Komunitas Waria di Jakarta

commit to user III-2 Wilayah Jakarta dilewati oleh ±10 sungai, baik alami maupun buatan yang sangat penting sumbangann ya bagi kehidupan dan penghidupan kota. Batas wilayah kota Jakarta adalah : Ø Sebelah utara : Laut Jawa. Ø Sebelah selatan : Kabupaten Bogor dan wilayah Depok. Ø Sebelah timur : Kabupaten dan kotamadya Bekasi. Ø Sebelah barat : Kabupaten dan Kotamadya Tangerang. Pusat pemerintahan dan perekonomian ditempatkan di kota ini sehingga banyaknya peluang kerja lebih banyak dibanding kota lainnya. Karena sifatnya yang megapolitan, kota Jakarta lebih menerima perbedaan dalam berbagai aspek. Banyaknya segala jenis pekerjaan dan kegiatan menimbulkan banyaknya komunitas yang berbeda. Penentuan Jakarta sebagai lokasi site diambil dari banyak pertimbangan yang diperoleh dari berbagai sumber data yang berhubungan dengan user bangunan sendiri yaitu waria.

3.2 Komunitas Waria di Jakarta

Di Jakarta jumlah waria cukup banyak dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Sensus terhadap waria tidak pernah dilakukan secara formal karena dimata negara hukum dan kenegaraan tidak ada jenis kelamin waria. Perhitungan sensus terhadap jumlah waria di Jakarta memang belum ada sehingga kepastian berapa jumlahnya belum dapat ditentukan, Departemen Kesehatan memperkirakan jumlah waria di Indonesia pada 2006 antara 20.960 hingga 35.300 orang dan di Jakarta belum ada catatan khusus mengenai jumlah tepatnya waria Karena Dinas Kependudukan dan catatan sipil provinsi DKI belum mencatat secara khusus mengenai jumlah kelamin ketiga ini, Badan Sensus Penduduk 2010 menyatakan bahwa waria disensus berdasarkan pernyataan terhadap jenis kelamin mereka sendiri, bila mereka merasa perempuan commit to user III-3 maka dalam pencatatan sensus akan ditulis sebagai perempuan begitu juga sebaliknya www.kompasnews.com , 11052010. Banyak komunitas waria di Jakarta yang berkumpul ditiap-tiap daerah untuk menjalin silaturahmi dengan komunitas lainnya di berbagai kota. Komunitas tersebut juga berfungsi untuk menghilangkan stigma negatif mayarakat terhadap waria. Umumnya waria yang muncul diruang publik Jakarta bekerja sebagai pekerja seks komersial dan pengamen jalanan, meski banyak dari mereka yang bekerja dalam bidang yang positif namun di mata masyarakat waria lebih menonjol sisi kenegatifannya. Lebih terbukanya kondisi sosial Jakarta membuat kaum waria lebih bebas dalam berekspresi dan berpendapat. Beberapa komunitas waria di Jakarta banyak yang melakukan kegiatan yang positif seperti pekerjaan sosial dengan membantu waria-waria lain yang tidak mampu, atau perkumpulan waria muslimah yang bergerak dalam bidang keagamaan. Banyak aktivis-aktivis waria di Jakarta yang memperjuangkan haknya agar diterima dimata negara dan hukum dengan intelejensinya. Potensi ini mendukung adanya suatu gagasan ide mengenai suatu wadah yang dapat memfasilitasi kaum waria untuk berkarya. Gambar 3.2 Aktivitas-aktivitas positif waria di Jakarta Sumber:www.tabloidnova.com , 08102010. commit to user III-4 Waria Rawan Penyakit Menular Hasil STBP dari Jakarta, Bandung dan Surabaya menunjukkan adanya prevalensi IMS dan HIV yang tinggi di kalangan Waria. Prevalensi HIV berkisar dari 14 di Bandung hingga 34 di Jakarta sedangkan prevalensi Gonore Rektal atau Klamidia berkisar dari 42 di Jakarta hingga 55 di Bandung. Prevalensi sifilis berkisar antara 25 Jakarta dan Bandung hingga 30 di Surabaya Gambar 3.3. Temuan ini perlu mendapat perhatian khusus karena termasuk angka prevalansi yang tertinggi di Asia dalam tahun-tahun terakhir. Prevalensi IMS uretral cukup rendah 0-2. Hal ini membutikkan tingginya angka penularan penyakit tersebut dan kurangnya penanggulangan terhadap masalah yang diderita waria. Tingkat pengetahuan mengenai tindakan-tindakan pencegahan terhadap penularan HIV dan IMS menunjukkan tingkat sedang hingga tinggi di empat dari lima kota, tetapi pengetahuan mengenai HIVIMS ini cenderung dangkal. Data surveilans Waria, yang tersedia sejak tahun 1995 di DKI Jakarta Gambar 3.4, memberi pandangan jangka panjang mengenai evolusi epidemi HIVAIDS pada Waria di Jakarta. Jakarta dan Surabaya memiliki jumlah Waria terbanyak dibandingkan kota-kota lainnya. Gambar 3.3 Diagram prevelensi HIV dan IMS Sumber:STBP 2007 commit to user III-5 Meskipun ada perbedaan dalam metodologi pemilihan sampel dalam pengumpulan data grafik memperlihatkan kecenderungan peningkatan prevalensi pada waria yang jelas. Dalam kurun waktu 12 tahun 1995-2007, peningkatan angka HIV pada waria semakin tinggi. Tercatat kenaikan angka tersebut bila di akumulasikan mencapai 35 dari seluruh jumlah waria di Jakarta. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang bahaya dan pecegahan penyakit menular seksual yang rawan terjangkit pada waria. Angka prevalensi HIV dan IMS yang tinggi pada waria memerlukan tindakan segera untuk memperluas cakupan program, dan meningkatkan pemanfaatan layanan IMS teratur untuk kalangan waria. Pendidikan dan publikasi medis terhadap bahaya dan penanggulangan penyakit tersebut haruslah ditingkatkan dengan cara-cara yang sesuai dengan psikologis waria sehingga pengurangan angka penyakit menular di kalangan mereka dapat diatasi. 3.3 Jakarta Sebagai Lokasi The Fe-Male Centre 3.3.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi Site