Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Kedua

commit to user 46 Tabel 4.5. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Testing Kondisi Pertama Kelas Sebenarnya Total Kelas Persentase Akurasi Lancar N = 407 Tidak Lancar N = 127 Lancar 156 88.46 138 18 Tidak Lancar 52 69.23 16 36 Total 208 Rata-rata 78.85 Persentase Keseluruhan Akurasi 83.65

4.2.2. Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Kedua

1. Proses Splitting Node

Pada kondisi kedua pembagian data menjadi dua bagian data learning dan data testing dengan proporsi 50:50. Dengan demikian data learning berjumlah 382 buah data, sedangkan data testing berjumlah 360 buah data. Sebelum dilakukan proses splitting node, terlebih dahulu memilih variabel pemilah terbaik dari kedelapan variabel independen. Pemilahan variabel berdasarkan kriteria goodness of split. Suatu split s akan digunakan untuk memecah node t menjadi dua buah node yaitu node dan node jika s memaksimalkan nilai ∆ ∗ , = max ∆ , , dimana ∆ ∗ , adalah nilai yang paling maksimaltertinggi dari ∆ , . Root node dipecah dengan kriteria pemecahan Cara Bayar adalah dengan cara triwulanan, Setengah tahunan, dan Tahunan. Variabel Cara Bayar terpilih karena nilai improvement yaitu ∆ , dari variabel Cara Bayar tertinggi dari competitor yang lain. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. commit to user 47 Tabel 4.6. Kriteria Pemilahan Terbaik Root Node Kondisi Kedua Main Splitter Improvement = 0.15039 Competitor Split Improvement N Left N Right N Missing Main Cara Bayar Triwulanan, Setengah Tahunan, Tahunan 0.15039 297 85 1 Macam Asuransi Ekawaktu Ideal, Mitra Beasiswa Berencana, Mitra Melati, Mitra Cerdas, Mitra Sehat 0.14610 298 84 2 Penghasilan 8000080 0.12346 85 297 3 Premi Dasar 100001 0.12346 85 297 4 Status Kawin 0.05521 186 196 5 Jangka Waktu Asuransi 9.5 0.02326 94 288 6 Jenis Kelamin Laki-laki 0.00139 172 210 Setelah terbentuk dan terpilih kriteria pemilihan terbaik, maka node utama yang berisi 382 objek data dipilah menjadi dua buah terminal nodes. Terminal node 1 terbentuk akibat kriteria variabel Cara Bayar adalah commit to user 48 triwulanan, setengah tahunan dan tahunan. Terminal node 2 terbentuk akibat kriteria variabel Cara Bayar adalah bulanan. Proses pemilahan dapat dilihat pada Gambar 4.6. Proses serupa terus berjalan pada node-node lainnya, hingga tersisa satu objek saja yang berada dalam node terakhir atau semua objek yang berada dalam sebuah node merupakan anggota dari kelas yang sama homogen. Gambar 4.6 . Pemilahan Root Node Kondisi Kedua

2. Pelabelan Kelas

Pada bagian ini adalah pemberian label kelas pada node-node yang telah terbentuk. Prosedur pemberian label kelas berdasarkan Definisi 2.14 class assignment rule yaitu jika | = max | ∗ = , dimana ∗ adalah kelas yang diidentifikasikan pada node t . Sebagai contoh, pada Gambar 4.6 tidak lancar| = 86 382 = 0.225 lancar| = 296 382 = 0.775 sehingga root node diberi label kelas lancar, karena peluang kelas lancar lebih besar daripada peluang kelas lainnya. Proses pelabelan kelas ini berlaku pada CARA_BAYAR = Triw ulanan... Terminal Node 1 Class = Lancar Class Cases Tidak Lancar 25 8.4 Lancar 272 91.6 W = 297.00 N = 297 CARA_BAYAR = Bulanan Terminal Node 2 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 61 71.8 Lancar 24 28.2 W = 85.00 N = 85 Node 1 Class = Lancar CARA_BAYAR = Triw ulanan,Setengah Tahunan, Tahunan Class Cases Tidak Lancar 86 22.5 Lancar 296 77.5 W = 382.00 N = 382 commit to user 49 semua node terutama terminal node, karena terminal node adalah node yang sangat penting dalam memprediksi suatu objek pada kelas tertentu jika objek berada pada terminal node tersebut.

3. Proses Penghentian Pemecahan

Proses splitting node yang berulang-ulang akan berhenti dan menghasilkan pohon maksimal yang dapat dilihat pada Gambar 4.8. Proses splitting node akan berenti karena pada ujung pohon klasifikasi terdapat terminal node dimana anggotanya terdapat pada kelas yang sama. Hal ini terlihat pada terminal node 23 dan 24 dalam gambar 4.7. Pohon maksimal Gambar 4.8. untuk kondisi kedua mempunyai 23 nonterminal nodes dan 24 terminal nodes. Gambar 4.7. Terminal node 23 dan 24 kondisi kedua Gambar 4.8 . Pohon Klasifikasi Maksimal Kondisi Kedua Terminal Node 23 Class = Lancar Class Cases Tidak Lancar 0.0 Lancar 1 100.0 W = 1.00 N = 1 Terminal Node 24 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 4 100.0 Lancar 0.0 W = 4.00 N = 4 = Nonterminal nodes = Terminal nodes dan commit to user 50

4. Proses Pemangkasan Pohon Tree Prunning Process

Proses pemangkasan pohon dapat dilihat pada Lampiran 4. Proses pemangkasan pohon klasifikasi maksimal menghasilkan 8 subtree. Proses pemangkasan pohon klasifikasi dimulai dengan mengambil yang merupakan right child node dan yang merupakan left child node dari � yang dihasilkan dari parent node t. Jika diperoleh dua child node dan parent node yang memenuhi persamaan = + , maka child node dan dipangkas. Proses tersebut diulangi sampai tidak ada lagi pemangkasan yang mungkin terjadi. Dan diperoleh urutan sebagai berikut � 1 , � 2 , ⋯ , 1 , � 1 � 2 ⋯ { 1 }, Gambar 4.9. Pohon klasifikasi kondisi kedua yang akan dipangkas Pada Gambar 4.9 terdapat node yang akan dipangkas yaitu node 8 . Node tersebut mengalami pemangkasan karena parent node dan child node memenuhi persamaan = + . Gambar 4.10 . Node 8 pada kondisi kedua yang akan dipangkas PREMI_DASAR = 582620.00 Terminal Node 7 Class = Lancar Class Cases Tidak Lancar 2 16.7 Lancar 10 83.3 W = 12.00 N = 12 PREMI_DASAR 582620.00 Terminal Node 8 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 2 66.7 Lancar 1 33.3 W = 3.00 N = 3 PREMI_DASAR = 601567.50 Node 9 Class = Lancar PREMI_DASAR = 582620.00 Class Cases Tidak Lancar 4 26.7 Lancar 11 73.3 W = 15.00 N = 15 PREMI_DASAR 601567.50 Terminal Node 9 Class = Lancar Class Cases Tidak Lancar 2 9.5 Lancar 19 90.5 W = 21.00 N = 21 Node 8 Class = Lancar PREMI_DASAR = 601567.50 Class Cases Tidak Lancar 6 16.7 Lancar 30 83.3 W = 36.00 N = 36 commit to user 51 Proses pemangkasan ini dapat dilihat dari perhitungan di bawah ini Parent Node Node 8 : Nilai = . dengan = 1 − max | dan | adalah peluang beberapa objek berada dalam node t. Dalam node 8 terdapat dua kelas yaitu kelas tidak lancar dan kelas lancar. Nilai probabilitas tiap kelas dalam node 8 adalah sebagai berikut: tidak lancar| 8 = 6 36 = 0.167 lancar| 8 = 30 36 = 0.833 sehingga dengan menggunakan rumus = 1 − max | , maka diperoleh 8 = 1 − max | = 1 − 0.833 = 0.167 . Nilai probabilitas objek yang berada dalam node 8 adalah 8 = 8 = 36 382 = 9.42 × 10 −2 . oleh karena itu, 8 = 8 . 8 = 0.167 × 9.42 × 10 −2 = 1.57 × 10 −2 . Selanjutnya pada child node , yaitu node 9 dan terminal node 9 : Dengan cara perhitungan yang sama maka, node 9 memiliki nilai max | sebesar 0.733, sehingga nilai = 1 − max | = 1 − 0.733 = 0.267. adalah peluang banyaknya objek pada anak node sebelah kiri node 9, sehingga nilai commit to user 52 = = 15 382 = 3.93 × 10 −2 . Oleh karena itu, = . = 0.267 × 3.93 × 10 −2 = 1.05 × 10 −2 . Terminal node 9 memiliki nilai max | sebesar 0.905, sehingga nilai = 1 − max | = 1 − 0.905 = 0.095. adalah peluang banyaknya objek pada anak node sebelah kanan terminal node 9, sehingga nilai = = 21 382 = 5.497 × 10 −2 . Oleh karena itu, = . = 0.095 × 5.497 × 10 −2 = 5.22 × 10 −3 . Dengan demikian persamaan = + 1.57 × 10 −2 = 5.22 × 10 −3 + 1.05 × 10 −2 1.57 × 10 −2 = 1.57 × 10 −2 terpenuhi untuk node 8, sehingga dilakukan pemangkasan.

5. Pohon Klasifikasi Optimal

Setelah dilakukan pemangkasan pohon, langkah selanjutnya pemilihan pohon klasifikasi optimal. Dari 8 subtree akan dipilih satu pohon klasifikasi dengan nilai penduga pengganti yang terkecil. Dalam mencari pohon klasifikasi optimal digunakan metode Test Sample Estimate yaitu � = 1 2 | 2 , , karena ukuran data yang besar. Nilai penduga pengganti sample uji test sample estimate dari masing-masing subtree terlihat pada Tabel 4.7. commit to user 53 Tabel 4.7. Tree Sequence Kondisi Kedua Tree number Terminal Nodes Test Set Relative Cost Resubstitution Relative Cost 1 24 0.94486 ± 0.08833 0.40857 2 20 0.94362 ± 0.08797 0.42143 3 18 0.93568 ± 0.08851 0.43183 4 14 0.86451 ± 0.08508 0.45508 5 12 0.84120 ± 0.08397 0.46794 6 8 0.83202 ± 0.08418 0.49666 7 2 0.70928 ± 0.07548 0.54018 8 1 1.00000 ± 0.00000 1.00000 Optimal Pada Tabel 4.7. terlihat bahwa dari kedelapan subtree yang terbentuk, subtree nomor 7 dengan 2 terminal nodes adalah pohon klasifikasi optimal. Hal ini dikarenakan memenuhi kriteria nilai test set relative cost � = min � yaitu subtree nomor 7 memiliki nilai paling kecil dari kedelapan subtree yang lainnya. Pohon klasifikasi optimal dapat dilihat pada Lampiran 5.

6. Predictive Accuracy

Pohon klasifikasi optimal yang telah terpilih tadi kemudian diuji tingkat keakuratannya dalam mengelompokkan data learning. Uji keakuratan pohon klasifikasi optimal pada kondisi pertama dengan menggunakan = 1 1 ≠ , ∈ℒ 1 = 24 + 25 382 = 49 382 = 0.128 commit to user 54 Dengan nilai = 0.128, maka ketepatan klasifikasinya adalah 1 − 0.128 = 0.8717 atau 87.17. Hasil dari klasifikasi pohon optimal dengan menggunakan data learning dapat dilihat pada Tabel 4.8 Tabel 4.8. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Learning Kondisi Kedua Kelas Sebenarnya Total Kelas Persentase Akurasi Lancar N = 297 Tidak Lancar N = 85 Lancar 296 91.89 272 24 Tidak Lancar 86 70.93 25 61 Total 382 Rata-rata 81.41 Persentase Keseluruhan Akurasi 87.17 Kemudian pohon optimal diuji keakuratannya dengan cara mengklasifikasikan data testing untuk melihat kemampuan pohon klasifikasi optimal dalam mengklasifikasikan data baru. Persamaan yang digunakan pada data testing adalah = 1 2 ≠ , ∈ℒ 2 = 26 + 39 360 = 65 360 = 0.180 Oleh karena itu, ketepatan klasifikasinya adalah 1 − 0.180 = 0.8194 atau 81.94 . Hasil dari klasifikasi pohon optimal dengan menggunakan data testing dapat dilihat pada Tabel 4.9. commit to user 55 Tabel 4.9. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Testing Kondisi Kedua Kelas Sebenarnya Total Kelas Persentase Akurasi Lancar N = 277 Tidak Lancar N = 83 Lancar 264 90.15 238 26 Tidak Lancar 96 59.38 39 57 Total 360 Rata-rata 74.76 Persentase Keseluruhan Akurasi 81.94

4.2.3. Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Ketiga