3. Dana Alokasi Umum X2
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan daerah,
hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Terdapat keterkaitan sangat
erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah.Analisisnya menggunakan model maximing under uncertainty of
intertemporal utility fuction dengan menggunakann data runtun waktu selama tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa jauh pengeluaran daerah dapat
dirasionalisaikan sebagai model. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka pemerintah
daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.
4. Dana Alokasi Khusus X3
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 23 Dana Alokasi Khusus DAK merupakan bagian dari Dana Perimbangan, yaitu dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APBN yang
Universitas Sumatera Utara
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan tertentu. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, menurut Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan
daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi sebagai perwujudan tugas ke pemerintahan di bidang tertentu khususnya dalam upaya
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat. Dana Alokasi Khusus DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang juga menjadi prioritas daerah. Besaran DAK ditetapkan
setiap tahun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APBN. Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan
pembangunan, pengadaan peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk
pengadaan sarana fisik penunjang.
5. Fiscal Stress X4
Fiscal Stress adalah tekanan fiskal yang dialami daerah otonom sejak diberlakukannya otonomi daerah.Upaya yang dilakukan pemerintah adalah
memaksimalkan potensi daerah, dalam artian akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah misalnya dari pajak dan retribusi daerah, sehingga ketergantungan daerah
terhadap dana perimbangan yaitu dana yang berasal dari pusat dapat dibatasi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam era ini, Pendapatan Asli Daerah PAD idealnya menjadi komponen utama pembiayaan daerah. Namun upaya pemerintah daerah ini mengalami hambatan
karena diberlakukannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah. Keberadaan Undang-Undang ini seringkali dinilai justru menjadi
disinsentif bagi daerah, dikarenakan membatasi daerah untuk melakukan ekstensifikasi pajak-pajak daerah.
Pada saat fiscal strees tinggi, pemerintah cenderung menggali potensi penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan daerahnya Shamsub dan Akoto,
2004.Oleh karena itu, tingginya angka upaya pajak dapat diidentikkan dengan kondisi fiscal stress. Upaya Pajak Tax Effort adalah upaya peningkatan pajak
daerah yang diukur melalui perbandingan antara hasil penerimaan realisasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah PAD dengan potensi sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah. Tax effort menunjukkan upaya pemerintah untuk mendapatkan pendapatan bagi
daerahnya dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki. Potensi dalam pengertian ini adalah seberapa besar target yang ditetapkan pemerintah daerah
dapat dicapai dalam tahun anggaran daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional
Pengukuran Variabel Skala
Belanja Daerah Y
Seluruh pengeluaran daerah, baik yang digunakan untuk belanja
langsung dan belanja tidak langsung.
Laporan Realisasi Anggaran LRA
Rasio
Dana Bagi Hasil X1
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas Pajak Bumi
dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan BPHTB, Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan
Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Laporan Realisasi Anggaran LRA
Rasio
Dana Alokasi Umum X2
Dana perimbangan dari pusat ke daerah yang digunakan untuk
tujuan umum. Laporan Realisasi Anggaran
LRA Rasio
Dana Alokasi Khusus X3
Dana perimbangan dari pusat dan daerah yang digunakan untuk
tujuan khusus. Laporan Realisasi Anggaran
LRA Rasio
Fiscal Stress X4
Tekanan pajak yang dialami oleh daerah sejak diberlakukannya
otonomi daerah. Laporan Realisasi Anggaran
LRA Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ordinary least square OLS.Analisis data dilakukan dengan melakukan pengujian
asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Data dianalisis dengan model regresi sederhana sebagai berikut: Y1=
α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan:
Y = Belanja Daerah
X1 = Dana Bagi Hasil
X2 = Dana Alokasi Umum
Universitas Sumatera Utara
X3 = Dana Alokasi Khusus
X4 = Fiscal Stress
e = error
β1,β2, β3 = Koefisien regresi
4.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukkan ke dalam serangkain data. Untuk keabsahan hasil analisis regresi
tersebut, maka dilakukan serangkaian pengujian sebagai berikut:
4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square OLS adalah dipenuhinya semua asumsi
klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien Best Linear Unbiased EstimatorBLUE.Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program statistik.Menurut Ghozali 2009: 123, asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:
1. berdistribusi normal, 2. non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi
tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,
3. non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi,
4. homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.
Universitas Sumatera Utara
4.7.1.1. Uji normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov. Asumsi normalitas dapat dipenuhi
jika nilai statistik Kolmogrov-Smirnov di atas tingkat signifikansi tertentu. Apabila nilai signifikansi 0,05 maka distribusi data tidak normal dan bila nilai signifikansi
0,05 berarti distribusi normal Ghozali, 2009: 115. 4.7.1.2. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel-variabel bebasvariabel independen. Untuk dapat melihat
ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat angka colinierity statistic yang ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor VIF dan nilai tolerance, dengan
kriteria: jika nilai VIF dari 10 dan nilai tolerance dari 0,1 maka variabel bebas yang ada memilki masalah multikolinieritas Lubis, 2007.
4.7.1.3. Uji heteroskedasititas Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu
bergelombang, melebar kemudian menyempit pada grafik plot scatter-plot antara nilai prediksi variabel terkait ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika varian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Universitas Sumatera Utara
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. 4.7.1.4. Uji autokorelasi
Menurut Ghozali 2009: 99, uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Menurut Hanke Reitsch 1998: 360 dalam
Kuncoro 2007: 90, autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena residual kesalahan
pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series. Ghozali 2009:117, mengatakan
adanya autokorelasi maka nilai Standar Error SE dan nilai t-tatistik tidak dapat dipercaya.Pada penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dengan
menggunakan Uji Durbin-Watson. Menurut Kuncoro 2007:91, uji Durbin-Watson DW digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first order cutocorrelation dan
mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel penjelas. Menurut Erlina 2008: hal 107 pengambilan keputusan
ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai Durbin-Waston DW terletak antara batas atas atau Upper Bound DU
dan 4–DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi positif.
Universitas Sumatera Utara
2. Bila Nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound DL, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti nol ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4–DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas DU dan batas bawah DL atau DW terletak antara 4–DU dan 4–DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan
Ghozali, 2001.
4.7.2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda. Menurut Kuncoro 2003: 216, sebagai alat statistik, regresi bermanfaat
dalam menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1 Seberapa jauh variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh seluruh variabel independen
yang dimasukkan dalam model; 2 Manakah diantara variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen; 3 Apakah dengan dimasukkannya tambahan satu
variabel independen dapat memperbaiki prediksi terhadap variabel dependen; 4 Apakah prediksi terhadap variabel dependen dari sejumlah variabel independen
lebih baik dibandingkan kombinasi variabel independen yang lain; dan 5 Apakah penambahan sampel observasi akan meningkatkan daya prediksi model.
Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan metode analisis regresi berganda. Metode analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat secara
langsung pengaruh beberapa variabel terikat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.7.2.1. Uji signifikansi simultan Uji-F Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam metode mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat Kuncoro,2003: 219. Hipotesis alternatifnya Ho, tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, maksudnya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha: β
1 ≠
β
2 ≠
β
3 ≠
β
4 ≠
0, artinya Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Fiscal Stress secara simultan berpengaruh terhadap Belanja
Daerah.Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F, adalah sebagai berikut:
1. Jika, probabilitas 0.05, Ho diterima, dan