salah satu jalan agar dirinya dapat diangkat menjadi pegawai


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan persepsi guru honorer SMP di Kecamatan Way Pengubuan tentang sistem PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Persepsi guru honorer tentang PPPK yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 di SMP Negeri dan beberapa SMP Swasta di Kecamatan Way Pengubuan tahun ajaran 2014/2015 masuk dalam kategori kurang paham sebesar 26 orang atau 65,00%, ini menyatakan para guru honorer kurang memahami karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang diterima para guru honorer tentang adanya PPPK dan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang menaungi PPPK.

2. Persepsi guru honorer tentang PPPK yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 masuk dalam kategori setuju sebesar 22 orang atau 55,00% dikarena para guru honorer ini menganggap PPPK menjadi salah satu jalan agar dirinya dapat diangkat menjadi pegawai


(2)

76 negara dan menaikkan taraf perekonomiannya ditengah himpitan kebutuhan bahan pokok yang terus naik.

3. Persepsi guru honorer tentang PPPK yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 di SMP Negeri dan beberapa SMP Swasta di Kecamatan Way Pengubuan menyatakan harapannya setuju sebesar 19 orang atau 47,50%. Setuju dikarenakan PPPK ini dipandang memiliki dampak positif bagi keberlangsungan dunia pendidikan di Indonesia apabila kelak benar-benar akan diberlakukan. Bukan hanya menjadi salah satu jalan mencukupi kebutuhan pegawai yang kompeten namun juga dapat mengurangi praktek-praktek kecurangan yang selama ini menjamur dalam proses perekrutan pegawai.

Persepsi guru honorer tentang PPPK yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 di SMP Negeri dan beberapa SMP Swasta di Kecamatan Way Pengubuan ini merupakan suatu pedoman bagi mereka dalam mengetahui lebih jauh mengenai PPPK terutama 10 pasal yang mengatur PPPK yang ada dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 serta agar para guru honorer ini kelak tidak ketinggalan informasi apabila PPPK ini diselenggarakan dalam lembaga pendidikan di Indonesia. Dan harapannya pelaksanaan PPPK ini hasilnya sesuai dengan harapan bersama.


(3)

77 B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Kepada kepala sekolah agar lebih memperhatikan nasib para guru honorer yang ada di lembaga pendidikannya. Maksud dari memperhatikan disini adalah dengan terus menggali informasi kebijakan-kebijakan seperti apa yang dibuat oleh pemerintah untuk menyejahterakan para guru yang belum berstatus pegawai negeri ini dan tidak segan untuk membagi informasi tersebut kepada para guru honorer. Juga dapat kiranya kepala sekolah lebih memperhatikan tingkat kesejahteraan para guru honorernya, karena sebagian besar para guru honorer ini memiliki kinerja yang mumpuni namun intensif yang diperoleh masih jauh dari kata “cukup” sehingga para pahlawan tanpa jasa ini berusaha mencari pekerjaan dan penghasilan sampingan untuk mendapatkan penghasilan lain diluar menjadi guru honorer.

2. Kepada para guru honorer dapat meningkatkan rasa keingintahuannya dalam mencari informasi-informasi yang terkait kebijakan-kebijakan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Setelah mengetahui banyak informasi diharapkan para guru honorer ini aktif untuk ikut serta sebagai salah satu penjaringan kompetensi unggulan demi memajukan dunia pendidikan di Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1998. Penelitian Prosedur dan Strategis. Bandung. Angkasa. Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta. PT.Rineka Cipta.

Darmaningtyas. 2004. Pendidikan Yang Memiskinkan. Yogyakarta: Galang Press. Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukasi (Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Gunawan, Adi W. & Ariesandi Setyono. 2007. Manage Your Mind For Success.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, Sutrisno. 2008. Metode penelitian sosial. Jakarta. Kurnia.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinarbaru.

Hanifah, Prismajati. 2012. Kompetensi Pedagogik Guru Pegawai Negeri Sipil dan Wiyata Bakti di Sekolah Dasar se-Kecamatan Wangon Kabupaten

Banyumas Tahun 2012. Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal.

Yogyakarta: Kanisius.

Hariwijaya & Triton. 2005. Pedoman Ilmiah Penulisan Skripsi dan Thesis. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Jones, Gavin & Daniel Suryadama. 2013. Education in Indonesia. Singapore: ISEAS Publishing.

Kurniasih, Septiana. 2014. Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung.


(5)

Kuspriyomurdono. 2014.Power Point UU RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta: Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-undangan Badan Kepegawaian Negara.

Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Standar Isi 2006. Jakarta. Erlangga.

Para kontributor Wikipedia. 2014. Definisi Guru Honorer. (Internet). http://id.wikipedia.org/wiki/Guru. Diakses pada 31 Oktober 2014. Para kontributor Mediabpr. 2014. Guru Tidak Tetap. (Internet).

http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/guru_tidak_tetap.aspx). Diakses pada 31 Oktober 2014.

Prabowo, Hendro. 2009. Motivasi Kerja pada Guru Honorer. Skripsi. Universitas Gunadarma.

Putra, Suhandi Wibowo. 2013. Persepsi Guru Sma Negeri 1 Sekampung Terhadap Rencana Pelaksanaan Kurikulum. Skripsi.

Universitas Lampung.

Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi (edisi 12). Jakarta: Salemba Empat.

Rowa, Hyronimus. 2014. Analisis Kebijakan UU Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan UU No.06 tentang Desa. Makalah Mata Kuliah Analisis Kebijakan Publik. Magister Administrasi Pemerintahan Desa, IPDN.

Sapa’at, Asep. 2012. Stop Menjadi Guru. Jakarta: Tangga Pustaka.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Snyder, C.R. 2000. Handbook of hope. San Diego: Academic Press.

Tampubolon, Agustinus. 2012. Persepsi Anggota TNI tentang Konsep NKRI di Makorem 043 Garuda Hitam (GATAM) Bandar Lampung. Skripsi. Tidak diterbitkan.


(6)

Tangkilisan, Nogi. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Yue. 2012. Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Persepsi. (Internet).

http://yueisme.wordpress.com/2014/11/05/faktor-apa-saja-yang- mempengaruhi-persepsi. diakses pada 05 November 2014.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KINERJA GURU DENGAN MUTU LULUSAN DI SD NEGERI KEDATUAN KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

0 8 14

HUBUNGAN KINERJA GURU DENGAN MUTU LULUSAN DI SD NEGERI KEDATUAN KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

0 5 13

PENGARUH UNDANG - UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP POLA - DIDIK GURU DI SMP NEGERI 1 PADANGRATU KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

0 9 74

PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2014

1 48 66

PERSEPSI SISWA TERHADAP CARA MENGAJAR GURU PKN DI SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 11 73

PERSEPSI SISWA TERHADAP CARA MENGAJAR GURU PKN DI SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 73

PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

0 9 90

PERSEPSI GURU TERHADAP PERMENDIKBUD NOMOR 160 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERLAKUAN KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 7 57

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP SISTEM KASTA DI DESA BUYUT BARU KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

0 15 58

PERSEPSI GURU HONORER SMP KECAMATAN WAY PENGUBUAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TERHADAP ISI UU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PPPK (PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA) TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 16 68