Sel Natural Killer NK

14

2.5 Respon Imun Spesifik terhadap Infeksi Virus

Respon imun spesifik terhadap infeksi virus diperankan oleh :

2.5.1 Limfosit T

Progenitor limfosit T berasal dari sumsum tulang yang bermigrasi ke timus, berdiferensiasi menjadi sel T. Sel T yang non aktif disirkulasikan melalui kelenjar getah bening KGB dan limfa yang dikonsentrasikan dalam folikel dan zona marginal sekitar folikel. Sel T imatur dipersiapkan dalam timus untuk memperoleh reseptor. Timosit imature hanya dapat menjadi matang bila reseptornya tidak berintegrasi dengan peptida sel tubuh sendiri self antigen yang diikat MHC dan dipresentasikan oleh APC. Sawar darah timus melindungi timosit dari kontak dengan antigen sendiri. Sel T yang self reaktip akan mengalami apoptosis. Proses ini disebut seleksi positip timosit yang menghasilkan sel T cytotoxic Tc atau sel T helper Th Abbas dkk., 2007; Baratawidjaya, 2010. Kemampuan limfosit T matang untuk mengenal benda asing, karena adanya T Cell Receptor TCR. TCR memiliki sifat diversitas, spesifisitas dan memori. Satu sel limfosit hanya mengekspresikan reseptor untuk satu jenis antigen sehingga sel tersebut hanya dapat mengenal satu jenis antigen saja. TCR ditemukan pada semua sel T matang, dapat mengenal peptida antigen yang diikat Major Histocompatibility Complek MHC dan dipresentasikan oleh Antigen Presenting Cell APC Hewitt,2003; Baratawidjaya, 2010. 15 Sel T umumnya berperan pada inflamasi, aktivasi fagositosis makrofag, aktivasi dan proliferasi sel B dalam produksi antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri atas sel T helper Th yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba dan sel T cytotoxic Tc yang membunuh sel terinfeksi mikroba atau virus dan menyingkirkan sumber infeksi. Sel T terdiri atas sel CD4 + , CD8 + , sel T naif dan sel Natural Killer T NKT Germain, 2002; Baratawidjaya, 2010. Sel limfosit naif adalah sel limfosit matang yang meninggalkan timus dan belum berdiferensiasi, belum pernah terpapar antigen dan menunjukkan molekul permukaan CD45RA. Sel T helper disebut juga sel T inducer merupakan subset sel T yang diperlukan dalam induksi respon imun terhadap antigen asing. Antigen yang ditangkap, diproses dan dipresentasikan makrofag dalam konteks MHC-II ke sel CD4 + . Selanjutnya sel CD4 + diaktifkan dan memproduksi IL-2 autokrin yang merangsang sel CD4 + untuk berproliferasi menjadi subset sel Th1 dan Th2, mensintesis sitokin yang mengaktifkan sel imun lain seperti CD8 + , sel B makrofag dan sel NK Germain, 2002; Abbas dkk., 2007; Baratawidjaya, 2010. Sel T CD8+ naif yang keluar dari timus disebut juga Cytolitic T CTL atau Citotoxic T Tc. CD8+ mengenal kompleks antigen MHC-I yang dipresentasikan APC. Molekul MHC I ditemukan pada semua sel tubuh yang bernukleus. Fungsi utama sel CD8+ adalah menyingkirkan sel 16 terinfeksi virus, menghancurkan sel ganas dan sel histoin kompatibel yang menimbulkan penolakan pada transplantasi. Sel Tc menimbulkan sitolisis melalui perforingranzim apoptosis, TNF-α dan memacu produksi sitokin Th1 dan Th2 Hewitt, 2003; Baratawidjaya, 2010.

2.5.2 Limfosit B

Sel B diproduksi pertama selama fase embrionik dan berlangsung terus selama hidup. Sebelum lahir yolk sac, hati dan sumsum tulang janin merupakan tempat pematangan utama sel B dan setelah lahir pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Pematangan sel B terjadi dalam berbagai tahap. Pada unggas, sel B berkembang dalam bursa fabricius yang terbentuk dari epitel kloaka. Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang atau ditempat yang belum diketahui. Setelah matang sel B bergerak ke organ limpa, kelenjar getah bening dan tonsil Busslinger, 2004; Baratawidjaya, 2010. Reseptor sel B yang mengikat antigen multivalen asing akan memacu proses proliferasi, diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi, membentuk sel memori dan mempresentasikan antigen ke sel T. Proliferasi sel B merupakan senter germinal kelenjar getah bening. Reseptor sel B mengawali sinyal transduksi yang efeknya ditingkatkan oleh molekul konstimulator yang kompleks. Perkembangan sel B dalam sumsum tulang adalah antigen independen, tetapi