BAB V PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p 0,046 lebih kecil dari nilai α 0,05, dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Yusup dan Sulistyorini 2005, di Desa
Penjaringan Sari, yang menyimpulkan bahwa ventilasi rumah di Desa Penjaringan Sari rata-rata tidak di buka pada siang hari. Responden yang
terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah yang baik sebanyak 10 rumah 16,1 dan ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah 43,5,
sedangkan responden yang tidak terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah yang baik sebanyak 13 rumah 21 dan ventilasi rumah yang tidak baik
sebanyak 12 rumah 19,4. Hal ini disebabkan karena ventilasi atau jendela pada rumah responden rata-rata tidak dibuka dan masih banyak jendela pada
rumah responden berbahan kaca yang tidak bisa dibuka, sehingga proses pertukaran udara pada rumah tidak lancar.
Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah sehingga kejadian ISPA akan semakin
berkurang. Sedangkan ventilasi yang tidak baik dapat menyebabkan kelembaban tinggi dan membahayakan kesehatan sehingga kejadian ISPA
akan semakin bertambah Krieger dan Higgins, 2002.
41
B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,
didapatkan nilai p 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05, dengan demikian
terdapat hubungan yang signifikan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini mendukung hasil penelitian Nindya dan Sulistyorini
2005, di Desa Sidomulyo Sidoarjo, yang menyimpulkan bahwa pencahayaan alami pada rumah di pengaruhi oleh ventilasi atau jendela rumah yang tidak di
buka pada siang hari. Responden yang terkena ISPA mempunyai pencahayaan alami rumah yang baik sebanyak 10 rumah 16,1 dan pencahayaan alami
rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah 43,5, sedangkan responden yang tidak terkena ISPA mempunyai pencahayaan alami rumah yang baik
sebanyak 17 rumah 27,4 dan pencahayaan alami rumah yang tidak baik sebanyak 8 rumah 12,9. Hal ini disebabkan karena jendela kurang luas dan
jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan rumah menghadap ke arah barat dan utara. Cahaya matahari penting, karena
selain dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah juga mengurangi kelembaban ruangan dalam rumah Azwar, 1990.
C. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA