Presentasi Klinis Apendisitis Akut
gambaran yang paling umum dan khas pada pasien dengan apendisitis akut. Penemuan gejala ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas hampir 80 Korner
et al, 2001; Petroniau, 2012. Nyeri abdomen tersebut akan bersifat menetap di perut kanan bawah yang
akan bertambah nyeri bila pasien bergerak, batuk atau bersin. Pada pasien dengan apendisitis akut juga dirasakan panas badan sekitar 38
C. Anoreksia, mual, dan muntah dapat timbul beberapa jam kemudian. Dalam waktu 6 hingga 12 jam
terjadi proses inflamasi yang terus meningkat pada organ sekitar apendik sehingga nyeri bertambah kuat dan terlokalisir di perut kanan bawah atau pada area
McBurney, tampak pada gambar dibawah ini Prytowsky, 2005.
Gambar 2.5 McBurney’s point Simpson dan
Scholefield , 2008
Pada nyeri perut apendisitis dapat dipengaruhi dari posisi apendik. Anatomi lokasi apendik terdapat 5 posisi yaitu antecaecal, retrocaecal, anteileal, retroileal
dan pelvic. Seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.6 Lokasi posisi apendik Simpson dan
Scholefield , 2008
Menurut John B. Murphy penilaian pasien dengan apendisitis dapat dilihat dari gejalanya seperti adanya nyeri perut, anoreksia, nyeri tekan tenderness,
demam dan disertai leukositosis. Gejala dari apendisitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Tanda dan gejala yang paling sering terjadi pada apendisitis Bennion dan
Thompson, 1995
2.3.2 Apendisitis komplikata Gejala klinis yang tampak pada apendisitis komplikata adalah nyeri perut
yang semakin memberat, dirasakan hampir seluruh perut dengan onset waktu terjadinya proses inflamasi lebih dari 24 jam disertai panas badan 38
C dan takikardi, gejala klinis ini merupakan tanda terjadinya perforasi Livingston et al,
2007. Berdasarkan salah satu penelitian, muntah dan febris lebih sering didapatkan pada penderita dengan apendisitis komplikata Korner et al, 2001;
Petroniau, 2012. Sekitar 20-30 pasien apendisitis datang dengan kondisi perforasi, 50
terjadi pada anak-anak dan usia tua. Insiden yang tinggi ini dapat terjadi akibat terlambatnya diagnosis pasien Prystowsky et al, 2005.
Keadaan ini dapat mengakibatkan peningkatan inflamasi yang lebih berat seperti terjadinya sepsis bahkan mortalitas pada pasien jika tidak tertangani
dengan cepat dan baik Prytowsky, 2005. 2.4 Patofisiologi Apendisitis dan Hubungannya Dengan Rasio Neutrofil
Limfosit RNL
Apendisitis merupakan peradangan apendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen
dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya apendisitis. Obstruksi intraluminal apendik menghambat keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan
distensi dinding apendik. Sirkulasi darah pada dinding apendik akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada dinding
apendik. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme bakteri yang ada di
usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan. Apendisitis
dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub mukosa, dan muskularis propia. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai dengan infiltrasi sel radang
neutrofil dan edema, warnanya menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada perkembangan selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid
supuratif disertai nekrosis lokal disebut apendisitis akut supuratif. Edema dinding apendik menimbulkan gangguan sirkulasi darah sehingga terjadi gangrenosa,
warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat potensial ruptur. Pada semua dinding apendik tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding menebal karena edema
dan pembuluh darah kongesti. Apendik yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini
menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu
saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi Nasution, 2011.
Berbagai jenis bakteri yang terdapat pada apendisitis akut saat proses infeksi akan tampak pada pemeriksaan laboratorium. Jenis bakteri yang paling
banyak ditemukan pada apendisitis akut adalah bakteri gram negatif terutama Escherichia coli 76, Enteroccocus 30, Bacteroides 24 and
Pseudomonas 20 Petroianu, 2012. Pada pemeriksaan laboratorium bukan hanya ditemukan bakteri saja
melainkan nilai leukosit yang meningkat oleh karena proses infeksi. Pada
penderita apendisitis akan ditemukan nilai leukosit yang meningkat di atas 10.000m
3
dan neutrofil diatas 80 dengan rentang normal 47-80 Lawrence, 2003; Xharra et al, 2012. Nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat secara
bersamaan saat fase akut terjadinya apendisitis dan akan semakin meningkat pada apendisitis komplikata sedangkan nilai limfosit jarang terjadinya peningkatan
pada fase akut bahkan nilai limfosit akan jauh berkurang pada apendisitis ganggrenosa atau komplikata. Nilai neutrofil dan limfosit apabila dibandingkan
dalam bentuk rasio akan menunjukkan nilai yang tinggi pada apendisitis komplikata. Hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian sebelumnya Kahramanca
2014 yang menyatakan bahwa rasio neutrofil limfosit memiliki sensitivitas yang tinggi sekitar 70,8 untuk mendiagnosa apendisitis komplikata Zuhoor, 2012;
Kahramanca et al, 2014.