perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
elemen yang lain pada keseluruhan struktur masih membutuhkan asumsi dan pendekatan. Jenis beban yang biasa digunakan dalam bangunan gedung meliputi :
a. Beban Lateral, yang terdiri atas : 1 Beban Gempa
Besarnya simpangan horisontal drift bergantung pada kemampuan struktur dalam menahan gaya gempa yang terjadi. Apabila struktur memiliki kekakuan yang besar
untuk melawan gaya gempa maka struktur akan mengalami simpangan horisontal yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur yang tidak memiliki kekakuan yang
cukup besar. Menurut SNI 03-1726-2002 pasal 15.11.2.3, untuk mensimulasikan
arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung baja, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama harus dianggap efektif 100 dan
harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama tetapi efektifitasnya hanya sebesar minimal 30 tapi tidak lebih
dari 70.
2 Beban Angin
Beban angin pada struktur terjadi karena adanya gesekan udara dengan permukaan struktur dan perbedaan tekanan dibagian depan dan belakang struktur. Beban angin
tidak memberi konstribusi yang besar terhadap struktur dibandingkan dengan beban
yang lainnya. Menurut Schodek1999, besarnya tekanan yang diakibatkan angin
pada suatu titik akan tergantung kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada stuktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometris struktur,
dimensi struktur.
b. Beban Gravitasi, yang terdiri atas :
1
Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
hidup gedung tersebut, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lantai dan atap.
Beban hidup dapat menimbulkan lendutan pada struktur, sehingga harus dipertimbangkan menurut peraturan yang berlaku agar struktur tetap aman. Menurut
Schueller 1998, beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam atau di atas
suatu bangunan disebut beban penghunian occupancy load. Beban ini mencakup beban peluang untuk berat manusia, perabot partisi yang dapat dipindahkan, lemari
besi, buku, lemari arsip ,perlengkapan mekanis dan sebagainya.
Tabel 2.1 Beban Hidup Pada Lantai Gedung
No Lantai gedung Beban
Satuan 1. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang
disebut dalam no 2. 200 Kgm
2
2. Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan gudang- gudang tidak penting yang bukan untuk took, pabrik
atau bengkel. 125 Kgm
2
3. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, took, toserba, restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit.
250 Kgm
2
4. Lantai ruang olah raga.
400 Kgm
2
5. Lantai dansa.
500 Kgm
2
6. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari yang disebut dalam no 1 sd
5, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengan
tempat duduk tetap. 400 Kgm
2
7. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton berdiri.
500 Kgm
2
8. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam no 3.
300 Kgm
2
9. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam no 4,5,6 dan 7.
500 Kgm
2
10. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam no 3,4,5,6 dan 7.
250 Kgm
2
11. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, took buku, took besi, ruang alat-alat dan
ruang mesin harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri dengan minimum.
400 Kgm
2
12. Lantai gedung parkir bertingkat : ¾ Untuk lantai bawah
¾ Untuk lantai tinggkat lainnya 800
400 Kgm
2
Kgm
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
13. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai yang
berbatasan dengan minimum. 300 Kgm
2
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11
2. Beban Mati
Beban mati DL adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat tetap. Beban mati terdiri dari dua jenis, yaitu berat struktur itu sendiri dan superimpossed
deadload SiDL. Beban superimpossed adalah beban mati tambahan yang
diletakkan pada struktur, dimana dapat berupa lantai ubinkeramik, peralatan mekanik elektrikal, langit-langit, dan sebagainya. Perhitungan besarnya beban mati
suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume elemen. Berat satuan unit weight material secara empiris telah ditentukan
dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan
Tabel 2.2 Berat Sendiri Bahan Bangunan
No Bahan bangunan Beban
Satuan 1 Baja
7850 Kgm
3
2 Batu alam
2600 Kgm
3
3 Batu belah, batu bulat, batu gunug berat tumpuk
1500 Kgm
3
4 Batu karang berat tumpuk
700 Kgm
3
5 Batu pecah
1450 Kgm
3
6 Besi tuang
7250 Kgm
3
7 Beton
1
2200 Kgm
3
8 Beton bertulang
2
2400 Kgm
3
9 Kayu kelas 1
3
1000 Kgm
3
10 Kerikil, koral kering udara sampai lembab, tanpa
diayak 1650 Kgm
3
11 Pasangan bata
merah 1700 Kgm
3
12 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Kgm
3
13 Pasangan batu cetak 2200
Kgm
3
14 Pasangan batu karang 1450
Kgm
3
15 Pasir kering udara sampai lembab 1600
Kgm
3
16 Pasir jenuh air 1800
Kgm
3
17 Pasir kerikil, koral kering udara sampai lembab 1850
Kgm
3
18 Tanah, lempung dan lanau kering udara sampai
lembab 1700 Kgm
3
19 Tanah, lempung dan lanau basah 2000
Kgm
3
20 Timah hitam timbel 1140
Kgm
3
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung Standar Nasional Indonesia 1983
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
Tabel 2.3 Berat Sendiri Komponen Gedung
No Komponen gedung
Beban Satuan 1
Adukan, per cm tebal : ¾ Dari semen
¾ Dari kapur, semen merah atau tras 21
17 Kgm
2
Kgm
2
2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm
tebal 14 Kgm
2
3 Dinding pasangan bata merah :
¾ Satu batu ¾ Setengah batu
450 250
Kgm
2
Kgm
2
4 Dinding pasangan batako :
¾ Berlubang : Tebal dinding 20 cm HB 20
Tebal dinding 10 cm HB 10 ¾ Tanpa lubang
Tebal dinding 15 cm Tebal dinding 10 cm
200 120
300 200
Kgm
2
Kgm
2
Kgm
2
Kgm
2
5 Langit-langit dan dinding termasuk rusuk-rusuknya,
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku , terpadu dari :
¾ Semen asbes eternity dan bahan lain sejenis , dengan tebal maksimum 4mm.
¾ Kaca, dengan tebal 3-4 mm. 11
10 Kgm
2
Kgm
2
6 Penggantung langit-langit dari kayu , dengan bentang
maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m. 40
Kgm
2
7 Penutup atap genting dengan reng dan usuk kaso per m
2
bidang atap. 50
Kgm
2
8 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk kaso, per m
2
bidang atap. 40
Kgm
2
9 Penutup atap seng gelombang BWG 24 tanpa gording
10 Kgm
2
10 Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan beton, tanpa adukan, per cm tebal.
21 Kgm
2
11 Semen asbes gelombang tebal 5 mm 11
Kgm
2
12 Ducting AC dan penerangan 30,6 Kgm
2
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.2.3
Men ini y
a. b.
c. d.
Dim U
D L
E
2.2.3
Besa perat
Mc.C
bentu
3.3 Komb