Sistem Informasi Geografis dapat diaplikasikan untuk berbagai bidang kajian keilmuan. Prahasta 2005 menyatakan bahwa :
“Banyak sekali aplikasi-aplikasi yang dapat ditangani oleh Sistem Informasi Geografis, salah satunya adalah aplikasi di bidang sumberdaya alam yang meliputi
inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan, untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, dan
sebagainya”. Prahasta 2005 menyatakan bahwa banyak alasan mengapa dalam
berbagai kajian keilmuan sering memanfatkan SIG , diantaranya adalah SIG dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan
interpretasi secara manual terutama interpretasi secara visual dengan menggunakan mata manusia. SIG dengan mudah dapat menghasilkan peta-peta
tematik yang merupakan peta turunan dari peta-peta yang lain dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya.
1.5.2 Penelitian Sebelumnya
Sari, Putri Marulia 2013 meneliti tentang Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Mataair di Kabupaten
Sleman. Tujuan dari penelitian ini 1 Mengetahui lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman berdasarkan parameter fisik lahan menggunakan citra
penginderaan jauh dan memetakan serta menganalisis sebaran mataair menggunakan sistem informasi geografis. 2Mengkaji kemampuan citra
penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam mengidentifikasi lokasi pemunculan mataair berdasarkan parameter fisik lahan di Kabupaten Sleman.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan ekstraksi data penginderaan jauh berupa pemanfaatan Citra Aster dan Aster GDEM dan cek
lapangan untuk uji akurasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa : 1.
Ditemukan empat tipe mataair di Kabupaten Sleman yang dianalisis melaluiparameter fisik lahan berupa kemiringan lereng, pola aliran,
bentuklahan, penggunaan lahan dan pola kelurusan, yaitu mataair vulkanik, mataair depresi, mataair kontak, dan mataair rekahan.
2. Teknik penginderaan jauh menggunakan ASTER VNIR dan ASTER GDEM
dapat digunakan untuk mengindentifikasi lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman dengan hasil interpretasi sesuai dengan hasil validasi
mataair. 3.
Sistem informasi geografis terbukti dapat digunakan untuk analisis spasial sehingga dapat dihasilkan Peta Lokasi Pemunculan Mataair Kabupaten
Sleman dan Peta Sebaran Mataair Berdasarkan Debit di Kabupaten Sleman. Aslamia, Maulida 2012 melakukan pengumpulan data kebutuhan air bersih
dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel penduduk dan sampel air menggunakan metode Random Sampling.
Teknik analisis data yaitu dengan membandingkan antara besarnya debit mataair Polaman dan Kali Biru dengan besarnya kebutuhan air bersih seluruh penduduk.
Pengukuran debit mataair Polaman dan Kali Biru dengan metode WEIR, apung dan volumetric bermaksud melakukan penelitian terkait Evaluasi Potensi Mataair
Polaman dan Kalibaru untuk Suplai Air Bersih Pneduduk I Kecamatan Lawang Bagian Utara Kabupaten Malang. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian
tersebut adalah untuk : 1.
Menganalisis supply kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara.
2. Membandingkan kesesuaian kualitas mataair Polaman dan Kali Biru dengan
peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492MENKESPER2010. 3.
Mengetahui model pendistibusian air dari sumber mataair Polaman dan Kali Biru supaya seluruh penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara
terlayani.Penelitian ini merupakan penelitian survey. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan debit mataair rata-
rata mataair Polaman dan Kali Biru yaitu sebesar 24.558,336 literhari. Kebutuhan air bersih suatu penduduk Kecamatan Lawang bagian utara sebesar 944.825,37
literhari. Secara kuantitas perbandingan debit mataair dan kebutuhan air bersih yaitu 7:1.Hasil uji laboratorim kualitas air yang disalurakan kepada penduduk
layak digunakan dengan pengelolahan terlebih dahulu. Perencanaan distribusi air mataair Polaman dan Kali Biru dengan menggunakan sistem pembagian
pengaliran untuk penduduk, industri, dan irigasi serta waktu pengaliran air dari PDAM untuk penduduk dari pukul 05.30-23.00.
Ratnasari, Rian 2007 meneliti mengenai potensi yang ada di mataair Mungup II untuk kebutuhan irigasi dan konsumsi Air Minum. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk, Pertama, Mengetahui jumlah air yangtersedia untuk irigasi dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit. Kedua,
Mengetahui jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran MataairMungup II di Kecamatan Sawit, Serta Ketiga, Mengetahui imbangan air
dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit. Penelitian pemanfaatan mataair ini menggunakan metode penelitiandeskriptif. Dalam penelitian ini peneliti berusaha
memecahkan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan obyek penelitian saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak sebagaimana adanya dengan
perhitungan. Berdasarkan hal tersebut bentuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Berdasarkan penelitian tersebut
menghasilkan keluaran sebagai berikut : 1.
Jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran Mataair Mungup II pada saat penelitian di Kecamatan Sawit selama musim kemarau adalah
sebesar 6.102.627 m3musim kemarau. 2.
Jumlah air yang tersedia untuk irigasi dari Mataair Mungup II pada saat penelitian di Kecamatan Sawit selama musim kemarau adalah sebesar
2.747.520 m3musim kemarau. 3.
Imbangan air dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit mengalami defisit air karena areal pertanian kebanyakan ditanami dengan tanaman yang
membutuhkan banyak air selama masa pertumbuhannya. Dari 10 blok irigasi yang menjadi daerah oncoran Mataair Mungup II, terdapat 8 blok irigasi
mengalami defisit air yaitu sebesar 3.355.107 m3musim kemarau dan 2 blok irigasi mengalami surplus air yaitu sebesar 722.133,50 m3musim kemarau.
Surplus air yang terjadi pada kedua blok irigasi tersebut selain karena ditanami
dengan tanaman yang membutuhkan sedikit air juga mempunyai luas areal yang relatif sempit serta jumlah pasokan air yang besar.
Santosa, Langgeng Wahyu 2006 dalam kajian Hidrogeomorfologi Mataair di Sebagian Lereng Barat Gunungapi Lawu menemukan Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa di wilayah lereng Gunungapi Merapi bagian selatan terbagi menjadi 3 tiga satuan pemunculan mataair, yaitu satuan mataair pada volcanic
slope, satuan mataair volcanic foot, dan satuan mataair volcanic foot plain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan pola agihan
mataair pada setiap morfologi di sebagian lereng Barat Gunungapi Lawu. Analisis spasial berupa peta yang menjelaskan pola sebaran mataair pada berbagai
morfologi lereng; sedangkan analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan pola agihan mataair kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi debit dan
persebaran mataair di daerah penelitian. Klasifikasi mataair didasarkan atas sifat aliran, debit aliran, dan temperature mengambil teori dalam Tolman, 1937;
Meinzer, 1923 dalam Todd,1980. Perbandingan penelitian yang diuraikan diatas berkaitan dengan tujuan,
metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian-penelitian kajian mataair, dapat
dilihat dalam Table 1.4
Tabel 1.4 Perbandingan Penelitian Kajian Mataair
No Peneliti
Judul Tujuan
Metode Hasil
1.
Putri Marulia
Sari, UGM
2013 Pemanfaatan Citra
Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis untuk Identifikasi
Mataair di Kabupaten Sleman
1. Mengetahui lokasi
pemunculan mataair di Kabupaten Sleman
berdasarkan parameter fisik lahan menggunakan
citra penginderaan jauh dan memetakan serta
menganalisis sebaran mataair menggunakan
sistem informasi geografis.
2. Mengkaji kemampuan
citra penginderaan jauh dan sistem informasi
geografis dalam mengidentifikasi lokasi
pemunculan mataair berdasarkan parameter
fisik lahan di Kabupaten Sleman.
Secara garis besar, perolehan data
dilakuan menggunakan ekstraksi data
penginderaan jauh dan cek lapangan.
4. Ditemukan empat
tipe mataair di Kabupaten Sleman
yang dianalisis melaluiparameter
fisik lahan berupa kemiringan lereng,
pola aliran, bentuklahan,
penggunaan lahan dan pola kelurusan,
yaitu mataair vulkanik, mataair
depresi, mataair kontak, dan mataair
rekahan.
5. Teknik penginderaan
jauh menggunakan ASTER VNIR dan
ASTER GDEM dapat digunakan
untuk mengindentifikasi
lokasi pemunculan mataair di Kabupaten
Sleman dengan hasil
No Peneliti
Judul Tujuan
Metode Hasil
interpretasi sesuai dengan hasil validasi
mataair.
6. Sistem informasi
geografis terbukti dapat digunakan
untuk analisis spasial sehingga dapat
dihasilkan Peta Lokasi Pemunculan
Mataair Kabupaten Sleman dan Peta
Sebaran Mataair Berdasarkan Debit di
Kabupaten Sleman.
2.
Rian Ratnasari,
UNS 2007
Potensi Mataair Mungup II untuk
Kebutuhan Air Irigasi di
Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali
1. Mengetahui jumlah air
yangtersedia untuk irigasi dari Mataair Mungup II di
Kecamatan Sawit.
2. Mengetahui jumlah air
yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran
MataairMungup II di Kecamatan Sawit.
3. Mengetahui imbangan air
dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha
memecahkan masalah dengan
menggambarkan atau melukiskan obyek
penelitian saat sekarang berdasarkan
faktafakta yang tampak
sebagaimana adanya dengan perhitungan.
4. Jumlah air yang
dibutuhkan untuk irigasi daerah
oncoran Mataair Mungup II pada saat
penelitian di Kecamatan Sawit
selama musim kemarau adalah
sebesar 6.102.627 m3musim kemarau.
5. Jumlah air yang
No Peneliti
Judul Tujuan
Metode Hasil
Berdasarkan hal tersebut
bentuk penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan metode penelitian
deskriptif. tersedia untuk irigasi
dari Mataair Mungup II pada saat
penelitian di Kecamatan Sawit
selama musim kemarau adalah
sebesar 2.747.520 m3musim kemarau.
6. Imbangan air dari
Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit
mengalami defisit air karena areal
pertanian kebanyakan ditanami
dengan tanaman yang membutuhkan
banyak air selama masa
pertumbuhannya. Dari 10 blok irigasi
yang menjadi daerah oncoran Mataair
Mungup II, terdapat 8 blok irigasi
mengalami defisit air
No Peneliti
Judul Tujuan
Metode Hasil
yaitu sebesar 3.355.107 m3musim
kemarau dan 2 blok irigasi mengalami
surplus air yaitu sebesar 722.133,50
m3musim kemarau. Surplus air yang
terjadi pada kedua blok irigasi tersebut
selain karena ditanami dengan
tanaman yang membutuhkan sedikit
air juga mempunyai luas areal yang relatif
sempit serta jumlah pasokan air yang
besar.
3.
Maulida Aslamia,
UNM 2012
Evaluasi Potensi Mataair Polaman
dan Kalibaru untuk Suplai Air Bersih
Pneduduk I Kecamatan Lawang
Bagian Utara Kabupaten Malang
4. Menganalisis supply
kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan
Lawang bagian Utara.
5. Membandingkan
kesesuaian kualitas mataair Polaman dan Kali
Biru dengan peraturan Pengumpulan data
kebutuhan air bersih dilakukan dengan
teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik
pengambilan sampel penduduk dan sampel
1. Debit mataair rata-
rata mataair Polaman dan Kali Biru yaitu
sebesar 24.558,336 literhari. Kebutuhan
air bersih suatu penduduk Kecamatan
No Peneliti
Judul Tujuan
Metode Hasil
Menteri Kesehatan RI No. 492MENKESPER2010.
6. Mengetahui model
pendistibusian air dari sumber mataair Polaman
dan Kali Biru supaya seluruh penduduk
Kecamatan Lawang bagian Utara terlayani.Penelitian
ini merupakan penelitian survey.
air menggunakan metode Random
Sampling. Teknik analisis data yaitu
dengan membandingkan antara
besarnya debit mataair Polaman dan Kali Biru
dengan besarnya kebutuhan air bersih
seluruh penduduk. Pengukuran debit
mataair Polaman dan Kali Biru dengan
metode WEIR, apung dan volumetric
Lawang bagian utara sebesar 944.825,37
literhari. Secara kuantitas
perbandingan debit mataair dan
kebutuhan air bersih yaitu 7:1.Hasil uji
laboratorim kualitas air yang disalurakan
kepada penduduk layak digunakan
dengan pengelolahan terlebih dahulu.
Perencanaan distribusi air mataair
Polaman dan Kali Biru dengan
menggunakan sistem pembagian pengaliran
untuk penduduk, industri, dan irigasi
serta waktu pengaliran air dari
PDAM untuk penduduk dari pukul
05.30-23.00.
No Peneliti
Judul Tujuan
Metode Hasil
4.
Langgeng Wahyu
Santosa, UGM
2006
Kajian Hidrogeomorfologi
Mataair di Sebagian Lereng Barat
Gunungapi Lawu
Mengetahui karakteristik dan pola agihan mataair
pada setiap morfologi di sebagian lereng Barat
Gunungapi Lawu Analisis spasial berupa
peta yang menjelaskan pola sebaran mataair
pada
berbagai morfologi
lereng; sedangkan
analisis deskriptif
dilakukan untuk
menjelaskan pola agihan mataair
kaitannya dengan
faktor-faktor yang
mempengaruhi debit
dan persebaran mataair di daerah penelitian.
Klasifikasi mataair
didasarkan atas sifat aliran, debit aliran, dan
temperature mengambil teori dalam
Tolman,
1937; Meinzer, 1923 dalam
Todd,1980. wilayah lereng Gunungapi
Merapi bagian selatan terbagi menjadi 3 tiga
satuan pemunculan mataair, yaitu satuan mataair pada
volcanic slope, satuan mataair volcanic foot, dan
satuan mataair volcanic foot plain
1.6 Kerangka Penelitian