Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Pertama

commit to user 37 Variabel dependen yang digunakan terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas tidak lancar dan kelas lancar. Data ini diolah dengan menggunakan paket software CART Pro Ex 6.0 produk dari Salford Systems http:www.salford-systems.com. Ada tiga kondisi yang digunakan untuk membuat pohon klasifikasi dengan menggunakan algoritma CART. 1. Kondisi pertama adalah pembagian data menjadi dua bagian yaitu data learning dan data testing dengan proporsi data learning data testing 70:30. 2. Kondisi kedua adalah pembagian data menjadi dua bagian yaitu data learning dan data testing dengan proporsi data learning = data testing 50:50. 3. Kondisi ketiga pembagian data menjadi dua bagian yaitu data learning dan data testing dengan proporsi data learning data testing 40:60.

4.2. Hasil Analisis CART

4.2.1. Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Pertama

1. Proses Splitting Node

Pada kondisi pertama pembagian data menjadi dua bagian data learning dan data testing dengan proporsi 70:30. Dengan demikian data learning berjumlah 534 buah data, sedangkan data testing berjumlah 208 buah data. Sebelum dilakukan proses splitting node, terlebih dahulu memilih variabel pemilah terbaik dari kedelapan variabel independen. Pemilahan variabel berdasarkan kriteria goodness of split. Suatu split s akan digunakan untuk memecah node t menjadi dua buah node yaitu node dan node jika s memaksimalkan nilai ∆ ∗ , = max ∆ , , dimana ∆ ∗ , adalah nilai yang paling maksimaltertinggi dari ∆ , . Root node dipecah dengan kriteria pemecahan Cara Bayar adalah dengan cara Triwulanan, Setengah commit to user 38 Tahunan, dan Tahunan. Variabel Cara Bayar terpilih karena nilai improvement yaitu ∆ , dari variabel Cara Bayar tertinggi dari competitor yang lain. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Kriteria Pemilahan Terbaik Root Node Kondisi Pertama Main Splitter Improvement = 0.12801 Competitor Split Improvement N Left N Right N Missing Main Cara Bayar Triwulanan, Setengah Tahunan, Tahunan 0.12801 415 119 1 Macam Asuransi Mitra Prima, Mitra Pelangi, Ekawaktu Ideal, Mitra Beasiswa Berencana, Mitra Melati, Mitra Cerdas, Mitra Sehat 0.12533 416 118 2 Penghasilan 8000040 0.10874 120 414 3 Premi Dasar 100000.50 0.10874 120 414 4 Status Kawin 0.04960 258 276 5 Jangka Waktu Asuransi 9.5 0.02272 140 394 6 Jenis Kelamin Laki-laki 0.00063 237 297 7 Mata Uang Dolar 0.00023 1 533 commit to user 39 Setelah terbentuk dan terpilih kriteria pemilihan terbaik, maka node utama yang berisi 534 objek data dipilah menjadi dua buah terminal nodes. Terminal node 1 terbentuk akibat kriteria variabel Cara Bayar adalah triwulanan, setengah tahunan, dan tahunan. Terminal node 2 terbentuk akibat kriteria variabel Cara Bayar adalah bulanan. Proses pemilahan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Proses serupa terus berjalan pada node-node lainnya, hingga tersisa satu objek saja yang berada dalam node terakhir atau semua objek yang berada dalam sebuah node merupakan anggota dari kelas yang sama homogen. Gambar 4.1. Pemilahan Root Node Kondisi Pertama

2. Pelabelan Kelas

Pada bagian ini adalah pemberian label kelas pada node-node yang telah terbentuk. Prosedur pemberian label kelas berdasarkan Definisi 2.14 class assignment rule yaitu jika | = max | ∗ = , dimana ∗ adalah kelas yang diidentifikasikan pada node t. Sebagai contoh, pada Gambar 4.1 tidak lancar| = 130 534 = 0.243 lancar| = 404 534 = 0.757 CARA_BAYAR = Triw ulanan... Terminal Node 1 Class = Lancar Class Cases Tidak Lancar 45 10.8 Lancar 370 89.2 W = 415.00 N = 415 CARA_BAYAR = Bulanan Terminal Node 2 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 85 71.4 Lancar 34 28.6 W = 119.00 N = 119 Node 1 Class = Lancar CARA_BAYAR = Triw ulanan,Setengah Tahunan, Tahunan Class Cases Tidak Lancar 130 24.3 Lancar 404 75.7 W = 534.00 N = 534 commit to user 40 sehingga root node diberi label kelas lancar, karena peluang kelas lancar lebih besar daripada peluang kelas lainnya. Proses pelabelan kelas ini berlaku pada semua node terutama terminal node, karena terminal node adalah node yang sangat penting dalam memprediksi suatu objek pada kelas tertentu jika objek berada pada terminal node tersebut.

3. Proses Penghentian Pemecahan

Proses splitting node yang berulang-ulang akan berhenti dan menghasilkan pohon maksimal yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Proses splitting node akan berhenti karena pada ujung pohon klasifikasi terdapat terminal node dimana anggotanya terdapat pada kelas yang sama. Hal ini terlihat pada terminal node 46 dan 47 dalam Gambar 4.2. Pohon maksimal Gambar 4.3. untuk kondisi pertama mempunyai 46 nonterminal nodes dan 47 terminal nodes. Gambar 4.2. Terminal node 46 dan 47 kondisi pertama Gambar 4.3 . Pohon Klasifikasi Maksimal Kondisi Pertama Terminal Node 47 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 4 100.0 Lancar 0.0 W = 4.00 N = 4 Terminal Node 46 Class = Lancar Class Cases Tidak Lancar 0.0 Lancar 1 100.0 W = 1.00 N = 1 = Nonterminal nodes = Terminal nodes dan commit to user 41

4. Proses Pemangkasan Pohon

Proses pemangkasan pohon dapat dilihat pada Lampiran 2. Proses pemangkasan pohon klasifikasi maksimal menghasilkan 9 subtree. Proses pemangkasan pohon klasifikasi dimulai dengan mengambil yang merupakan right child node dan yang merupakan left child node dari � yang dihasilkan dari parent node t. Jika diperoleh dua child node dan parent node yang memenuhi persamaan = + , maka child node dan dipangkas. Proses tersebut diulangi sampai tidak ada lagi pemangkasan yang mungkin terjadi. Dan diperoleh urutan sebagai berikut � 1 , � 2 , ⋯ , 1 , � 1 � 2 ⋯ { 1 }, Gambar 4.4. Pohon klasifikasi kondisi pertama yang akan dipangkas Pada Gambar 4.4 terdapat node yang akan dipangkas yaitu node 36 . Node tersebut mengalami pemangkasan karena parent node dan child node memenuhi persamaan = + . Gambar 4.5 . Node 36 pada kondisi pertama yang akan dipangkas JANGKA_WAKTU_ASURANSI = 5.50 Terminal Node 33 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 43 72.9 Lancar 16 27.1 W = 59.00 N = 59 JANGKA_WAKTU_ASURANSI 5.50 Terminal Node 34 Class = Tidak Lancar Class Cases Tidak Lancar 6 85.7 Lancar 1 14.3 W = 7.00 N = 7 Node 36 Class = Tidak Lancar JANGKA_WAKTU_ASURANSI = 5.50 Class Cases Tidak Lancar 49 74.2 Lancar 17 25.8 W = 66.00 N = 66 commit to user 42 Proses pemangkasan ini dapat dilihat dari perhitungan di bawah ini Parent Node Node 36 : Nilai = . dengan = 1 − max | dan | adalah peluang beberapa objek berada dalam node t. Dalam node 36 terdapat dua kelas yaitu kelas tidak lancar dan kelas lancar. Nilai probabilitas tiap kelas dalam node 36 adalah sebagai berikut: tidak lancar| 36 = 49 66 = 0.742 lancar| 36 = 17 66 = 0.258 sehingga dengan menggunakan rumus = 1 − max | , maka diperoleh 36 = 1 − max | = 1 − 0.742 = 0.258 . Nilai probabilitas objek yang berada dalam node 36 adalah 36 = 36 = 66 534 = 0.1236 . Oleh karena itu, 36 = 36 . 36 = 0.258 × 0.1236 = 3.18 × 10 −2 . Selanjutnya pada child node , yaitu terminal node 33 dan terminal node 34 : Dengan cara perhitungan yang sama maka, terminal node 33 memiliki nilai max | sebesar 0.729, sehingga nilai = 1 − max | = 1 − 0.729 = 0.271. adalah peluang banyaknya objek pada anak node sebelah kiri terminal node 33, sehingga commit to user 43 = = 59 534 = 0.11 oleh karena itu, = . = 0.271 × 0.11 = 2.99 × 10 −2 . Terminal node 34 memiliki nilai max | sebesar 0.857, maka nilai = 1 − max | = 1 − 0.857 = 0.143 adalah peluang banyaknya objek pada anak node sebelah kanan terminal node 34, maka nilai = = 7 534 = 1.31 × 10 −2 sehingga = . = 0.143 × 1.31 × 10 −2 = 1.87 × 10 −3 . Dengan demikian, persamaan = + 3.18 × 10 −2 = 1.87 × 10 −3 + 2.99 × 10 −2 3.18 × 10 −2 = 3.18 × 10 −2 terpenuhi untuk node 36, sehingga dilakukan pemangkasan.

5. Pohon Klasifikasi Optimal

Setelah dilakukan pemangkasan pohon, langkah selanjutnya pemilihan pohon klasifikasi optimal. Dari 9 subtree akan dipilih satu pohon klasifikasi dengan nilai penduga pengganti yang terkecil. Dalam mencari pohon klasifikasi optimal digunakan metode Test Sample Estimate yaitu � = 1 2 | 2 , , karena ukuran data yang besar. Nilai penduga pengganti sample uji test sample estimate dari masing-masing subtree terlihat pada Tabel 4.3. commit to user 44 Tabel 4.3. Tree Sequence Kondisi Pertama Tree number Terminal Nodes Test Set Relative Cost Resubstitution Relative Cost 1 47 0.74162 ± 0.10700 0.47403 2 35 0.74063 ± 0.10553 0.47426 3 32 0.75986 ± 0.10603 0.47441 4 26 0.75986 ± 0.10603 0.48979 5 19 0.78057 ± 0.10890 0.51241 6 17 0.76134 ± 0.10828 0.52003 7 9 0.66272 ± 0.10144 0.55887 8 2 0.68097 ± 0.10023 0.60510 9 1 1.00000 ± 0.00000 1.00000 Optimal Pada Tabel 4.3. terlihat bahwa dari kesembilan subtree yang terbentuk, subtree nomor 7 dengan 9 terminal nodes adalah pohon klasifikasi optimal. Hal ini dikarenakan memenuhi kriteria nilai test set relative cost � = min � yaitu subtree nomor 7 memiliki nilai paling kecil dari kesembilan subtree yang lainnya. Pohon klasifikasi optimal dapat dilihat pada Lampiran 3.

6. Predictive Accuracy

Pohon klasifikasi optimal yang telah terpilih tadi kemudian diuji tingkat keakuratannya dalam mengelompokkan data learning. Uji keakuratan pohon klasifikasi optimal pada kondisi pertama dengan menggunakan = 1 1 ≠ , ∈ℒ 1 = 35 + 38 534 = 73 534 = 0.1367 commit to user 45 Dengan nilai = 0.1367, maka ketepatan klasifikasinya adalah 1 − 0.1367 = 0.8633 atau 86.33 . Hasil dari klasifikasi pohon optimal dengan menggunakan data learning dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Learning Kondisi Pertama Kelas Sebenarnya Total Kelas Persentase Akurasi Lancar N = 407 Tidak Lancar N = 127 Lancar 404 91.34 369 35 Tidak Lancar 130 70.77 38 92 Total 534 Rata-rata 81.05 Persentase Keseluruhan Akurasi 86.33 Kemudian pohon optimal diuji keakuratannya dengan cara mengklasifikasikan data testing untuk melihat kemampuan pohon klasifikasi optimal dalam mengklasifikasikan data baru. Persamaan yang digunakan pada data testing adalah = 1 2 ≠ , ∈ℒ 2 = 18 + 16 208 = 34 208 = 0.1634 Oleh karena itu ketepatan klasifikasinya adalah 1 − 0.1634 = 0.8365 atau 83.65. Hasil dari klasifikasi pohon optimal dengan menggunakan data testing dapat dilihat pada Tabel 4.5. commit to user 46 Tabel 4.5. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Testing Kondisi Pertama Kelas Sebenarnya Total Kelas Persentase Akurasi Lancar N = 407 Tidak Lancar N = 127 Lancar 156 88.46 138 18 Tidak Lancar 52 69.23 16 36 Total 208 Rata-rata 78.85 Persentase Keseluruhan Akurasi 83.65

4.2.2. Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Kedua