Data Hasil Penelitian a. Profil Anak Jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri

67 baik bersifat revrentif, rehabilitatif, promotif, refresif serta penanganan melalui rumah singgah, rumah singgah dinilai mampu melengkapi pendekatan-pendekatan yang sudah ada. Adapun tujuan rumah singgah sebagai fasilitator, rehabilitatif, perlindungan serta pusat informasi, dari sekian banyak rumah singgah yang berada di Yogyakarta, Rumah Singgah Anak Mandiri adalah salah satu lembaga swadaya masyarakat yang giat menangani permasalahan anak jalanan yang kian merebak di Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2009 jumlah anak jalanan di Indonesia, tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal dari rumah tangga sangat miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita terlantar, 3,2 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak dasarnya masih belum terpenuhi. Melihat situasi dan keadaan anak jalanan di Indonesia yang hak-hak dasarnya masih belum terpenuhi, rumah singgah anak mandiri terdorong untuk mengentaskan permasalahan anak jalanan agar lebih sejahtera dengan cara memberdayakan anak jalanan. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang kehidupan anak jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri, Kehidupan anak jalanan di rumah singgah anak mandiri merupakan model atau cara yang digunakan anak jalanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu hasil penelitian berusaha menggambarkan dan menceritakan kehidupan anak binaan di rumah singgah anak mandiri, mulai dari karakteristik kehidupan sehari-hari anak jalanan, gaya hidup dan style anak jalanan, serta interaksi dalam pendidikan anak 68 jalanan. Berikut deskripsi mengenai kehidupan anak jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri: Kehidupan anak jalanan dalam sehari-harinya di rumah singgah pada umumnya hampir sama dengan anak-anak normal lainnya, hanya yang membedakan status sosial di mata masyarakat. Dimana anak jalanan masih di cap sebagai sampah masyarakat, kehidupan mereka antara lain: belajar dengan cara mengikuti pelatihan serta sebagian anak jalanan kembali mengenyam pendidikan formal yang semestinya, mengikuti pendampingan yang diberikan oleh pihak rumah singgah, bermain sesama teman sejawat di rumah singgah dan tak jarang bermain dengan masyarakat sekitar rumah singggah. 1 Karakteristik Kehidupan Anak Jalanan Karakteristik kehidupan adalah sikap dan perilaku atau nilai-nilai dalam menjalani kehidupan di dunia, dimana bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya kehidupan. Karakteristik kehidupan anak jalanan di rumah singgah anak mandiri tidak sama dengan karakter kehidupan anak-anak pada umumnya, satu dari lima anak jalanan di rumah singgah anak mandiri memiliki karakter yang berbeda-beda, antara anak satu dan anak lainya, fisik lebih mudah ditangani, dari pada sikis anak binaan memerlukan proses yang cukup lama. Adapun karakteristik anak jalanan rumah singgah anak mandiri antara lain : a bersifat fisik meliputi: berkulit kusam dan hampir seluruh anak binaan penghuni rumah singgah anak mandiri dihinggapi penyakit kulit seperti, panu, kadas, badan kurus, serta pakaian 69 kumal. b bersifat psikis meliputi: dari observasi selama penelitian watak dan tingkah laku anak binaan rumah singgah mandiri berbeda-beda, “Br” berwatak acuh tak acuh, “Ag” berwatak keras, “Yy” sangat mandiri dikarenakan ia anak paling besar di anatara teman-temannya di rumah singgah anak mandiri, serta jahil satu sama lain sering bercanda satu sama lain, salah satu anak binaan rumah singgah yang sering jadi bahan candaan “Aw” dikarenakain ia anak binaan yang paling kecil di rumah singgah, umur “Aw” di perkirakan sekitar 6 tahun. Sedangkan karakteristik kehidupan anak binaan rumah singgah anak mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari antara lain: mandi, cuci kakus, kebiasan mandi merupakan kebiasaan yang baik dalam menjaga kesehatan tubuh, intensitas kebiasan mandi anak binaan Rumah Singgah Anak Mandiri berbeda satu sama lainya mandi rutin 2 x sehari namun ada juga anak binaan yang jarang mandi, belajar dalam arti berangkat ke sekolah antara pukul 07:00- 13:30 WIB, atau pun mengikuti pelatihan- pelatihan yang diberikan oleh pihak rumah singgah, tidur, menonton televisi, dalam arti menikmati hiburan dan tidak lupa makan siang dan malam hari. Bahwasannya, mereka makan dengan menu seadanya yang diberikan oleh rumah singgah yang jika sedikit mereka berusaha saling berbagi satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh “An” salah satu anak binaan: “saya berserta ke enam teman saya di rumah singgah kehidupan sehari-hari kami sama saja seperti anak-anak biasanya, belajar, berangkat kesekolah pada waktunya, bermain sesama anak binaan