perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.2.3
Men ini y
a. b.
c. d.
Dim U
D L
E
2.2.3
Besa perat
Mc.C
bentu
3.3 Komb
nurut SNI yaitu :
U = 1,4 D U = 1,2 D
U = 0,9 D U = 1,2 D
mana: = Kuat Pe
= Beban M = Beban H
= Beban G
3.4 Deflek
arnya sim turan yan
Cormac
uk Drift I
binasi Pem
2847-200
D D + 1,6 L
D + 1,0E D + 1,0L +
erlu Mati
Hidup Gempa
ksi Latera
mpangan ng berlaku
1981 m
Indeks sep
mbebanan
02 pasal 1
+ 1,0E
al
horisonta u, yaitu ki
menyataka perti pada
Gam
Sumber
n
11.2, komb
al drift inerja bat
an bahwa Gambar 2
mbar 2.3. D
r : Mc.Corm
binasi beb
harus tas layan
simpanga 2.3
Defleksi L
mac 1981
ban yang
dipertimb struktur d
an struktur
Lateral dipakai d
bangkan dan kinerj
r dapat din dalam pen
sesuai d ja batas u
nyatakan 19
nelitian
dengan ultimit.
dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
Drift Indeks dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.1 :
Drift Indeks =
h ∆
2.1 Dimana :
∆
= besar defleksi maksimum yang terjadi m h = ketinggian struktur portal m
Besarnya drift Indeks tergantung pada besarnya beban-beban yang dikenakan pada struktur.
Tabel 2.4. Deformation Limit berbagai Kinerja ATC-40
PERFORMANCE LEVEL Interstory Drift
Limit Immediate
Occupancy Damage
Control Life Safety
Structural Stabiliity
Maximum total Roof Displ. Ratio
XmaxH 0,01
0,01 – 0,02 0,02
0,33ViPi
Maximum Inelastic Drift
0,001 0,005 – 0,015
No Limit No Limit
Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,Redwood City:ATC,1996,Table 8-4,p.8-19
2.2.4 Ketentuan Umum Bangunan Gedung Dalam Pengaruh Gempa. 2.2.4.1 Faktor Keutamaan
Untuk berbagai kategori gedung bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung selama umur gedung yang diharapkan. Pengaruh gempa rencana
terhadap struktur gedung harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I.
Tabel 2.5 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur lainnyan untuk beban
gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
Resiko
Gedung dan struktur lainnyan yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tidak dibatasi untuk :
- Fasilitas Pertanian.
- Fasilitas sementara tertentu
- Fasilitas gedung yang kecil
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I,II,IV
II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
Gedung dan struktur lainnyan yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tidak dibatasi untuk :
- Gedung dan stuktur lainnya dimana terdapat lebih dari 300 orang
yang menghuninya. -
Gedung dan stuktur lainnya day care berkapasitas lebih dari 150 orang.
- Gedung dan struktur lainnya dengan fasilitas sekolah dasar atau
sekolah menengah berkapasitas lebih besar dari 250 orang Gedung dan struktur lainnya dengan kapasitas lebih 500 orang
untuk gedung perguruan tinggi atau fasilitas pendidikan untuk orang dewasa.
- Fasilitas kesehatan dengan kapasitas 50 atau lebih pasien inap,
tetapi tidak memiliki fasilitas badah dan unit gawat darurat. -
Penjara atau rumah tahanan. Gedung dan struktur lainnyan, tidak termasuk kedalam kategori resiko
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-
hari bila terjadi kegagalan, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk :
- Pusat Pembangkit Energi.
- Fasilitas Pengolahan Air Bersih.
- Fasilitas Pengolahan Air Kotor dan Limbah.
- Pusat Telekomunikasi.
Gedung dan struktur lainnyan, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk fsilitas manufaktur,proses
penanganan penyimpsnsn, Penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak, yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
III
Gedung dan struktur lain yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat. -
Fasilitas pemadam kebakaran, ambulance dan kantor polisi serta kendaraan darurat.
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya. -
Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat.
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat. -
Struktur tambahan termasuk tidak dibatasi untuk, tower telekomunikasi, tangki penyimpan bahan bakar, tower pendingin,
struktur stasiun listrik,tangki air pemadam kebakaran atau struktur IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran diisyaratkan dalam kategori resiko IV untuk
operasi pada saat keadaan darurat
- Tower.
- Fasilitas penampung air dan struktur pompa yang dibutuhkan untuk
meningkatkan tekanan air pada saat memadamkan kebakaran -
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang penting terhadap sistem pertahanan nasional.
Gedung dan struktur lainnya termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan , penyimpanan, penggunaan
atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya yang mengandung bahan yang sangat
beracun dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyarakan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi nasyarakat bila terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang beracun, sangat beracun atau mudah meledak dapat dimasukkan dalam kategori
resiko yang lebih rendah bilamana dapat dibuktikan dengan memuaskan dan berkekuatan hukum melalui kajian bahaya bahwa kebocoran bahan
beracun dan mudah meledak tersebut tidak akan mengancam kehidupan masyarakat. Penurunan kategori resiko ini tidak diijinkan jika gedung
atau struktur lainnya tersebut juga merupakan fasilitas yang penting.
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori resiko IV
Fasilitas pembangkit energi yang tidak memasok energi untuk kebutuhan nasional dapat dimasukkan kedalam kategori resiko II
Tabel 2.6Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan
Kategori Resiko Banguan I
e
I atau II 1,0
III 1,25 IV 1,50
Sumber : RSNI 1726-2010
2.2.4.2 Koefisien Modifikasi Respons R
Koefisien modifikasi respon, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut, faktor reduksi gempa representatif struktur
gedung tidak beratutan.
Sumber : RSNI 1726-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
Tabel 2.7Koefisien modifikasi respon R
Sistim Penahan- Gaya Gempa Koefisien Modifikasi
Respon R C. SISTEM RANGKA PENAHAN MOMEN
1. Rangka momen baja khusus 8
2. Rangka momen rangka batang baja khusus 7
3. Rangka momen baja menengah 4,5
4. Rangka momen baja biasa 3,5
5. Rangka momen beton bertulang khusus 8
6. Rangka momen beton bertulang menengah 5
7. Rangka momen beton bertulang biasa 3
8. Rangka momen baja dan beton komposit khusus 8
9. Rangka momen komposit menengah 8
10. Rangka momen terkekang parsial komposit 5
11. Rangka momen komposit biasa 3
12. Rangka momen Cold Form khusus dengan baut 3,5
Sumber : RSNI 1726-2010
Nilai faktor daktilitas struktur gedung µ di dalam perencanaan struktur gedung dapat dipilih menurut kebutuhan, tetapi tidak boleh diambil lebih besar dari nilai faktor
daktilitas maksimum µm yang dapat dikerahkan oleh masing-masing sistem atau subsistem struktur gedung.
2.2.4.3 Wilayah Gempa
Menurut peta hazard gempa Indonesia 2010, meliputi peta percepatan puncak PGA dan respon spektra percepatan di batuan dasar SB untuk perioda pendek 0.2 detik
Ss dan untuk periode 1.0 detik S1 dengan redaman 5 mewakili tiga level hazard gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun atau memiliki kemungkinan terlampaui 10
dalam 50 tahun, 10 dalam 100 tahun, dan 2 dalam 50 tahun. Definisi batuan dasar SB adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang memiliki memiliki
kecepatan rambat gelombang geser Vs mencapai 750 mdetik dan tidak ada lapisan batuan lain di bawahnya yang memiliki nilai kecepatan rambat gelombang geser
yang kurang dari itu. Pada Perencanaan Apartemen Tunning digunakan wilayah gempa yang disusun berdasarkan peta respon spektrum percepatan untuk periode
pendek 0,2 detik di batuan dasar S
B
untuk probabilitas terlampaui 10 dalam 50 tahun redaman 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
Gambar 2.4.Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk percepatan puncak PGA
Sumber : RSNI 1726-2010
Gambar 2.5. Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S
1
Sumber : RSNI 1726-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
Gambar 2.6. Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S
S
Sumber : RSNI 1726-2010
2.2.4.4 Jenis Tanah Setempat
Perambatan gelombang Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar PPEBD melalui lapisan tanah di bawah bangunan diketahui dapat memperbesar gempa rencana di
muka tanah tergantung pada jenis lapisan tanah. Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus ditentukan dari hasil analisis perambatan gelombang gempa dari
kedalaman batuan dasar ke muka tanah dengan menggunakan gerakan gempa masukan dengan percepatan puncak untuk batuan dasar SNI 03-1726-2002. RSNI
Gempa 2010 menetapkan jenis-jenis tanah di Indonesia menjadi 4 kategori, yaitu Tanah Keras, Tanah Sedang, Tanah Lunak, dan Tanah Khusus yang identik dengan
Jenis Tanah versi UBC berturut-turut S
C
, S
D
, S
E
, dan S
F
.
Tabel 2.8Jenis-jenis tanah berdasar RSNI 1726-2010
Kelas Lokasi
Profil Tanah deskrpsi umum
Sifat tanah rata-rata untuk 30 m teratas Kecepatan
rambat gelombang
ms N SPT
cohesionles soil layers
Kuat geser niralir
KPa
A Hard Rock
1500 Diasumsikan tidak ada di
Indonesia B
Rock 760 – 1500
C Very Dense Soil and Soft
Rock Tanah Keras
360 – 760 ≥ 350
50 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
D Stiff Soil Profile
Tanah Sedang 180-360
175-350 15 - 50
50 - 100 E
Soft Soil Profile Tanah Lunak
180 175
15 50
F Membutuhkan evaluasi khusus
Tanah Khusus
SUMBER :RSNI 1726-2010
2.2.4.5 Penentuan Percepatan Puncak di Permukaan Tanah
Besarnya percepatan puncak di permukaan tanah diperoleh dengan mengalikan faktor amplifikasi untuk PGA FPGA dengan nilai PGA yang diperoleh dari
Gambar 2.4. Besarnya FPGA tergantung dari klasifikasi site yang didasarkan pada Tabel 2.8 dan nilainya ditentukan sesuai Tabel 2.9.
Tabel 2.9Faktor amplifikasi untuk PGA FPGA ASCE 7-10
Klasifikasi Site
Sesuai Tabel 2.7
SPGA PGA
≤ 0.1 PGA = 0.2 PGA= 0.3 PGA = 0.4 PGA ≥ 0.5 Batuan Keras SA
0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 Batuan SB
1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 Tanah Sangat Padat
dan Batuan Lunak SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
Tanah Sedang SD 1.6
1.4 1.2
1.1 1.0
Tanah Lunak SE 2.5
1.7 1.2
0.9 0.9
Tanah Khusus SF SS
SS SS
SS SS
Sumber : RSNI 1726-2010
Keterangan: SPGA = Nilai PGA di batuan dasar SB mengacu pada Peta Gempa Indonesia
2010 gambar 2.4 SS
= Lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon spesifik.
Percepatan puncak di permukaan tanah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
PGA
M
= F
PGA
x S
PGA
......................................................2.1 Dimana:
PGA
M
= nilai percepatan puncak di permukaan tanah berdasarkan klasifikasi site. F
PGA
= faktor amplifikasi untuk PGA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
2.2.4.6 Faktor ResponGempa
Faktor respon gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi, besarnya nilai faktor respon gempa diperoleh dari perhitungan S
S
dan S
1
.
Tabel 2.10 Kategori Lokasi Fa untuk Menentukan Nilai Ss Site
Class Ss
≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss ≥ 1,20
A 0.8
0.8 0.8
0.8 0.8
B 1
1 1
1 1
C 1.2
1.2 1.1
1 1
D 1.6
1.4 1.2
1.1 1
E 2.5
1.7 1.2
0.9 0.9
F Lihat Pasal 4.5
Catatan : Gunakan interpolasi linier untuk angka tengah Ss
Sumber : RSNI 1726-2010
Tabel 2.11 Kategori Lokasi Fvuntuk Menentukan Nilai S
1
Site Class
Mapped Maximum Consideret Earthquike Spectral Response Acceleration Parameterr at 1-s periode
S
1
0.1 S
1
= 0.2 S
1
= 0.3 S
1
= 0.4 S
1
0.5 A
0.8 0.8
0.8 0.8
0.8 B
1 1
1 1
1 C
1.7 1.6
1.5 1.4
1.3 D
2.4 2
1.8 1.6
1.5 E
3.5 3.2
2.8 2.4
2.4 F
Lihat pasal 4.5 Catatan : Gunakan interpolasi linier untuk angka tengah S
1
Sumber : RSNI 1726-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
Gambar 2.7.Desain Respon Spektrum
Sumber : RSNI 1726-2010
Keterangan : S
S
= Parameter respon spektra percepatan pada perioda pendek, yang didapat dari Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S
S
. S
1
= Parameter respon spektra percepatan pada perioda 1-detik, yang didapat dari Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S
1
. F
a
= Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau, bergantung pada kelas lokasi dan nilai S
S
. F
v
= Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau, bergantung pada kelas lokasi dan nilai S
1
. S
DS
= Parameter respon spektra percepatan desain. 23.F
a
.S
S
S
DS
= Parameter respon spektra percepatan desain. 23.F
v
.S
1
T = Perioda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
2.2.4.7 Kategori Desain Gempa KDG.
Pengklasifikasian ini dikenakan pada struktur berdasar Kategori Resiko Banguan KRB dan tngkat kekuatan gerakan tanah akibat gempa yang diantisipasi dilokasi
struktur banguan.
Kategori desain gempa dievaluasi berdasarkan parameter respon percepatan periode pendek dan berdasarkan parameter respon percepatan periode 1,0 detik.
Tabel 2.12 Kategori Desain Gempa KDG Berdasarkan Parameter Percepatan Perioda Pendek.
Nilai S
DS
Kategori Resiko Bangunan KRB I atau II
III Iv
S
DS
0,167 A
A A
0,167 S
DS
0,33 B
B B
0,330 S
DS
0,50 C
C C
0,500 S
DS
D D D
SUMBER :RSNI 1726-2010
KDG : A B
C D
E F
Resiko gempa meningkat. Persyaratan desain dan detailing
gempa meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
Tabel 2.13 Kategori Desain Gempa KDG Berdasarkan Parameter Percepatan Perioda 1,0 detik.
Nilai S
D1
Kategori Resiko Bangunan KRB I atau II
III Iv
S
DS
0,067 A
A A
0,067 S
DS
0,133 B
B B
0,133 S
DS
0,20 C
C C
0,20 S
DS
D D D
Sumber : RSNI 1726-2010
Tabel 2.14 Kategori Desain Gempa KDG dan Resiko Kegempaan. Kode Tingkat
Resiko Kegempaan
RSNI 1726-10
Rendah Menengah Tinggi
KDG A,B
KDG C
KDG D,E,F
SRPMBmMK SRPMMK SRPMK
Sumber :RSNI 1726-2010
b. Kinerja Struktur
i. Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan nonstruktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari
simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal yang telah dibagi faktor skala.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh
melampaui
R 03
, kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang
mana yang nilainya terkecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
ii. Kinerja Batas Ultimit
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam
kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia
dan untuk mencegah benturan berbahaya antar gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah seladelatasi. Simpangan dan simpangan
antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali
ξ tertera pada Persamaan 2.2 dan 2.3 :
a. Untuk struktur gedung beraturan :
ξ = 0,7 R………………………………………………………2.2
b. Untuk struktur gedung tidak beraturan :
ξ =
a FaktorSkal
R 7
,
……………………………………………..2.3 dengan R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh
melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
2.5 Data Struktur Gedung
Pada penelitian ini dilakukan pada Apartemen Tuning Gedung B yang berada di daerah Bandung. Struktur gedung beton bertulang dengan ketinggian 10 lantai.
Bangunan tersebut berdiri di atas basement sedalam tiga lapis. Fungsi utama bangunan adalah sebagai tempat hunian dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
pendukungnya.
Tabel 3.1. Deskripsi Gedung Gedung B
Sistem Struktur Dual System
Wall-frame beton bertulang Fungsi gedung
apartemen Jumlah Lantai
10 Luas lantai tipikal 1305.9202
m
2
Tinggi lantai tipikal 5 m
Tinggi Maksimum gedung
52.5 m Jumlah lantai basement 3
Tinggi lantai tipikal basement
4 m Kedalaman basemen
12 m Luas basement 1
6702.8641 m
2
Luas basement 2 9246.1794 m
2
Luas basement 3 9246.1794 m
2
Luas total gedung termasuk basement
80665.9889 m
2
Sumber : Astuning Hariri 2008