Partisipasi Masyarakat Dalam Program Daur Ulang Sampah Di Kube Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok

(1)

PERUMAHAN PANCORAN MAS DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rizka Carissa

NIM: 109054100003

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , 26 Juni 2014


(5)

i

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Daur Ulang Sampah Di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, sedangkan kemampuan pengelolaan dalam menangani sampah ini tidak seimbang dengan produksinya. Sehingga menumpuk dimana-mana. Sebagaimana kita ketahui bahwa munculnya sampah akan terus meningkat, tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi juga meningkat sejalan dengan pola hidup masyarakat. Bank sampah Iburatu recycle, memunculkan harapan baru bagi masyarakat untuk berperan serta dalam membantu menangani masalah sampah terutama yang ada di kota Depok.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif .dengan jenis penelitian deskriptif dimana teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling dengan 5 informan.Sedangkan analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif, Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

Kube Iburatu Recycle merupakan sekelompok masyarakat yang membentuk suatu usaha yang dapat mengasah keterampilan anggotanya serta menambahkan penghasilan bagi anggotanya yang bergabung dalam Kube tersebut. Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah melalui Bank Sampah di Kube Iburatu Recycle terbagi menjadi 2, yaitu partisipasi fisik (physical participation)berupa keikutsertaan (menjadi pengurus atau nasabah Bank Sampah) dan tenaga (membantu memilah), serta partisipasi keahlian (participation with skill) berupa keahlian/keterampilan, sosialisasi tentang Bank Sampah. Dengan adanya partisipasi dari warga dalam sebuah program kegiatan maka tidak mustahil untuk mewujudkan warga yang berdikari, karena tujuan akhir dari sebuah program kegiatan adalah keberlanjutan, proses belajar sosial serta perubahan pada sikap dan prilaku atau nilai. Di Kube Iburatu Recycle terdapat pula 3 tingkatan partisipasi yang menjadi pendorong keberfungsian anggotanya, yaitu Partisipasi inisiasi (inisiation participation) adalah partisipasi yang mengandung inisiatif dari masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan tetapi dapat menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana yang akan diusulkan, Partisipasi legimitasi (legimitation participation) adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan di Bank Sampah Iburatu Recycle, dan partisipasi eksekusi (execution participation) adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan program di Bank Sampah Iburatu recycle. Manfaat masyarakat dalam berpartisipasi di Bank Sampah Iburatu Recycle selain meningkatkan pengetahuannya mengenai daur ulang sampah dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan. Terdapat pula faktor pendorong masyarakat dalam berpartisipasi di Bank Sampah Iburatu Recycle salah satunya adalah adanya kemauan untuk mencoba hal baru dan termotivasi untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu terdapat pula faktor penghambat yaitu kesadaran masyarakat yang masih lemah untuk menjaga kebersihan lingkungan.


(6)

ii

Segenap puji syukur hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam yang menguasai bumi dan langit dengan arena nikmat-Nya penulis bisa beraktifitas dengan sepenuh hati, hanya rasa syukur yang disertai tasbih dan tahmid yang pantas penulis ucapkan untuk membalas semuanya, karena Rahmat dan berkah-Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia kepada jalan kebenaran. Sekaligus menjadi inspirasi dalam kehidupan penulis karena kemuliaan akhlaknya.

Penulis merasakan bahwa skripsi ini tidak dapat terwujud apabila tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.d selaku wakil Dekan bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni M,Si selaku wakil Dekan bidang Administrasi Umum, beserta Bapak Dr. Sunandar, M.A selaku wakil Dekan bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku ketua jurusan Kesejahteraan Sosial. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekertaris jurusan Kesejahteraan Sosial.

3. Ibu Nurhayati Nurbus, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat serta memberikan motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(7)

iii

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Baron dan Ibu Sri Wulan selaku pengurus Bank Sampah Iburatu Recycle, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Bank Sampah Iburatu Recycle.Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. 6. Ibu Evi, Ibu Susi, serta Ibu Hadi yang turut berpartisipasi dan sangat membantu

penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

7. Kedua Orang Tua penulis yaitu Ayahanda Mulyana dan Ibunda Hilna yang dengan tulus telah memberikan dukungan sepenuhnya, pengorbanan, serta perhatian yang tiada henti dan selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

8. Kaka-kaka tersayang, ka Muthia, ka Ardie, ka Vania, dan ka Arie yang Selama ini selalu memberikan dukungan, doa yang tiada henti kepada penulis dan memberikan energi positif bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku tercinta “GENGGONG” (Hanifa, Nandya, Ade, Inge, Jubet, Ni’ma, Ersya, Momba, Widya) yang selama ini menemani dalam suka, duka, canda dan tawa serta tidak pernah henti saling memberikan semangat, dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini I LOVE YOU GUYS.

10. Teman-teman Kessos angkatan 2009 yang selama perkuliahan saling berbagi ilmu, memberikan semangat serta tetap menjaga kekompakannya menjadi warna-warni kehidupan bagi penulis. Thanks for all.

11. Teman, kaka, sahabat setia yaitu Yudi yang selalu menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iv

penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi, dan bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT.Amin yaaRobbal’alamin.

Jakarta, 26 Juni 2014


(9)

v

ABSTRAK……….………..……….. i

KATA PENGANTAR ……….………… ii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTARTABEL ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ………..……… 1

A. Latar BelakangMasalah ………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….……… 6

D. Metodologi Penelitian ……….. 7

E. Pedoman Penulisan Skripsi……….………. 15

F. Tinjauan Pustaka ………... 16

G. SistematikaPenulisan ……….……….. 18

BAB II LANDASAN TEORI ……….……… 20

A. Partisipasi………...………… 20

1. Definisi Partisipasi………... 20

2. Tujuan Partisipasi……….……… 22

3. Tingkatan Partisipasi……… 23

4. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Partisipasi………... 24

5. Prinsip Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat………. 25

6. Jenis Partisipasi……… 27

B. Daur Ulang Sampah……….………. 29


(10)

vi

C. Kelompok Usaha Bersama…..………...………… 37

1. Sejarah Singkat Program KUBE…..…..………. 37

2. Definisi KUBE………..…..………. 38

3. Tujuan KUBE……….…..…..………. 39

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ………. 41

A. Gambaran Kota Depok ……….. 41

B. KUBE Iburatu Recycle………..………. 44

1. Sejarah Singkat KUBE IburatuRecycle…..……… 44

2. Visi dan Misi KUBE Iburatu Recycle…..……… 47

3. Struktur kepengurusan KUBE Iburatu Recycle……… 48

4. Tujuan KUBE Iburatu Recycle…………..………... 49

C. Manajemen Penanganan Sampah..……….. 50

D. Teknologi Pengelolaan dan Pengolahan Sampah……… 51

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA ……….... 57

A. Identitas Informan………...………..……… 57

B. partisipasimasyarakat……… 60

C. Manfaat daur ulang sampah………..……… 74

BAB VPENUTUP ………... 78

A. Kesimpulan……….. 78


(11)

(12)

viii

Tabel 1. Kerangka dan Jumlah Informan……… 8

Tabel 2. Perjalanan Bank Sampah Iburatu Recycle………52


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi sebagian orang beranggapan bahwa sampah adalah hasil limbah masyarakat yang tidak dapat digunakan lagi atau tidak ada manfaat yang dapat di ambil dari sampah tersebut, namun bagi sebagian masyarakat sampah adalah sumber kehidupan, mereka sering kita sebut sebagai pemulung ini menjadikan pekerjaan tersebut sebagai profesi, memang kehadiran mereka di butuhkan di tengah-tengah kita, sayang profesi mereka ini belum di legalkan atau belum diresmikan oleh pemerintah, sehingga penanganan sampah tersebut tidak maksimal.

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, sedangkan kemampuan pengelolaan dalam menangani sampah ini tidak seimbang dengan produksinya. Sehingga menumpuk dimana-mana. Sampah yang tidak terurus dengan baik akan menyebabkan menurunnya kesehatan dan nilai estetika lingkungan karena pencemaran air, udara dan berkembangnya hama penyakit, sehingga pemukiman penduduk disekitar tumpukan sampah tersebut tidak layak lagi bagi penduduk. Masalah sampah yang timbul di kota-kota besar adalah kerena sulitnya pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pemanfaatan dan pemusnahan sampah, baik


(14)

sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar, industri maupun sampah kantor. Sulitnya penanganan sampah erat kaitannya dengan buruknya kondisi pemukiman penduduk, karena pertumbuhan pemukiman yang semerawut mempersulit proses pengumpulan dan pengangkutan sampah sehingga akhirnya menumpuk.

Sebagaimana kita maklumi bahwa munculnya sampah akan terus meningkat, tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi juga meningkat sejalan dengan pola hidup masyarakat. Sementara itu ketersediaan lahan untuk tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah makin sulit karena daya dukung lahan khususnya di perkotaan makin berkurang. Akibat dari semakin bertambahnya pula buangan atau limbah yang dihasilkan. Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik (Rumah Tangga) telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Banyak orang yang tidak peduli akan kebersihan, terutama dalam hal membuang sampah dan banyak pula orang yang membuang sampah sembarangan, dan jika hal ini terus terjadi berkelanjutan akan berdampak efek negatif sangat besar bagi lingkungan, seperti merusak tatanan keindahan sebuah kota, belum lagi penyakit yang akan dengan mudah menimpa masyarakat yang berada di sekitar tumpukan sampah. Manusia sejatinya adalah khalifah yang di tugaskan Allah SWT untuk menjaga dan memelihara alam di muka bumi, seperti yang di firmankan Allah SWT dalam kitab suci Al-Qura’an surat Al-Baqarah ayat [30] :


(15)

}

٣ ٠

{

“ Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Rabb berfirman:’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’ ". (QS. 2:30)1

Isbandi Rukminto memberikan langkah upaya pemberdayaan yang mencoba menyinergikan pemberdayaan ekologi, ekonomi, sosial dan spiritual adalah seperti apa yang dilakukan oleh salah satu komunitas di India dalam mengelola sampah dengan proses pembuatan kompos. Salah satu yang dikembangkan adalah memanfaatkan sampah warga guna proses pembuatan pupuk yang dikumpulkan dua sampai tiga kali seminggu dengan kendaraan roda tiga. Upaya yang dilakukannya, bukan saja bernilai dalam pemberdayaan ekologi di mana mencoba menciptakan lingkungan yang lebih asri, tetapi juga dapat memberikan pengahasilan bagi warga dari kelas ekonomi yang kurang diuntungkan. Di samping itu, juga membantu mereka yang kurang

1

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), h.6.


(16)

diuntungkan agar tidak melakukan tindak kejahatan dan mau berbuat baik untuk sesama (mempunyai nilai sosial dan spiritual)2

Sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pasal 20 ayat (1) yaitu pengurangan sampah dengan pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.3

Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini adalah “ Partisipasi

Masyarakat dalam Program Daur Ulang Sampah di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok”. Dengan adanya bank sampah tersebut, memunculkan harapan baru bagi Pemerintah Kota Depok dan masyarakat lain untuk berperan serta dalam membantu menangani masalah sampah yang ada di Depok. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli sampai dengan bulan oktober2013 yang berlokasi di Kube “Iburatu Recycle” Perumahan Pancoran Mas Depok, dimana dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah warga masyarakat yang tinggal di Perumahan Pancoran Mas Depok yang memanfaatkan sampah untuk dibuat suatu kerajinan agar terlihat lebih menarik dan bernilai tinggi harganya. Kegiatan ini merupakan salah satu inovatif untuk membiasakan masyarakat lebih memilah sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang dapat ditabung, terutama ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Akhirnya

2

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas, Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Raja Persada Grafindo, 2008),h. 81-82.

3

Undang-undang mengenai pengolahan sampah diakses pada tanggal 25 November 2013 http://depokbebassampah.wordpress.com/acuan/bank-sampah/


(17)

masyarakat terdidik untuk menghargai sampah sesuai dengan jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah yang pada gilirannya akan membatasi timbunan sampah. Program yang dilakukan Bank Sampah ini sebagai sumber penghasilan dalam membantu perekonomian keluarga bagi mereka yang ikut serta dalam proses mendaur ulang sampah yang telah dikumpulkan atau mereka yang ikut menabung sampah dalam program yang telah dicanangkan oleh Bank Sampah.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam penulisan karya ilmiah ini bisa lebih fokus maka penulis membatasi serta menitikberatkan permasalahan ini pada tahapan partisipasi serta pengaruh yang dirasakan warga perumahan Pancoran Mas Depok terhadap kegiatan daur ulang sampah yang di lakukan oleh warga yang ikut berkontribusi dalam kegiatan daur ulang sampah ini di lingkungan tempat tinggal mereka.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas agar lebih terarah dalam mencapai sasaran, maka penulis merumuskan masalah tersebut dalam berntuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah di KUBE Iburatu Recycle perumahan Pancoran Mas Depok?


(18)

b. Bagaimana manfaat daur ulang sampah di KUBE Iburatu Recycle bagi warga perumahan Pancoran Mas Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok. b. Untuk mengetahui manfaat daur ulang sampah di KUBE Iburatu

Recycle bagi warga perumahan Pancoran Mas Depok.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama bagi mahasiswa kesejahteraan sosial, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sampah.

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi dokumen perguruan tinggi yang berguna untuk menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya pada studi sosial.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan Masukan bagi warga setempat untuk dapat melaksanakan program selanjutnya.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengaruh yang bersifat positif maupun negatif dalam kegiatan daur ulang sampah.


(19)

3) memberikan penyadaran akan pentingnya peran mereka dalam mensukseskan kegiatan ini sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di tempat daur ulang sampah Kube Iburatu Recycle yang berada di RT01/13 Perumahan Pancoran Mas Kota Depok. Peneliti mempunyai alasan memilih lokasi tersebut di latar belakangi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Adanya informasi yang penulis dapatkan dari pihak Bank sampah Kota Depok mengenai daur ulang sampah berbasis masyarakat di Kube Iburatu Recycle Pancoran Mas Depok.

b. Lokasi tersebut merupakan daerah perkotaan dengan permasalahan persampahan yang cukup kompleks.

Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai tanggal 25 Juli sampai dengan tanggal 28 November 2013. Dengan catatan penelitian ini akan berakhir jika data-data yang diperlukan dalam penelitian telah rampung atau dirasakan cukup. Sedangkan untuk hal-hal yang lainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.


(20)

2. Teknik pemilihan informan

Dalam penelitian ini, informan ditentukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Menurut neuman dalam metode non-probability sampling jumlah informan ditentukan melalui pengetahuan yang terbatas mengenai kelompok atau populasi besar yang mana mampu diwakili oleh sampel terpilih. Sedangkan Herdiansyah mengatakan bahwa metodenon-probability samplingmerupakan metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan (non-propability) yang sama untuk terpilih.4

Diantara beberapa tipe non-probability sampling yang ada, penelitian ini menggunakan tipe purposive sampling. Purposive sampling adalah digunakan dalam situasi yang dengan kemampuan untuk menentukan informan sesuai dengan tujuan. Jadi pada purposive sampling, pemilihan informan didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih.5

Berikut ini tabel subjek dan informan yang terpilih dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

Tabel 1. Informan

No. NAMA STATUS ALASAN MEMILIH

1. Ibu WLN Pengurus Bank Sampah Untuk mengetahui

bagaimana awal mula berdirinya Bank Sampah Iburatu Recycle

4

Moleong,Metodologi Penelitian, h. 95.

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 218-219.


(21)

2. Bapak BRN Pengurus Bank Sampah Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat terhadap berdirinya Bank Sampah Iburatu Recycle

3. Ibu SS Pengrajin Untuk mengetahui apa

saja kegiatan yang dilakukan Bank Sampah Iburatu Recycle.

4. Ibu EV Nasabah Bank Sampah Untuk mengetahui

dampak positif yang dirasakan warga sekitar yang ikut berpartisipasi di Bank Sampah Iburatu Recycle.

5. Ibu HD Bukan Nasabah Bank

Sampah

Untuk mengetahui alasan warga tidak berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah Iburatu Recycle.

3. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah data dan menganalisa data secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.6

Jadi, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek 6

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), cet-23, h. 11.


(22)

yang diamati oleh penulis, dimana penulis tidak hanya meneliti perilaku subyek bakan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan subjek dalam rangka keberdayaan mereka mempertahankan hidupnya.

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Pendekatan kualaitatif ini peneliti gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak lazim dalam mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.7

Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat menggambarkan dan menganalisis bagaimana proses Bank Sampah dalam mengimplementasikan program-programnya dan apa saja yang dihasilkan oleh para wirausaha yang tergabung dalam struktur kepengurusan yang tersusun di Bank Sampah tersebut. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan what dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal, menyajikan informasi dasar

7

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-2, h. 39.


(23)

akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.8

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.9

8

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-5 h. 69.

9

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. Ke-23 h. 11.


(24)

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, akan tetapi observasi atau pengamatan dapat pula memiliki arti yang lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan.10

Jadi dalam hal ini peneliti memposisikan diri sebagai pengamat dari kegiatan dari daur ulang sampah yang dilakukan di Bank Sampah Kelurahan Pancoran Mas Depok. Pengamatan yang peneliti lakukan meliputi wilayah dan lingkup di daerah bank sampah yaitu satu bulan penuh.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat berupa pedoman wawancara maupunchecklist.11

Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan R&D wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

10

Adang Rukhiyat, dkk,Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003), edisi 3,h.54.

11

Husein Umar,Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 24.


(25)

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.12

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau pengumpulan data secara tidak langsung. Pengumpulan data dengan wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Perbedaan teknik wawancara dengan pengamatan langsung adalah bahwa pada teknik wawancara harus selalu diusahakan terjadinya komunikasi dan interaksi dua arah antara peneliti dan objek riset.13

Kerlinger menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara : a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan

yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.14

Menurut Yin disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :

12

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231.

13

HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 71.

14


(26)

a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.

b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.

d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh pewawancara.15

5. Teknik Analisa Data

Dalam buku Sugiyono, menurut Bogdan bahwa analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.16

Jadi dalam menganalisis data, peneliti memperoleh data dari lapangan dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kategori data yang terkumpul yaitu observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian, dengan menggunakan analisa deskriptif dan dengan

15

Hamid Patilima,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-3, h. 68.

16

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif ,(Bandung: CV.Alfabeta, Agustus 2009), Cet-ke 5, h. 88.


(27)

menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mengetahui gambaran yang konkret tentang pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah di Bank Sampah Pancoran Mas Depok.

6. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.17

E. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2, tahun 2007

17

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ,(Bandung: CV.Alfabeta, Agustus 2009), Cet-ke 5, h. 83


(28)

F. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini, penulis terlebih dahulu mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebelumnya yang menjadi ide awal dalam penulisan kaya ilmiah penulis, yaitu:

Muhammad Syakur, skripsinya berjudul “Program Daur Ulang Sampah

Kertas sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat (studi kasus Corporate

Sosial Responsibility PT. pembangunan Jaya Ancol Tbk)”. Skripsi Mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Kesejahteraan Sosial (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syakur mengenai program daur ulang sampah kertas oleh CSR PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk untuk diolah bersama masyarakat di tempat produksi yang sudah dipersiapkan pihak perusahaan dan pemasaran hasilnya pun sudah dipersiapkan. Program ini telah memproduksi banyak kreasi yang berasal dari kertas yang didaur ulang. Produk-produk tersebut dijual dan hasilnya untuk keperluan bersama masyarakat. Perbedaan penelitian Muhammad Syakur dengan penulis adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah yang dilakukan di Kube Iburatu Recycle. Dan Bank Sampah Iburatu Recycle berdiri dari masyarakat sekitar untuk meminimalisir penumpukan sampah yang ada disekitar Bank Sampah.

Siti Habibah, skripsinya berjudul “ Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering di Kelurahan Pasar Minggu”.

Skrispsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Siti


(29)

Habibah mengenai manfaat sampah yang dilakukan oleh ibu-ibu Kelompok Lingkungan (I2KL). Penelitian ini berorientasi pada pembukaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan serta dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah tersebut bagi masyarakat setempat, khususnya dibidang wirausaha. Perbedaan penelitian Siti Habibah dengan penulis dapat dilihat dari berbagai macam aspek tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi saja. Berdirinya Bank Sampah Iburatu Recycle juga mencakup aspek ekonomi, sosial magi masyarakat sekitar Bank Sampah dan para nasabah Bank Sampah yang ikut berpartisipasi.

Bagus Adhi Pratama, skripsinya berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Kegiatan Daur ulang Sampah di Perumahan Griya Serpong

Kademangan Setu Tangerang selatan Banten”. Skrispsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2012). Penelitian ini lebih menekankan kepada pelatihan daur ulang sampah plastik yang di lakukan oleh ibu-ibu di perumahan Griya Serpong Kademangan Setu Tangerang Selatan banten. Perbedaan penelitian Bagus Adhi Pratama dengan penulis adalah menjawab peran serta masyarakat dalam kegiatan dari ulang sampah serta apa saja manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan di Kube Iburatu Recycle. Serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki Bank Sampah Iburatu Recycle yang belum tentu dimiliki oleh Bank Sampah lainnya.


(30)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori,Bab ini berisikan tentang beberapa pengertian dan penjelasan yaitu (i) Partisipasi sebagai faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat. (ii) Pengertian daur ulang dan Sampah meliputi: Penggolongan sampah, Faktor-faktor yang mempengaruhi sampah, penjelasan konsep yang di jalani dalam proses daur ulang sampah

BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan lembaga, meliputi latar belakang lembaga, Visi Misi lembaga, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan lain-lain.

BAB IV Analisis Hasil Penelitian, Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan analisis data, yaitu pemaparan tentang hasil penelitian dan pengaruh yang dirasakan waraga sekitar mengenai program daur ulang sampah tersebut dilakukan.

BAB V Penutup, Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang mendeskripsikan secara singkat tentang program daur ulang


(31)

sampah berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.


(32)

20 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Partisipasi

1. Definisi Partisipasi

Secara bahasa partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta.1 Partisipasi adalah suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam suatu proses kegiatan bersama dalam situasi sosial tertentu oleh karena itu unsur intern dalam partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan emosional.2 Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pegaktualisasikan diri, dimana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri dalam suatu kegiatan, semakin besar tingkat partisipasi semakin besar pula status sosial yang dimilikinya. Oleh karena itu orang yang banyak meluangkan waktu untuk kerja sosial akan mendapat pengakuan lebih, dan biasanya dapat membentuk kecerdasan sosial dalam diri orang yang banyak berpartisipasi. Oleh karena itu partisipasi sebagai faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat.

1

Suharto & Tata Iryanto, “Kamus Bahasa Indonesia”,(Penerbit Indah, Surabaya: 1996) h. 192.

2


(33)

Pengertian partisipasi menurut Uphoff dan Coben yaitu, menekankan pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan.3 Partisipasi memiliki pengertian bahwa setiap program bukan dirancang oleh orang luar kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakannya, tetapi program tersebut dirancang oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh orang luar.4

Sebagaimana diketahui, pemberdayaan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat, merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan media dan sarana bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Dalam hal ini, kegiatan daur ulang sampah merupakan media dan sarana bagi warga.

Terdapat juga beberapa pendapat mengenai pengertian partisipasi dalam buku Britha Mikkelsen sebagai berikut:

a. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terikat, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

b. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

3

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008), cet-1, h.296.

4

Ed.Rianingsih Djohani dkk, Berperan Bersama Berperan Setara, (Bandung: Driya Media, 1996), cet-1,h 13.


(34)

supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial.

c. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.5

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi adalah suatu proses keikutsertaan dalam menjalani suatu program yang rancang oleh masyarakat yang terlibat di dalamnya untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama.

2. Tujuan Partisipasi

Menurut Henry Sanoff mengatakan bahwa tujuan utama dari partisipasi masyarakat adalah:

a. Melibatkan masyarakat dalam mendisain proses pengambilan keputusan dan sebagai hasilnya meningkatkan kepercayaan mereka.

b. Menyalurkan dan memfasilitasi masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna meningkatkan mutu atau kualitas dari perencanaan keputusannya; meningkatkan rasa kebersamaan (sense of community) dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.6

5

Britha Mikkelsen, “Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),h. 64.

6


(35)

3. Tingkatan Partisipasi

Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya. Maka pada dasarnya nampak adanya tingkatan, yaitu:

a. Tingkat saling mengerti, tujuannya adalah untuk membantu para anggota kelompok agar memahami masing-masing fungsi dan sikap, sehingga dapat mengembangkan kerjasama yang lebih baik.

b. Tingkat penasihatin/sugesti, yang dibangun atas dasar saling mengerti, oleh karena para anggota kelompok pada hakekatnya sudah cenderung siap untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah memahami masalah dan ataupun situasi yang dihadapkan kepada masyarakat.

c. Tingkat otoritas, Otoritas pada dasarnya memberikan kepada kelompok suatu wewenang untuk memantapkan keputusannya.7

Sedangkan menurut Hoofsteede seperti dikutip Khairuddin membagi partisipasi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Partisipasi inisiasi (inisiation participation) adalah partisipasi yang mengandung inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan-kebutuhan bagi masyarakat.

7

Sastropoetro, “Partisipasi Komunikasi, persuasif dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional”,h. 49.


(36)

b. Partisipasi legimitasi (legimitation participation) adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut. c. Partisipasi eksekusi (execution participation) adalah partisipasi pada

tingkat pelaksanaan.8

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa dari ketiga tingkatan partisipasi tersebut, partisipasi inisiasi mempunyai kadar yang lebih tinggi dalam penelitian ini dibandingkan partisipasi legitimasi dan eksekusi. Dimaksudkan, masyarakat tidak hanya sekedar menjadi obyek pembangunan saja, tetapi bisa menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana yang akan dilaksanakan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero, kondisi-kondisi yang mendorong partisipasi adalah sebagai berikut:

a. Orang yang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting.

b. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.

d. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya. e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.

8


(37)

f. Adanya kemampuan untuk menggunakan keputusan, kemampuan dalam suatu kegiatan akan mempengaruhi tingkat partisipasi yang akan dilakukan dan biasanya terkait dengan jabatan yang diduduki.

g. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.9

Ada bermacam-macam faktor yang mendorong kerelaan untuk terlibat ini, bisa karena kepentingan bisa karena solidaritas, bisa karena memang mempunyai tujuan yang sama, bisa juga karena ingin melakukan langkah bersama walaupun tujuannya berbeda. Partisipasi akhirnya harus membuahkan kesepakatan tentang tujuan yang hendak dicapai dan ditindak yang akan dilakukan bersama. Artinya, apa yang semula bersifat individual harus sukarela diubah dan diolah menjadi tujuan dan kepentingan kolektif.10

5. Prinsip Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat

Prinsip partisipasi penting diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, agar seluruhstakeholder yang terlibat dalam kegiatan dapat berkontribusi dan memiliki tanggung jawab bersama untuk menyukseskannya.11

Tahapan partisipasi dapat dimulai dari tahap menentukan mana yang akan dituju dan apa yang akan dihasilkan, biasanya yang disebut dengan tahapan

9

Ife dan Tesoriero, “alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development”, h.310-312.

10

Sumarto Sj Hetifah,“Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),h. 188.

11


(38)

rumusan kebijakan dan rencana. Selanjutnya diikuti dengan partisipasi pada tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan sumber daya agar tujuan dapat dicapai. Partisipasi dapat dilakukan mulai dari tahap implementasi sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi.12

Program pemberdayaan masyarakat itu aklan sukses dalam memandirikan masyarakat disegala bidangnya bila didukung oleh partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Partisipasi ini merupakan faktor esensial dalam mendorong dan bergeraknya peran masyarakat tersebut. Partisipasi akan terwujud menjadi baik bila masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program tersebut memiliki peran dan kewenangan yang lebih baik.13

a. Tahap Perencanaan, Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dalam program pengembangan atau pembangunan masyrakat, indikatornya dapat dilihat, pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam musyawarah penentuan program, identifikasi dan masalah, ataupun pembuatan formula kegiatan atau program kemasyarakatan tersebut. b. Tahap Pelaksanaan, Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah

ikut serta dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun pemanfaat program, masyarakat sebagai pelaksana, mereka misalnya 12

Hetifah, “inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakasa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”,h. 187.

13


(39)

berpartisipasi dalam perumusan prosedur, aturan main dan mekanisme pelaksanaan program serta aktif dalam pelaksanaan itu sendiri. Masyarakat sebagai pemanfaat program, mereka bertanggung jawab penuh terhadap program yang diberikan oleh lembaga pemerintah/LSM/Dunia usaha bagi kemanfaatan dan kemandiriannya. Mereka betul-betul melaksanakan program untuk memberdayakan dirinya dalam aspek lebih luas.

c. Tahap Pelembagaan Program, partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan program. Langkah partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam merumuskan dan membuat model-model pendanaan program, penguatan lembaga-lembaga pengelolaan program dan melakukan pengkaderan anggota masyarakat sebagai penguatan SDM bagi program tersebut. d. Tahap Monitoring dan Evaluasi, Pada tahap ini, masyarakat ikut serta

mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut dapat dimiliki kinerja yang baik secara administrative maupun subtantif.14

6. Jenis Partisipasi

1. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah ditentukan tolak ukurnya, hanya berdasrkan kuantitas kehadiran tanpa banyak berperan dalam pengambilan 14


(40)

keputusan terkecuali yang bersifat voting atau pengambilan suara berdasarkan kehadiran.

2. Refresentasi, jenis partisipasi ini mengandung aktifitas tertentu untuk menentukan masalah dan perumusannya, memilih metode serta ikut terlibat dalam membuat keputusan untuk pemecahan masalah. Partisipasi ini setingkat lebih tinggi dari kehadiran karena sudah terbentuk suatu totalitas yang utuh untuk terlibat secara menyeluruh dalam suatu kegiatan. 3. Pemilikan dan Pengendalian, jenis partisipasi ini merupakan varian

tertinggi secara kualitatif disertai rasa memiliki terhadap kegiatan ini karena telah terlibat secara mental dan emosional memberikan semangat pada yang lainnya.15

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengatakan bahwa sumbangan dalm berpartisipasi dapat dirinci menurut jenis-jenisnya sebagai berikut:

a. Partisipasi Buah Pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau rapat.

b. Partisipasi Tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan utuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan sebagainya.

15


(41)

c. Partisipasi Keterampilan dan Kemahiran, yang diberikan orang untu mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri.16

B. Daur Ulang Sampah.

1. Pengertian Sampah dan Daur Ulang

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang telah digunakan. Sampah mengandung berbagai macam zat baik yang dapat berbahaya dan tidak berbahaya. Akan tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan dampak yang cukup serius bagi populasi manusia.17

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 3R (Reduce, Recycle, Reuse). Pada proses daur ulang sampah masyarakat dituntut untuk dapat memunculkan kreativitasnya agar dapat merubah sampah yang pada dasarnya tidak memiliki nilai guna menjadi suatu produk yang memiliki nilai guna.18

16

Fahrudin. Adi,Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat,(Bandung: Humaniora, 1996), h.39.

17

Y.Eko Budi Susilo.Menuju Keselarasan Lingkungan, Memahami Sikap Teologis Manusia Terhadap Pencemaran Lingkungan. (Malang: Averroes Press, 2003),h. 43-44.

18

Johan Silas, Dilema Pengelolaan Sampah, Masalah dan Kejanggalan Pemahaman.(Surabaya: Makalah Seminar Nasional Teknik Lingkungan ITATS&Dirjen Dikti Depdiknas,2003),h.7.


(42)

Daur ulang telah memainkan peran utama dalam penciptaan kebijakan lingkungan baru dan proaktif, sementara pada saat yang sama, menciptakan pasar untuk bahan yang dapat dibuat menjadi produk baru. Produk daur ulang yang dihasilkan baik oleh masyarakat atau perusahaan daur ulang akan percuma apabila tidak adanya gairah dari pasar untuk dapat tertarik membeli produk tersebut.

Kemudian penggunaan ulang (reuse), didefinisikan sebagai suatu proses penggunaan kembali benda yang terjadi disaat sebuah produk yang telah digunakan untuk tujuan aslinya kemudian digunakan untuk menyelesaikan tujuan yang sama atau tujuan yang sama sekali baru berdasarkan tingkat kemampuan produk tersebut untuk digunakan kembali. Memang dari definisi tersebut cukup memberikan gambaran dimana penggunaan kembali suatu produk atau suatu barang, untuk tujuan yang vsama dengan aslinya atau ungtuk tujuan yang sama sekali baru, bergantung pula dengan tingkat kemampuan barang tersebut untuk digunakan kembali. Untuk beberapa material, terdapat jenis yang memiliki daya tahan yang cukup baik untuk dapat digunakan kembali pada nilai gunanya yang dari sebelumnya.19

Franchetti juga menjelaskan mengenai prinsip 3R dan 2E sebagai pendekatan pengelolaan sampah. 3R disebut sebagai reduce (pengurangan), reuse (penggunaan kembali) dan recycle ( daur ulang) sebagai suatu solusi 19

Johan Silas, Dilema Pengelolaan Sampah, Masalah dan Kejanggalan Pemahaman.(Surabaya: Makalah Seminar Nasional Teknik Lingkungan ITATS&Dirjen Dikti Depdiknas,2003),h.9.


(43)

penanganan permasalahan sampah berdasarkan hirarki pengelolaan sampah. Sedangkan 2E yaitu environment (lingkungan) dan economics (ekonomi) sebagai suatu tujuan dari diadakannya usaha 3R untuk mengurangi dampak lingkungan terhadap organisasi penyelenggara usaha 3R serta meningkatkan ekonomi organisasi tersebut.20

Secara khusus, Franchetti menjelaskan terdapat dua yang menjadi tujuan diadakannya usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi akan tetapi ia juga menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi akan tetapi ia juga menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R tersebut terhadap nama baik perusahaan dalam dunia usaha serta keuntungan secara individu dan sosial. Secara lingkungan, keuntungan yang didapat dari usaha 3R adalah

a. Konservasi sumber daya alam seperti : air, hutan, energi dan tanah. b. Lingkungan yang lebih sehat karena berkurangnya sampah masuk ke

pembuangan akhir.

c. Pengurangan resikoglobal warming. d. Korservasi habitat.21

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas baik dari proses pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan sistem 3R (reduce, reuse dan recycle)

20

Totok Noerdianto, PRODUS, upaya alternatif untuk mengurangi sampah dengan Melibatkan Peran Serta Masyarakat Guna Mengahasilkan Keuntungan Ekonomis dan Ekologi.

Makalah Seminar Nasional. (Surabaya: Teknik Lingkungan ITATS & Dirjen Dikti Depdiknas, 2003), h.7.

21


(44)

serta manfaatnya terhadap lingkungan semakin memberi gambaran bagaimana pentingnya partisipasi masyarakat sebagai salah satu peran penimbul sampah dan juga peran yang memiliki dampak langsung dari permasalahan sampah, untuk dapat ikut serta dalam menyelesaikan masalah persampahan.

Material yang dapat di daur ulang :

1. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik)

2. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue. 3. Platik bekas wadah air mineral, bekas bungkus kopi, deterjen 4. Sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos.

Salah satu upaya untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah adalah dengan melakukan pengelolaan sampah. Dan pada tingkat masyarakat, pengelolaan sampah yang bisa dilakukan dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 3R adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber.

Setelah melakukan pemilahan, proses selanjutnya adalah pengelolaan sampah melalui prinsip 3R. Masyarakat dapat melakukan pengelolaan dengan berpartisipasi mengelola sampah mulai dari pemilahan sampah antara jenis organik dan anorganik (non-organik). Untuk sampah organik, sampah bisa diolah untuk dijadikan kompos melalui proses komposting. Komposting itu


(45)

sendiri merupakan proses upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Sedangkan untuk sampah anorganik, pengolahannya dapat berupa daur ulang sampah, penggunaan kembali sampah dan dimusnahkan apabila memang sampah tersebut sudah tidak bisa digunakan.

2. Sumber dan Jenis Sampah.

Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrial refuse).

Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kalang dan lain-lain.

Comercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat

perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan, warung dan tempat

jual beli lainnya. Biasanya sampah berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri dari berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik, dan daun pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang rusak dan lain-lain.

Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri, jumlah dan jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah


(46)

oleh perusahaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang limbah dan sampahnya di sekitar perusahaan tersebut, sehingga sering mencemari lingkungan disekelilingnya.22

Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan diatas, masih ada sampah jenis lain yaitu sampah yang berasal darti jalanan (street sweeping), dari bangkai binatang yang mati (dead animal), pembersihan dan pembangunan suatu tempat, sampah dari tempat produksi pertanian dan lain-lain.

Secara umum sampah dibagi atas dua golongan, yaitu sampah yang mudah terurai (degradable refuse) dan sampah yang tidak dapat terurai (nondegradable). Degradable refuse yaitu sampah yang mudah terurai secara alami melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Biasanya sampah golongan ini berasal dari bahan-bahan organic, seperti sampah sayuran dan buah-buahan, sisa makanan, kertas bangkai binatang dan lain-lain. Nondegradable adalah sampah yang tidak dapat diuraikan atau sulit diuraikan secara alami melalui proses fisik, kimiawi, dan biologis menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Nondegradable refuse biasanya berasal dari bahan anorganik, bahan sintetis dan bahan kertas lainnya, seperti kaca, plastic, kayu, keramik.23

22

Haryoto Kusnopoetranto, Kesehatan Lingkungan.(Jakarta:FKM Universitas Indonesia,1986), h.70-74.

23

Departemen Kesehatan,Pembuangan sampah.(Jakarta:Pusat Pendidikan Tenaga kesehatan Departemen Kesehatan, 1997),h.3.


(47)

Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasikan atas beberapa kelompok, antara lain:

a. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai makanan oleh organism lainnya, seperti insekta, binatang pengerat (rodentia), dan berbagai “scavenger” sampah jenis ini biasanya bersumber dari“domestic refuse”atau industry pengolahan makanan.

b. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan. Pertama sampah yang tidak mudah membusuk tetapi muidah terbakar, seperti kayu, bahan plastic, kain, bahan sintetik. Kedua adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar seperti kaca, keramik, dan tulang hewan.

c. “dead animal”yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat berupa bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild animal).

d. “street sweeping” yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu dan lain-lain.


(48)

e. “industrial waste” merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industry, sampah jenis ini biasanya lebih homogeny bila dibandingkan dengan sampah jenis lainnya.24

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sampah

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain:

a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan kontruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industry dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

24


(49)

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.25

C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Sejarah Singkat Program KUBE

Sejak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan program penanggulangan kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) khususnya Repelita I-IV melalui program sektor dan regional. Keberadaan lembaga koordinasi penanggulangan kemiskinan yang bersifat sektoral seperti Kelompok usaha Bersama atau KUBE dari Kementerian Sosial yang dulu bernama Departemen Sosial, KUBE dimulai sejak tahun 1982. Tahun 2006 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial mencoba menyempurnakan pendekatan penyelenggaraan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).26

Jika pada tahun 2005, penyaluran bantuan kepada KUBE bersifat nature, melalui perantara, top down, terpusat dan tanpa pendampingan, maka mulai tahun 2006 sudah dilakukan perubahan dan penyempurnaan ditahun 2007 perubahan nyata dilakukan langsung kepada KUBE dan melalui mekanisme perbankan (bekerjasama dengan PT. BRI Tbk). Bantuan tidak lagi bersifat 25

Juli Soemirat Slamet,Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), cet-7. H. 154.

26

Oetami Dewi,“KUBE (Kelompok Usaha bersama) Sebagai Model Untuk Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses tanggal 23 Juni 2011 dari

http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/07/27/kube-kelompok-usaha-bersama-sebagai-model-untuk-pengembangan-pemberdayaan-masyarakat/


(50)

natural yang harus disediakan oleh pemerintah pusat melalui pihak ketiga namun disediakan sendiri oleh anggota KUBE.27

2. Definisi KUBE

Berdasarkan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan kelompok Usaha Bersama (KUBE) Departemen Sosial Republik Indonesia member pengertian KUBE adalah:

a. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses kegiatan PROKESOS (program kesejahteraan sosial) untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

b. KUBE merupaka metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses PROKESOS dalam rangka MPMK (memajukan permasalahan kemiskinan).

c. KUBE tidak dimaksudkan untuk mengganti keseluruhan prosedur baku PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial fakir

27

Oetami Dewi,“KUBE (Kelompok Usaha bersama) Sebagai Model Untuk Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses tanggal 23 Juni 2011 dari

http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/07/27/kube-kelompok-usaha-bersama-sebagai-model-untuk-pengembangan-pemberdayaan-masyarakat/


(51)

Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pebentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan ketrampilan berusaha, bantuan stimulant dan pendampingan. d. Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yaitu wadah yang menghimpun dan

mengelola keluarga binaan sosial yang telah mendapatkan bantuan sarana usaha dari pemerintah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan atau kehidupannya.28

3. Tujuan KUBE

a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatnya kealitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan, dan meningkatkannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi

masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga, dalam lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungan, semakin minimnya

28 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari


(52)

perselisihan yang mungkin timbul antara suami dan istri atau antara orang tua dan anak.

c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung jawab dan keikut sertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial lingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih menguntungkan terbukanya kesempatan memanfaatkan sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya.29

29 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari


(53)

41

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Gambaran Kota Depok

Sampah telah menjadi masalah nasional. Pengelolaan sampah yang tidak komprehensif dan tidak mempertimbangkan aspek masyarakat dan lingkungan seringkali memunculkan permasalahan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Sistem yang kurang tepat, metode dan teknik pengelolaan sampah yang belum berwawasan lingkungan, seringkali berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pengelolaan sampah saat ini menjadi permasalahan yang cukup pelik. Jika tidak dilakukan penanganan yang baik, dikhawatirkan mempengaruhi keseimbangan yang merugikan yang akan mencemari lingkungan, baik terhadap tanah, air, maupun udara. Pengelolaan sampah di Indonesia sangat mengandalkan sistem end of pipe solution yang menitikberatkan pada pengolahan sampah, ketika sampah tersebut telah dihasilkan. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).

Proses pembuangan akhir sampah di Indonesia pada umumnya cenderung pada sistem open dumping , yaitu melakukan pembuangan sampah dengan menimbun secara terbuka. Salah satu akibatnya, jumlah timbulan sampah sangat tinggi. Sebagai contoh, menurut standar spesifikasi timbulan sampah


(54)

untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75–3,25 lt/org/hari. Di Kota Depok saja, dari hasil kajian pada 2007, dengan asumsi produksi sampah per hari per orang 2,65 liter ( skala kota ), maka pada tahun 2006 dengan jumlah penduduk 1.420.480 jiwa, timbulan sampah perhari rata-rata 3.764 m3/hari. Dari timbulan sampah tersebut, sampah yang terangkut hanya 1281 m3/hari dan sampah yang tidak terangkut 2.483 m3/hari.

Meski pelayanan pengelolaan sampah belum optimal, beban tempat pembuangan akhir sampah (TPA) semakin berat. Dari kajian analisis dampak lingkungan (Amdal) TPA Cipayung, Depok, volume sampah harian yang dibuang bervariasi awalnya 69,6 m3/hari. TPA Cipayung dioperasikan sejak tahun 1992 itu kini memiliki luas 11,2 ha dengan kapasitas dan direncanakan sekitar 1.200.000 m3 atau setara dengan 4 juta m3 timbunan sampah. Jika program pengelolaan yang semula open dumping (pembuangan terbuka) tidak ditingkatkan hingga menjadi sanitary landfill (memperhatikan aspek kesehatan dan kelestarian lingkungan) umur operasional TPA diperkirakan akan penuh pada tahun 2010.

Pada aspek lain, secara hukum, masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak itu tercantum dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka memenuhi hak masyarakat tersebut, kemudian lahir Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sebagai payung hukum pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif yang


(55)

memberikan kepastian hukum bagi masyarakat untuk memperoleh layanan pengelolaan sampah yang baik, di samping mengatur kejelasan hak dan tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Undang- undang tersebut mengatur paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah sebelumnya lebih banyak menerapkan sistem kumpul → angkut → buang. Sampah yang berasal dari masyarakat maupun kawasan hanya dikumpulkan di suatu tempat, lalu diangkut dan langsung dibuang di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Sampah dibuang di TPA tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang bisa menyebabkan pencemaran lingkungan.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengubah paradigma tersebut dengan menilai sampah sebagai sumber daya dan dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghilangkan pencemaran. Sampah dikelola dengan paradigma baru pengelolaan sampah, yaitu mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), mendaur ulang (Recycle), melibatkan masyarakat(Participation). Sampah dibatasi sejak dari sumbernya dan di tiap proses penanganan dilakukan proses pemilahan, penggunaan kembali dan pendaurlangan hingga memiliki manfaat ekonomis dan ekologis.

Permasalahanya, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut tidak serta merta dapat dilaksanakan sekaligus. Ada beberapa hal dalam pengelolaan sampah yang masih memerlukan sejumlah aturan pelaksanaan di bawahnya. Daerah-daerah, termasuk Pemerintah Kota Depok memerlukan


(56)

pengaturan pengelolaan lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda). Perda tentang pengelolaan sampah ini diperlukan untuk memberikan kepastian hukum dalam rangka pengelolaan persampahan yang terpadu, komprehensif, memenuhi hak dan tanggungjawab pemerintah Kota Depok dan peran serta masyarakat.

B. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Sejarah Singkat KUBE Iburatu Recycle

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) atau yang biasa disebut dengan KUBE Iburatu Recycle berdiri pada tahun 2009. Pada tahun tersebut terdapat pelatihan kerajinan tangan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi barang bermanfaat. Pelatihan tersebut diikuti ibu-ibu rumah tangga lingkungan RT 01 Kelurahan Pitara. Setelah itu Bank Sampah WPL melaksanakan program yaitu gerakan pemilahan dan pengumpulan sampah non organik dengan membagikan plastik sampah non organik ke semua rumah di lingkungan RT 01/13. Kegiatan lainnya yang ada di Bank Sampah Iburatu recycle adalah pelatihan membuat souvenir dari bahan sampah kemasan sachet, mie instant, refill cairan pembersih dan minyak goreng untuk dijadikan hasil kerajinan tangan. Setelah berhasil menghasilkan produk berupa tas, dompet dengan motif menarik muncul permasalahan baru di bahan baku yang kurang.


(57)

Untuk memudahkan bahan baku akhirnya pada tahun 2011 dibuatlah Bank Sampah Iburatu Recycle yang tidak hanya mencakup masyarakat lingkungan sekitar tetapi juga dari luar kelurahan seperti Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) berubah nama menjadi Kube Iburatu Recycle pada tahun 2011. Pembentukan nama Kube Iburatu Recycle ini merupakan singakatan dari Kelompok Usaha Bersama Ikatan Ibu-Ibu Pitara RT 01. Bank Sampah ini didirikan bukan berupa usaha pribadi melainkan gerakan dan usaha yang berbasis masyarakat. Dengan adanya Bank Sampah Iburatu recycle ini sebagai wadah pemberdayaan kaum Ibu dalam meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberdayakan masyarakat agar dapat mengelola dan memanfaatkan sampah secara mandiri dan berkesinambungan.

Seperti bank umumnya, di bank sampah ini setiap nasabah atau orang yang menabung sampah akan mendapatkan buku tabungan. Di dalamnya berisi catatan jumlah tabungan dari pihak nasabah. Untuk tabungan sendiri baru dapat diambil dengan ketentuan setelah menabung selama 3 bulan. Dengan pertimbangan agar hasil yang diperoleh memiliki nilai lebih banyak sehingga mampu dirasakan oleh nasabah. Kebiasaan nasabah akan mengambil hasil tabungan pada kondisi tertentu. Misalnya pada saat anak-anak sekolah ganti semester baru.


(58)

Bank sampah WPL atau KUBE Iburatu Recycle menerima semua jenis tabungan sampah. Asalkan memiliki nilai jual misalnya kertas koran, kardus, kertas buku (putih), kertas buram, kertas campur, kerdus, plastik mineral, plastik ember, besi, kuningan dan alumunium. Dengan harga beli beragam disesuaikan dengan sampahnya. Misalnya kertas koran Rp 800/kg, Kardus Rp 800/kg, plastik ember berwarna Rp. 1000/kg, kaleng Rp 800/kg, tembaga Rp 40.000/kg, kuningan Rp 18.000/kg, aluminium kw I Rp 9000/kg, aluminium kw II : 7500/kg.

Kemudahan juga diperoleh nasabah bank sampah, jika jumlah sampah banyak maka pihak bank sampah akan datang mengambilnya. Untuk saat ini nasabah tidak hanya dari lingkungan RT 01 saja, ada beberapa masyarakat dari luar kelurahan yaitu Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.

Sedangkan sampah tabungan nasabah tidak seluruhnya dimanfaatkan sendiri oleh pengurus bank sampah. Untuk plastik pembungkus permen, kopi, minuman cereal, detergent, minyak goreng dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan yang cantik dan menarik. Diantaranya tas, dompet, jepitan, bando yang bernilai ekonomi. Sedangkan sampah yang belum mampu diolah mereka melakukan kerjasama dengan tukang rongsokan. Dengan maksud walaupun sampah-sampah dikelola masyarakat namun tidak mematikan mata pencaharian mereka, malah menguntungkan karena untuk sampah-sampah telah dipilah.


(59)

Kendala yang dihadapi bank sampah warga peduli lingkungan adalah pendapatan bank sampah yang masih relatif kecil. Ditambah dengan biaya sewa tempat bank sampah 150rb/bulan kadang belum mampu terpenuhi setiap bulannya. Walaupun banyak kemudahan dari pemilik lahan yang mendukung bank sampah yang memberikan banyak toleransi untuk masalah biaya sewa. Dengan berdirinya bank sampah peduli lingkungan mampu menghasilkan produk yang bisa masuk di event-event tertentu misalnya sebagai souvenir pernikahan.

2. Visi dan Misi KUBE Iburatu Recycle a. Visi KUBE Iburatu Recycle

Menumbuhkan semangat wirausaha bagi pelaku usaha bersama dapat terciptanya nilai kebersamaan dalam mensejahterakan keluarga dan mengurangi pengangguran.

b. Misi KUBE Iburatu Recycle

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan daya belinya sehingga dapat mensejahterakan kehidupannya.

2. Mewujudkan kemandirian usaha sosial dalam meningkatkan ekonomi keluarga.


(60)

3. Memberikan informasi peluang pasar dan meningkatkan pengetahuan manajemen pemasaran dalam rangka menjaga kontinuitas pemasaran.

3. Struktur kepengurusan Kube Iburatu recycle

Penanggung jawab : RT 01/13 Pancoran Mas Depok

Ketua : Bapak BRN

Wakil/pengurus : Ibu WLN

Sekertaris : Ibu NN

Bendahara : Ibu WLN

Div. Pengrajin : Ibu SS

Koor. Nasabah Bank Sampah : Ibu EV

Dalam struktur kepengurusan di Bank Sampah Iburatu Recycle anggota kepengurusannya hanya berbentuk sederhana. Dari sekian banyak yang pada awal mulanya ikut bergabung, kini penggiatnya mengerucut hanya tinggal 5 orang. Tim kepengurusan di Bank Sampah Iburatu recycle ini selain menjadi pengurus Bank Sampah mereka juga aktif dalam kegiatan pemilahan sampah, pelatihan, sosialisasi, dan juga pameran. Selain pengurus Bank Sampah Iburatu Recycle juga mempunyai nasabah Bank Sampah yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pemilahan sampah serta pengumpulan sampah untuk di pilah dan dijadikan kerajinan tangan. Mereka yang menjadi pengurus Bank Sampah sangat antusias terhadap program-program yang ada di Bank Sampah Iburatu recycle karena mereka merasa kegiatan ini sangat


(61)

bermanfaat bagi lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan menjadi pengetahuan baru bagi mereka dalam membuat kerajinan tangan.

4. Tujuan KUBE Iburatu Recycle

a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan: meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, kreatifitas serta dapat meningkatkan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan sosial lainnya. b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam

mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya. Ditandai dengan adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, dalam lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapatan yang mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungan semakin minimnya perselisihan yang mungkin timbul anatara suami dan istri atau antara orang tua dan anak.

c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya. Baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung jawab serta keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial dilingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan


(62)

usaha yang lebih menguntungkan, terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya.

C. Manajemen penanganan sampah

Sampah akan dapat dimanfaatkan secara optimal jika dilakukan pemilahan sejak dari awal. Selanjutnya penanganan sampah yang tepat akan memberikan nilai tambah yang maksimal. Penanganan sampah sejak dari sumbernya merupakan awal pengelolaan sampah yang benar. Manajemen diperlukan dalam memastikan bahwa sampah yang kita hasilkan ditangani dengan benar sejak dari awal hingga akhir. Manajemen penanganan sampah meliputi:

1. Penanganan semua jenis sampah yang ada di sebuah kawasan.

2. Metode dan sarana yang efektif dalam memilah sampah sejak dari awal. 3. Metode penanganan dan teknologi pengelolaan yang digunakan.

4. Pengembangan siklus manfaat sampah.

Secara umum, sampah di sebuah kawasan dapat dibagi menjadi sampah organik dan non organik. Akan tetapi, komposisi volume sampah dapat berbeda-beda di setiap bagian kawasan tersebut. Di bagian dapur atau tempat makan, misalnya, volume sampah organik pasti lebih dominan dibandingkan dengan sampah non organik. Di perkantoran dan pertokoan akan terjadi sebaliknya, sampah non organiklah yang lebih dominan. Di antara sampah


(63)

non organik, unsur sampah plastik, dewasa ini lebih dominan dibandingkan dengan jenis sampah lainnya. Sedangkan untuk rumah tangga dan kawasan perbelanjaan, sampah organik merupakan unsur yang dominan.

Dengan pemahanan dan penguasaan kawasan, maka penanganan sampah sesuai dengan jenis dan volumenya akan dapat dilakukan secara efektif. Efektivitas pemilahan sampah merupakan kunci bagi kita untuk mendapatkan kualitas sampah yang baik untuk diproses berikutnya.

Dengan manajemen penanganan sampah yang tepat, kita juga dapat membangun kehidupan lingkungan yang lebih sehat dan kehidupan sosial yang lebih bermartabat.

D. Teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah

Pengelolaan sampah berhubungan dengan sampah non organik, sedangkan pengolahan sampah berhubungan dengan sampah organik. Sampah non organik memiliki pilihan pengolahan yang lebih banyak dibandingkan dengan sampah organik, untuk itu diperlukan upaya pengelolaan yang efektif dalam memilah dan memilih berbagai jenis sampah non organik sebelum kita dapat mengolahnya. Secara umum, ada empat keluaran yang dapat dihasilkan dari pengelolaan sampah non organik, meliputi, Industri kreatif, Bahan baku industri daur ulang, Pusat pendidikan dan pelatihan, Tujuan wisata kreatif.

Untuk sampah non organik, teknologi kreatif memegang peranan sangat penting didukung oleh teknologi material dan proses. Dengan pendekatan


(64)

teknologi yang tepat, semakin banyak sampah non organik yang digunakan kembali menjadi produk-produk yang bermanfaat.

Untuk sampah organik, diperlukan teknologi untuk mengendalikan proses pembusukan sampah agar berjalan secara efektif, efisien dan praktis.

Berikut Perjalanan Bank Sampah Iburatu Recycle dari awal mula berdiri hingga saat ini.

Tabel 2. Perjalan Bank Sampah Iburatu Recycle

No. Tahun Perjalanan Bank Sampah Iburatu Recycle

1. Tahun 2008 memperkenalkan pembuatan & pemanfaatan lubang Biopori.

2. Tahun 2009 Sosialisasi pemilahan sampah di arisan PKK RT

dan lingkungan RT 01/13 Kelurahan Pancoran Mas.

3.

November-Desember 2009

gerakan pemilahan & pengumpulan sampah non organik dengan membagikan plastik sampah non organik ke semua rumah.

4. 20 Desember

2009

pelatihan membuat suvenir dari bahan sampah kemasan sachet, mie instant, refill cairan pembersih & minyak goreng.

5. Februari 2010 pembentukan KUB Iburatu Recycle. Iburatu

merupakan singkatan dari Ikatan Ibu-ibu Pitara RT 01/13 Pancoran Mas Depok.

6. Januari 2010 produksi suvenir daur ulang.

7. Mei 2011 pembentukan Bank Sampah Iburatu Recycle

8. Desember 2011 bekerja sama dengan Yayasan Tazakka Insan Madani membangun jaringan D's.a.m.Pah Center.

9. November 2012 memulai upaya pengolahan sampah organik secara mandiri.

Pengalaman Memberi Training Membuat Suvenir Recycle: 1. PT. Indosat, Jl. Daan Mogot, Jakarta Barat


(65)

2. PT. OOCL, Kota BNI Lt 23, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat 3. PT. Jasa Marga Cabang Tangerang, Jl. MH Thamrin, Tangerang 4. Dharma Wanita Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 5. Bidang Perempuan DPD PKS Kota Depok

6. SMA Negeri 1, Depok 7. SMA Setia Negara, Depok

8. SDIT Islam Cendekia (SDIT Al Qudwah Kujang), Depok 9. SDIT Al Haraki, Depok

10. SDIT Mutiara Islam, Depok 11. SDIT Ruhama, Depok

12. Ibu-ibu Majelis Taklim Masjid Baitul Iman, Blok N, Depok Maharaja, Depok 13. Ibu-ibu Majelis Taklim Musholla An Nahl, RW 17, Pancoran Mas, Depok 14. Ibu-ibu perumahan Bumi Sawangan Indah 2, Sawangan, Depok

15. TPA Masjid Pesona Khayangan, Depok 16. Super Kids Club, Pesona Khayangan, Depok

17. Komunitas Bank Sampah Marni, Kampung Kupu, Rangkepan Jaya, Depok 18. Komunitas Bank Sampah Beringin, Beji, Depok


(66)

20. Komunitas dan perorangan lainnya yang datang ke kantor Bank Sampah WPL

Pengalaman memberikan Sosialisasi Pengelolaan Sampah & Pembentukan Bank Sampah:

1. Kecamatan Pancoran Mas, Depok

1. RW 02 Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok 2. Bank Sampah Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok

3. Ibu-ibu Majelis Taklim, Komplek BDN, Pancoran Mas, Depok 4. Ibu-ibu PKK Rangkepan Jaya, Pancoran Mas, Depok

5. Bank Sampah Pondok Petir, Bojong Sari, Depok

6. Sentra Pemilahan Bu Mimin, Kavling Pelita, Parung Bingung, Rangkepan Jaya Baru, Depok

7. Arisan ibu-ibu Komplek Poin Mas, Pancoran Mas, Depok

8. Ibu-ibu Majelis Taklim An Nisa, Perumnas Depok 1, Depok Jaya, Depok 9. Ibu-ibu RW 13, Komplek Mampang Indah 2, Rangkepan Jaya, Depok 10. Warga RW 05, Cagar Alam, Kelurahan Pancoran Mas, Depok

11. Ibu-ibu PKK Kelurahan Mampang, Depok

12. Komunitas dan perorangan lainnya yang datang langsung berkonsultasi ke kantor Bank Sampah WPL.


(67)

1. TVRI 2. Kompas TV 3. Metro TV 4. Radar Depok 5. Majalah Femina

6. Situs Resmi Pemerintah Kota Depok 7. Depoknews.com

Pameran:

1. Hari Lingkungan Hidup Kota Depok, di Jl Ir. H. Juanda, Depok, 2011 2. HUT Provinsi Jawa Barat, di Gedung Sate, Bandung, 2011

3. Hari Lingkungan Hidup SIT Darul Abidin, Depok 2011

Kerja Sama Program:

1. Yayasan Wanita Peduli Lingkungan

2. Kombes (Komunitas Bude Endang Suprihatini), Bojong Gede, Bogor 3. Yayasan Tazakka Insan Madani


(68)

Training program for the JICA Partnership Program in Project for Strengthening of Non-inceneration Type waste Disposal Technology development and Transfer in Indonesia at Osaki Town, Japan 14 Oktober - 19 Oktober 2012.


(1)

Itu juga kalo dia lagi mau ya, namanya juga anak-anak ya kalo dia lagi enak hati ya dia disini, kalo engga ya saya palingan sendiri aja. 15. Ibu tinggal nya ini masih satu RT ya

sama Bank Sampah Iburatu Recycle?

Engga saya tinggalnya ini sudah masuk RT 7 walaupun rumah saya bersebrangan sama bank Sampah Iburatu recycle.

16. Kalau begitu terimakasih ya bu atas waktu nya, saya pamit.


(2)

Nama : WLN

Waktu : Kamis, 21 November 2013 Pukul 09.00 WIB

Tempat/lokasi : Tempat Tinggal Ibu WLN

1. Saat peneliti tiba di rumah ibu WLN, peneliti merasakan sambutan hangat oleh ibu WLN. Di depan rumah ibu WLN terlihat tumpukan sampah hasil pemilahan. Rupanya sampah hasil setoran nasabah yang belum di jual ke pengepul.

2. Peneliti melihat di pojokan tampak ada suatu tempat menyimpan sampah limbah B3. Tempat sampah B3 tersebut merupakan pemberian BLH untuk mengumpulkan sampah B3 dari nasabah sekitar. Sampah B3 yang dimaksud seperti bohlam, kaca, dsb.

3. Peneliti melihat sampah yang menumpuk di depan rumahnya tersebut memang belum dijual. Dan masih ada lagi sampah yang belum terjual yang ditaruh di lahan belakang tempat Bank Sampah Kube Iburatu Recycle beroperasional. Lahan tempat Bank Sampah yang ada dibelakang itu merupakan lahan milik orang lain yang disewa untuk operasional Bank Sampah sebesar 50 ribu per bulannya.

4. Saat peneliti melihat ke dalam rumah Ibu WLN terlihat banyak hasil kerajinan olahan

sampah non organik yang dipajang dalam lemari. Hasil kerajianan yang dibuat oleh pengrajin di Bank Sampah Iburatu Recycle yang akan dipasarkan melalui mulut ke mulut ataupun event-event tertentu dimana Bank Sampah Iburatu Recycle diundang untuk menghadirinya.


(3)

Nama : BRN

Waktu : Jumat, 22 November 2013 Pukul 16.30 WIB

Tempat/lokasi : Tempat Tinggal Bapak BRN

1. Peneliti melihat dan mengikuti kegiatan Bank Sampah Iburatu Recycle dalam melaksanakan rapat untuk menentukan program kerja dan juga melaksanakan evaluasi setelah mengadakan pameran ataupun sosialisasi yang dipimpin oleh Bapak BRN.

2. Peneliti juga melihat bagaimana cara pemilahan sampah yang dilakukan pengurus dan cara pembuatan hasil kerajinan tangan berupa tas, dompet, buku binder, dll.

3. Peneliti merasakan bau yang tidak sedap pada saat sampah-sampah yang di jemput dari rumah-rumah warga disatukan di lahan belakang tempat Bank Sampah, namun setelah sampah tersebut dipilah dan di cuci bau tersebut sudah tidak tercium.

4. Peneliti menyaksikan bahwa kegiatan sosialisasi yang dibawakan oleh Bapak BRN sangatlah berpengaruh kepada masyarakat yang turut berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi tersebut dalam hal pemilahan sampah rumah tangga. Serta memonitoring kegiatan yang telah di rencanakan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(4)

Nama : SS

Waktu : Kamis, 21 November 2013 Pukul 11.00 WIB

Tempat/lokasi : Tempat tinggal Ibu SS

1. Peneliti melihat bahwa pada saat ini Bank Sampah Iburatu Recycle masih kekurangan tenaga. Karena selama ini masih mengandalkan tenaga dari ibu-ibu, sementara ibu-ibunya banyak yang sudah repot dengan urusan rumah tangga, memasak, dll. Sementara kegiatan yang ada di Bank Sampah terdiri dari menganyam, memilah, dll.

2. Peneliti menyaksikan pada saat tim pengurus Bank Sampah Iburatu recycle mengadakan rapat program kerja dan rapat evaluasi semua peserta rapat mempunyai hak yang sama dalam mengusulkan pendapatnya. Dan hasil yang diperoleh oleh Bank Sampah Iburatu Recycle pun melalui tahap musyawarah atau diskusi dengan tim pengurus lainnya.

3. Hasil pengamatan lainnya yang peneliti peroleh adalah Ibu SS juga turut mengajarkan kepada masyarakat yang ingin ikut berpartisipasi dalam pembuatan kerajinan tangan dan daur ulang sampah.

4. Peneliti mengamati bahwa Ibu SS sebagai pengrajin sering kali membuat kerajinan tangan berupa tas, dompet kecil, dsb dikerjakan di rumahnya. Sesuai dengan pesanan dan kebutuhan pembeli.


(5)

Nama : EV

Waktu : Jumat, 22 November 2013 Pukul 15.00 WIB

Tempat/lokasi : Tempat tinggal Ibu EV

1. Peneliti melihat pada saat Ibu EV selalu memisahkan sampah-sampah rumah tangga yang ia miliki untuk selanjutnya di kirim ke Bank Sampah Iburatu Recycle.

2. Peneliti juga melihat hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh Ibu EV meskipun Ibu EV hanya menjadi nasabah Bank Sampah Iburatu Recycle dan tidak turut berperan aktif dalam


(6)

Nama : HD

Waktu : Senin, 25 November 2013 Pukul 10.00 WIB

Tempat/lokasi : Tempat tinggal Ibu HD

1. Peneliti menyaksikan bahwa Ibu HD tidak ikut bergabung dalam pemilahan sampah yang di sosialisasikan oleh Bank Sampah Iburatu Recycle, namun Ibu HD sangat mendukung dengan adanya program-program yang dilaksanakan oleh Bank Sampah Iburatu Recycle.