Kependudukan menurut Undang-Undang Kependudukan

Kecamatan Medan Johor terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: 1. Kelurahan Pangkalan Masyhur 2. Kelurahan Titi Kuning 3. Kelurahan Suka maju 4. Kelurahan Kedai Durian 5. Kelurahan Gedung Johor 6. Kelurahan Kwala Bekala Dikarenakan perekaman data e-KTP di lakukan di Kantor Camat maka dibuatlah undangan agar supaya proses pembuatan dapat terjadwal dengan baik dan menghindari membludaknya warga yang mengantri di kantor Camat. Tidak semua warga yang namanya tertera di daftar Penduduk Wajib KTP yang dating untuk merekam data e-KTP dengan berbagai alas an antara lain : 1. Bekerja kuliah di luar kota 2. Tidak mempunyai waktu untuk merekam data bekerja full time 3. Tidak dapat undangan perekaman e-KTP 4. KTP lamanya KTP manual maih panjang masa berlakunya. 5. Belumtidak membutuhkan KTP. 6. Sudah pindah ke daerah lain.

B. Kependudukan menurut Undang-Undang Kependudukan

Dalam sistem kependudukan di Indonesia banyak sekali masalah-masalah yang dialami oleh dinas kependudukan Indonesia. Tidak baiknya sisitem pelayanan publik tentang administrasi kependudukan mengakibatkan banyaknya masyarakat yang tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia. 32 Pendataran penduduk menjadi tugas bagian administrasi kependudukan yang sangat penting bagi warga negara Indonesia. Pengertian pendafataran penduduk adalah tidak dapat disangkal bahwa sistem administrasi kependudukan merupakan sistem yang mengatur seluruh administrasi yang menyangkut masalah kependudukan pada umumnya. 32 http:azellaphinata.blogspot.com201304analisa-undang-undang-no-23-tahun- 2006.html diakses tanggal 1 Mei 2014 Universitas Sumatera Utara Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Pemerintah kabupatenkota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupatiwalikota dengan kewenangan meliputi koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan, pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan,pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, pelaksanaan kegiatan pelayanan rnasyarakat di bidang Administrasi Kependudukan, penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan, pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupatenkota dan koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang seharusnya mampu menjamin pemenuhan akta kelahiran bagi anak justru di sisi lain menjadi penghambat. Dalam UU No. 23 Tahun 2006 terdapat pasal-pasal yang dianggap bermasalah dan menghambat pemenuhan hak atas identitas atau akta kelahiran, yaitu: Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2006 yang berbunyi : “Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.” Pasal ini menggunakan pendekatan kewajiban warga negara. Sebagaimana di ketahui bahwa pencatatan kelahiran adalah hak anak yang paling dasar yang seharusnya diberikan negara. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk diakui sebagai manusia di mana pun di depan hukum. Hal itu juga dipertegas dalam Kovenan Internasional mengenai Hak Sipil dan Politik. Dalam Universitas Sumatera Utara perspektif HAM, sebuah nama bersifat universal, terlepas dengan latar belakang politik, agama, dari orangtua mereka. Dalam perspektif seperti itu, pencatatan kelahiran merupakan kewajiban negara untuk mencatat kelahiran anak-anak di Indonesia. Dalam KHA hak identitas anak harus merupakan stelsel aktif dari pemerintah. Anak tidak minta,Negara wajib memberikan. Selain Pasal 3 tersebut terdapat juga Pasal 27 ayat 1 yang menunjukkan kewajiban penduduk untuk mendaftarkan kelahiran, bukan peran aktif pemerintah. Bunyi pasal 27 ayat 1 adalah sebagai berikut: Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 enam puluh hari sejak kelahiran. Pasal 32 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2006 yang berbunyi : “Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 satu tahun sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.” Dasar filosofis adanya kewajiban permohonan Penetapan Pengadilan Negeri sebenarnya adalah legitimasi pembuktian. Hal tersebut sebenarnya juga merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap hak anak dimana hak anak untuk mengetahui asal usulnya dengan jelas. Ditakutkan identitas atau asal usul anak dapat dengan mudah dipalsukan. Namun pasal ini merupakan tembok besar penghalang pemenuhan hak anak atas identitas dikarenakan kondisi peradilan baik dari segi akses maupun sistem peradilan membuat masyarakat sulit untuk melakukan permohonan penetapan ke pengadilan. Terlebih terdapat lebih dari 50 juta anak yang tidak memiliki akta dan terlambat melakukan permohonan pencatatan. Jika menggunakan asas manfaat dalam permasalahan pemenuhan hak anak atas identitas Pasal 32 ayat 2 ini sudah seharusnya dibatalkan, terlebih lagi pasal tersebut sangat sulit dijalankan. Pasal 90 ayat 1 a dan ayat 2 yang berbunyi : “1 Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu pelaporan Peristiwa Penting dalam hal: a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1 atau Pasal 29 ayat 4 atau Pasal 30 ayat 6 atau Pasal 32 ayat 1 atau Pasal 33 ayat 1; 2 Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling banyak Rp1.000.000,00satu juta rupiah. Dengan berlakunya Universitas Sumatera Utara Pasal 3, Pasal 27 ayat 1 dan 2 serta pasal 32 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2006 menyebabkan jutaan anak saat ini tidak memiliki akta kelahiran karena sulitnya akses terhadap akta tersebut.Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KPPPA menunjukan bahwa 50 juta dari 78 juta anak Indonesia yang berusia dibawah 18 tahun tidak memiliki akta kelahiran. Selain masalah pencatatan kelahiran masih banyak lagi masalah yang dihadapi Indonesia tentang Administrasi Kependudukan yaitu masalah Pendaftaran Kependudukan atau Pendaftaran KTP. Belakangan ini Indonesia membuat suatu program baru yaitu e-KTP atau yang biasa disingkat e-KTP. Dalam pembuatan e-KTP masyarakat banyak sekali menemukan kendala-kendala. Pengurusan e-KTP tidak sesuai dengan target, ternyata banyak kendala dan masalah yang dihadapi oleh warga yang mau mengurus e-KTP tersebut. 33

C. Pembuatan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Rantau Prapat Berdasarkan Perda Kabupaten Labuhanbatu Nomor 6 Tahun 2011

7 173 98

Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau dari Persepektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

1 53 87

Realisasi Pengutipan Retribusi Perparkiran di Kota Medan Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

1 30 67

Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Dalam Pemerintahan Kota Menurut Hukum Administrasi Negara (Studi Pemerintah Kota Medan)

11 128 93

Proses Pendataan Perolehan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-Ktp) Di Kecamatan Medan Amplas Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

4 74 81

Proses Penyelenggaraan Ibadah Haji Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan)

2 94 133

BAB II PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. Pengertian Pendelegasian Wewenang - Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau dari Persepektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Me

0 0 37

BAB II TUGAS DAN WEWENANG LURAH A. Tugas dan Fungsi Pemerintah - Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas dan Wewenang Lurah dalam Hal Pembuatan e-KTP Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas dan Wewenang Lurah dalam Hal Pembuatan e-KTP Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

0 0 18

BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH - Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Dalam Pemerintahan Kota Menurut Hukum Administrasi Negara (Studi Pemerintah Kota Medan)

0 0 28