commit to user
I-1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul
The Fe-Male Centre “Wadah Pendidikan dan Pelatihan Bagi Kaum Waria Dengan Penekanan Konsep
Feminis”
The Fe-Male Centre merupakan suatu wadah pendidikan dan pelatihan bagi kaum waria dimana terdapat aktivitas belajar, mengajar dan berlatih serta mengekspresikan diri. Arti dari
tulisan The Fe-Male Centre sendiri merupakan suatu kata kiasan yang akan menimbulkan kesan ambigu apakah bangunan ini untuk wanita atau pria, karena tulisan Female diberi
tanda pemisah- pada Fe dan Male nya. Penulisan ini disengajakan untuk mengartikan waria sendiri yang adalah seorang pria namun berpenampilan wanita.
The Fe-Male Centre merupakan bangunan edukasi yang menyediakan aktivitas pendidikan, sosial, agama dan kesehatan bagi waria yang berkerja sama dengan KOMNAS
HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat wanita dengan menerapkan konsep bangunan feminis berdasarkan sifat psikologis waria.
1.2. Latar Belakang
Jakarta merupakan kota megapolitan di mana semua kaum minoritas dan mayoritas berkumpul dengan berbagai jenis orientasi kehidupan. Dibanding kota lainnya di Indonesia,
Jakarta merupakan kota yang lebih terbuka dan menerima berbagai perbedaan tanpa
adanya pembatasan sosial jika tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku. Waria
wanita pria atau yang sering disebut oleh masyarakat awam dengan panggilan banci, merupakan salah satu dari fenomena perbedaan tersebut yang menyebar di seluruh pelosok
kota di Indonesia khususnya Jakarta.
commit to user
I-2
Gambar 1.1 Waria di tengah masyarakat
Sumber:www.okezone.com, 07082010
Departemen Kesehatan memperkirakan jumlah waria di Indonesia pada 2006 mencapai 20.960 hingga 35.300 orang. Perhitungan tersebut hanya mencakup pada waria yang telah
memeriksakan kesehatannya dan yang terhitung oleh semua perkumpulan waria di seluruh Indonesia ,artinya tidak menutup kemungkinan masih banyaknya jumlah waria yang belum
terhitung . Data ini membuktikan keberadaan nyata kaum waria.STBP Surveilans Terpadu Biologis Perilaku 2007, menyatakan bahwa waria di Jakarta jumlahnya lebih banyak
dibanding kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, Semarang, dan Malang. Hal ini membuktikan bahwa di Jakarta penerimaan terhadap perbedaan lebih terbuka dibanding
kota lainnya. Waria merupakan salah satu kasus dari transgender yang lahir dengan tubuh pria namun
merasa bahwa diri mereka adalah seorang wanita secara batiniah, sehingga secara fisik dan penampilan mereka merubahnya secara total sehingga menyerupai sosok wanita
seutuhnyawww.wikipedia.com, 07082010. Waria banyak dipandang sebelah mata oleh masyarakat bahkan sering tidak diberi ruang hidup yang layak. Penyimpangan yang mereka
lakukan dengan merubah kodratnya sebagai pria sering tidak dapat diterima oleh masyarakat karena dianggap melanggar aturan agama. Malahan, di Indonesia tidak ada undang-undang
ataupun aturan tentang perlindungan ataupun hal yang menyinggung tentang kesejahteraan waria sehingga mereka seperti hidup tanpa status kejelasan. Sebagaimana informasi yang
dirilis oleh Indonesian Aids Community,2007 bahwa waria merupakan salah satu penyebar
commit to user
I-3
HIV AIDS terbesar di Indonesia yang pada umumnya bekerja sebagai pekerja jalanan mulai dari pengamen hingga pekerja seks.
Pekerjaan yang mereka lakukan disebabkan tidak adanya tempat kerja formal yang menerima pekerja dengan jenis kelamin yang tidak jelas. Hal ini dapat dilihat pada tanda
pengenal mereka yang berjenis kelamin pria namun secara fisik tidak ada tanda kelaki-lakian yang ditampilkan. Oleh karenanya, banyak waria yang memiliki keahlian dan interegitas
tinggi namun tetap terabaikan. Keahlian dan interegitas tersebut dapat dilihat dari banyaknya event-event yang mengikut sertakan waria sering diselenggarakan bahkan dijadikan acara
reality show di televisi swasta di Indonesia seperti ‘’Be A Man’’ atau kontes bakat waria dalam berbagai bidang yang menunjukkan potensi dari sisi positifnya.
Pendiskriminasian yang diterima waria membuat mereka menjadi kaum marjinal . Kondisi ini, memunculkan suatu gagasan untuk membuat suatu wadah bagi kaum minoritas tersebut
dengan harapan menaikkan harkat dan martabat waria agar dapat berbaur dengan masyarakat luas. Karena apabila fenomena ini dibiarkan maka kaum waria akan semakin
terdiskriminasi dan akan dianggap sebagai suatu permasalahan karena akan terus dipandang sebagai suatu penyakit yang harus dihilangkan. Sebaliknya, waria bukan sesuatu
yang harus dihilangkan, tetapi diberikan pendidikan agar dapat melepaskan diri dari pemikiran negatif masyarakat dan memberikan keahlian dan pekerjaan di bidang formal
lainnya.
Gambar 1.2 Para waria dalam usahanya menuntut hak mereka
Sumber:www.multiply.com,07082010
commit to user
I-4
Ini berarti bahwa dengan adanya suatu wadah yang dapat melatih dan memberi pendidikan formal bagi waria dapat membantu pemerintah dalam mengurangi penyebaran
virus HIV dan tingkat pengangguran di Indonesia , khususnya Jakarta.
1.3 Permasalahan dan Persoalan