Apendisitis Non Komplikata KAJIAN PUSTAKA

apendik jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala klinis diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilicus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada apendisitis kataral terjadi leukositosis dan apendik berukuran normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa. Apendisitis akut pada pemeriksaan histologi dijumpai adanya infiltrasi sel-sel limfosit dan neutrofil didalam lapisan otot apendik Robbins, 2015. Gambar 2.1 Apendisitis kataralis yang sudah mengalami inflamasi dan edema pada submukosa Robbins, 2015 2.1.2 Apendisitis Purulenta Apendisitis Supuratif Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding apendik dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendik. Mikroorganisme yang ada di usus besar akan mengalami translokasi ke dalam dinding apendik menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada apendik dan mesoapendik terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik McBurney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Rasa nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum Robbins, 2015 . Gambar 2.2 Apendisitis supuratif tampak gambar apendik yang meradang dengan pelebaran vaskular pada seluruh bagian apendik Robbins, 2015

2.2 Apendisitis Komplikata

Apendisitis komplikata dapat diartikan sebagai keadaan apendik yang gangrenosa, perforasi, abses maupun peritonitis. Pasien dengan apendisitis komplikata akan menunjukkan tanda –tanda infeksi sistemik. Sementara itu pada anak-anak dan orang tua menunjukkan peningkatan risiko perforasi yang lebih tinggi, wanita mempunyai kemungkinan resiko yang lebih rendah untuk terjadinya apendisitis perforasi pada kasus apendisitis akut. Keterlambatan diagnosis dan terapi pembedahan pada pasien dengan apendisitis akut menjadi penyebab utama terjadinya perforasi apendik. Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien-pasien dengan apendisitis perforasi yang mendapatkan tindakan bedah dapat mencapai 10 x lipat. Saat ini pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya apendisitis perforasi adalah pasien yang usia sangat muda, pasien usia tua, pasien dengan penurunan sistem imun tubuh Prytowsky, 2005. 2.2.1 Apendisitis Gangrenosa Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, apendik mengalami gangrene pada bagian tertentu. Dinding apendik berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan cairan peritoneal yang purulent Robbins, 2014. Gambar 2.3 Apendisitis gangrenosa, menunjukkan penebalan jaringan granular kasar pada serosa dengan kongesti pada ujung apendik dan eksudat purulent berwarna kuning keabuan dan terdapat pembesaran diameter daripada apendik Robbins, 2014