Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM SI REGULER MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN
BELANJA MODAL PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/ KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
NAMA : RINA D. GULTOM
NIM : 070503128
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan 2011
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, November 2011 Yang Membuat Pernyataan,
Rina D. Gultom NIM: 070503128
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena anugerah-Nya yang teramat besar sehingga Penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.
Dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si. Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M.,
Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang
sangat banyak membantu dan membimbing sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran demi kemajuan penulisan skripsi saya dan meluangkan waktunya untuk menguji saya pada waktu sidang.
5. Bapak Sambas A. Kesuma, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji II yang
(4)
6. Secara khusus untuk orangtua penulis J. Gultom dan S. Togatorop yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, nasehat dan selalu mendoakan anak-anaknya agar dikuatkan untuk mencapai cita-cita, Juga kepada abang Juanda Febrando Gultom, adik Endang Triyani Gultom dan Gabriel Gultom yang telah memberikan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa juga rekan-rekan seperjuangan di GMKI dan Akuntansi stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih buat segala yang telah dilalui bersama.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan, November 2011 Penulis
Rina D. Gultom NIM:070503128
(5)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Jumlah populasi
penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive
sampling diperoleh 17 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006-2010. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan sedangkan variabel dependennya adalah Belanja Modal.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 31% yang berarti bahwa 31% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 69% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif,, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh tetapi tidak signifikan, dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal
(6)
ABSTRACT
The Purpose of this research is to find out and to analyze whether Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence the Capital Expenditure of Regencies/Cities in North Sumatera Province.
Type of study is a research asosiatif. The population of this research are 33 regencies/cities and by using purposive sampling technique, 17 regencies/cities in year 2006 up to year 2010 are chosen as samples. The independent variabel used in this research are Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund, and dependent variabel is Capital Expenditure.
The result proof that Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence simultaneously the Capital Expenditure of Regencies and Cities in North Sumatera Province with Adjusted R2 expressed that 31% influence given by independent variable. The rest 69% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Economic Growth doesn,t influence,Local Own Revenue influence but not significantly, and Balance Fund influence the Capital Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
Key Words : Economic Growth, Local Own Revenue, Balance Fund and Regional Expenditure
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. ... L atar Belakang Masalah... 1
B. ... P erumusan Masalah ... 4
C. ... T ujuan dan Manfaat Penelitian 1. ... T ujuan Penelitian ... 4
2. ... M anfaat Penelitian ... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
(8)
A. ... T injauan Teoritis
1. ... A nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
a. ... P engertian dan Unsur-unsur APBD ... 6 b. ... S
truktur APBD ... 8 2. ... P
ertumbuhan Ekonomi ... 9 3. ... P
endapatan Asli Daerah (PAD) ... 10 4. ... D
ana Perimbangan... 16 5. ... B
elanja Modal ... 23 B. ... T
injauan Penelitian Terdahulu ... 25 C. ... K
erangka Konseptual dan Hipotesis
1. ... K erangka Konseptual ... 26
(9)
2. ... H ipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. ... D esain Penelitian ... 29 B. ... P
opulasi dan Sampel Penelitian ... 30 C. ... J enis dan Sumber Data ... 31 D. ... M
etode Pengumpulan Data ... 31 E. ... D
efinisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 31 F. ... M
etode Analisis Data ... 33 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. ... D ata Penelitian... 39 B. ... A
nalisis Hasil Penelitian
1. ... A nalisis Statistik Deskriptif ... 39
(10)
2. Uji Asumsi Klasik
a. ... U ji Normalitas ... 41 b. ... U
ji Multikolinearitas ... 44 c. ... U
ji Autokorelasi ... 46 d. ... U
ji Heterokedastisitas ... 47 3. ... P
engujian Hipotesis
a. ... U ji Simultan (Uji-F) ... 49 b. ... U
ji Parsial (Uji-t) ... 51 4. ... K
oefisien Determinasi ... 54 C. ... P
embahasan Hasil Penelitian ... 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. ... K esimpulan ... 57
(11)
B. ... K eterbatasan Penelitian ... 57 C. ... S
aran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Jenis-jenis Retribusi ... 13 Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 25 Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian... 30
(12)
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 40
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ... 43
Tabel 4.3 Collinearity Statistics ... 44
Tabel 4.4 Covariance Matrix ... 45
Tabel 4.5 Kriteria Pengambilan Keputusan ... 46
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 47
Tabel 4.7 Uji Glesjer ... 49
Tabel 4.8 Uji-F ... 50
Tabel 4.9 Uji Statistik-t ... 52
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi ... 54
DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1 Histogram ... 42
(13)
Gambar 4.3 Scatterplot ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran 1 Variabel Penelitian
(14)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Jumlah populasi
penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive
sampling diperoleh 17 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006-2010. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan sedangkan variabel dependennya adalah Belanja Modal.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 31% yang berarti bahwa 31% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 69% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif,, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh tetapi tidak signifikan, dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Belanja Modal
(15)
ABSTRACT
The Purpose of this research is to find out and to analyze whether Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence the Capital Expenditure of Regencies/Cities in North Sumatera Province.
Type of study is a research asosiatif. The population of this research are 33 regencies/cities and by using purposive sampling technique, 17 regencies/cities in year 2006 up to year 2010 are chosen as samples. The independent variabel used in this research are Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund, and dependent variabel is Capital Expenditure.
The result proof that Economic Growth, Local Own Revenue, and Balance Fund influence simultaneously the Capital Expenditure of Regencies and Cities in North Sumatera Province with Adjusted R2 expressed that 31% influence given by independent variable. The rest 69% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Economic Growth doesn,t influence,Local Own Revenue influence but not significantly, and Balance Fund influence the Capital Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
Key Words : Economic Growth, Local Own Revenue, Balance Fund and Regional Expenditure
(16)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pemerintahan daerah di Indonesia mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,
(17)
Indonesia menggunakan sistem setralisasi, dimana seluruh keputusan berada di pemerintahan pusat. Sistem ini dianggap tidak berhasil karena terjadi ketidakseimbangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Dalam otonomi daerah, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah. Undang-Undang ini mengatur mengenai pembagian fungsi pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam menjalankan pemerintahan daerah, pemerintah daerah menggunakan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi pedoman dalam melakukan pelayanan publik selama satu periode. Anggaran daerah disebut juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam penyusunan APBD, eksekutif dan legislatif melakukan kesepakatan mengenai Kebijakan Umum APBD dan Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja. Eksekutif akan membuat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBD), kemudian diberikan kepada legislatif untuk dibahas dan ditetapkan menjadi sebuah Peraturan Daerah (Perda). Dalam pelaksanaannya, legislatif akan bertindak sebagai pengawas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja tersebut.
Legislatif memiliki wewenang yang besar dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki kesempatan untuk mengambil tindakan yang dapat menguntungkan kepentingan pribadi mereka. Sebagai pengawas pelaksanaan kebijakan daerah, legislatif dapat memprioritaskan
(18)
pengalokasian yang akan meningkatkan anggaran untuk kepentingan pribadinya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meminta eksekutif untuk membuat alokasi yang lebih tinggi untuk sektor-sektor yang merupakan bagian dari kepentingannya. Sektor-sektor yang sering mengalami pengurangan alokasi anggaran merupakan sektor-sektor yang merupakan sektor yang sangat vital bagi masyarakat luas, seperti sektor pendidikan, kesehatan dan belanja publik yang lain.
Dana yang dibutuhkan dalam pemenuhan anggaran belanja yang telah dibuat berasal dari beberapa sumber. Yang pertama adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan sumber penerimaan yang bergantung pada kemampuan daerah untuk mengolah sumber-sumber ekonomi asli daerah. Pengolahan tersebut yang akan dimanfaatkan dalam proses untuk mewujudkan pembangunan daerah yang berkelanjutan. Dalam proses inilah yang sering disalahgunakan oleh pihak eksekutif maupun legislatif untuk melakukan keputusan pengalokasian sesuai dengan kepentingan pribadinya.
Dana perimbangan merupakan dana yang diterima oleh pemerintah daerah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana perimbangan akan digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah. Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk mengelola dana tersebut, apakah akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat daerah atau tidak.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berjalan positif di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan itu sejak tahun 2005 sampai
(19)
dengan 2008 masing-masing adalah 5,48 %, 6,18 %, 6,90 % dan 6,39 %. Namun ada catatan yang perlu diperhatikan yaitu walaupun terjadi pertumbuhan positif namun gerakannya mulai melambat, yang artinya potensi ekonomi yang terpakai selama ini (pantai timur Sumatera Utara) sudah menunjukan kejenuhan.
Beberapa daerah di provinsi Sumatera Utara tidak mampu lagi mendukung beban pertumbuhan ekonomi selanjutnya.. Demikian juga dengan pendapatan perkapita penduduk Sumatera Utara yang terus berkembang yaitu tahun 2006 sebesar Rp 12,65 juta dan tahun 2007 sebesar Rp14,17 juta. Di dalam distribusi PDRB, memang belum dilihat kualitasnya, apakah sudah merata atau belum. Namun dapat dilihat bahwa distribusinya belum merata mengingat pertumbuhan kabupaten/kota di Sumatera Utara juga tidak berimbang. Artinya, ada daerah yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerahnya dan ada pula daerah yang kurang mampu sehingga tercipta kesenjangan pembangunan antar daerah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
Sumber-sumber pendapatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut seharusnya dapat dialokasikan dengan baik. Melalui sumber-sumber pendapatan tersebut, seharusnya aset-aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah dapat bertambah setiap tahunnya sehingga dapat digunakan untuk menyejahterakan masyarakat secara maksimal. Jika pengalokasian dana yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka masyarakat akan semakin sejahtera dan pertumbuhan ekonomi daerah juga akan semakin baik.
(20)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
2. Manfaat Penelitian
(21)
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang akuntansi sektor publik mengenai pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada pemerintahan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
2. Bagi pemeritah daerah, untuk memberikan masukan dalam
penyusunan kebijakan terutama kebijakan yang berkaitan dengan pengalokasian belanja modal yang terdapat dalam APBD.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan
pemikiran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Belanja Modal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) a. Pengertian dan Unsur-unsur APBD
(22)
APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih, 2003).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah (Nordiawan, 2007).
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran
yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya,
(23)
dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sasaran yang dimuat dalam APBD harus sesuai dengan fungsi belanja, standar pelayanan yang diharapkan, dan perkiraan biaya kegiatan yang bersangkutan. APBD harus memuat bagian pendapatan yang digunakan untuk membiayai biaya administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/investasi. Apabila sasaran tersebut dimuat. APBD tersebut akan dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat daerah.
APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1) Rencana kegiatan suatu daerah
2) Adanya sumber penerimaan
3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka 4) Periode anggaran yang biasanya 1 (satu) tahun.
b. Struktur APBD
Karakteristik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di era prareformasi berbeda dengan era reformasi. Di era prareformasi, APBD disusun oleh DPRD bersama-sama dengan Kepala Daerah dengan menggunakan pendekatan tradisional. Dalam pendekatan tradisional, anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan jenis pengeluaran.
(24)
Tujuan pendekatan ini adalah untuk melakukan pengendalian atas pengeluaran. Di era reformasi, peraturan-peraturan daerah mengisyaratkan laporan keuangan yang makin informatif. APBD dibagi menjadi tiga bagian yaitu penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan. Pembiayaan merupakan bagian yang tidak ada ketika era prareformasi.
APBD merupakan satu kesatuan (Darise, 2008) yang terdiri dari:
1. Pendapatan daerah
2. Belanja daerah
3. Pembiayaan daerah
Selisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah. Defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, digunakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah, transfer ke dana cadangan dan sisa lebih tahun anggaran berjalan. Pemanfaatan surplus disebut sebagai pengeluaran pembiayaan. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan sebagai pembiayaan untuk menutup defisit tersebut diantaranya bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran lalu, penggunaan cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman
(25)
atau penerimaan piutang. Langkah-langkah untuk menutupi defisit disebut penerimaan pembiayaan.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PNB/PDB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur penduduk terjadi atau tidak (Arsyad, 2005). Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang (Sirojuzilam, 2010).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Hasil pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh masyarakat mulai dari lapisan atas sampai bawah. Masyarakat dapat menikmati hasil tersebut secara langsung maupun melalui campur tangan pemerintah.
Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun dapat digambarkan melalui penyajian PDRB atas harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian. Sebaliknya apabila negatif menunjukkan
(26)
terjadinya penurunan. Pertumbuhan biasanya disertai dengan proses sumber daya dan dana negara.
Terdapat perbedaan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi terjadi dalam bentuk: (a) peningkatan dalam pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertumbuhan PNB melebihi tingkat pertumbuhan penduduk dan (b) pertumbuhan PNB tersebut dibarengi dengan perombakan dan modernisasi dalam struktur ekonominya dari yang sebelumnya bercorak tradisional. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk dan apakah perubahan dalam struktur ekonomi (dan struktur masyarakat dan kelembagaan yang menyertainya) berlangsung atau tidak (Kamaluddin, 1998).
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD (Halim, 2001).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipungut berdasarkan peraturan daerah. Sumber-sumber PAD antara lain:
(27)
Pajak adalah iuran yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak yang dikelola atau dipungut oleh pemerintah daerah teknis terdiri dari empat jenis yaitu:
1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
2. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
3. Pajak bahan bakar bermotor, dan
4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan air
permukaan.
Pajak yang dikelola/dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota terdiri dari:
1. Pajak hotel 2. Pajak restoran 3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame
5. Pajak penerangan jalan
6. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian
(28)
Besarnya tarif, untuk pajak provinsi ditetapkan secara seragam di seluruh Indonesia sebagaimana diatur dalam PP No. 65 Tahun 2001. Besarnya tarif definitif untuk pajak kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda), namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU.
b. Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan secara khusus dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu
1. Retribusi jasa umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2. Retribusi jasa usaha
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
(29)
Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam memberikan izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana , atau fasilitas tertentu untuk melindungi kepentingan umum, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Retribusi Retribusi Jasa
Umum
Retribusi Jasa Usaha Retribusi
Perizinan Tertentu
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2. Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan; 3. Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; 4. Retribusi
Pelayanan Pemakaman dan
Pengabuan Mayat; 5. Retribusi
1. Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah; 2. Retribusi Pasar
Grosir dan/atau Pertokoan; 3. Retribusi Tempat
Pelelangan;
4. Retribusi Terminal; 5. Retribusi Tempat
Khusus Parkir; 6. Retribusi Tempat
Penginapan/
Pesanggrahan/Villa; 7. Retribusi
Penyedotan Kakus; 8. Retribusi Rumah
Potong Hewan; 9. Retribusi Pelayanan
Pelabuhan Kapal; 10. Retribusi Tempat
1. Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan; 2. Retribusi
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3. Retribusi
Izin
Gangguan; 4. Retribusi
(30)
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Umum; 6. Retribusi
Pelayanan Pasar; 7. Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor; 8. Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 9. Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Peta 10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.
Rekreasi dan Olah Raga;
11. Retribusi Penyeberangan di Atas Air; 12. Retribusi
Pengolahan Limbah Cair; 13. Retribusi Penjualan
Produksi Usaha Daerah.
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber penerimaan daerah ini terdiri dari:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta atau kelompok usaha masyarak d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
(31)
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup:
1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
2. Hasil pemanfaatan kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan 3. Jasa giro
4. Bunga deposito
5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi
6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi
9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan 10. Pendapatan dari pengendalian
11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum
12. Pendapatan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan 13. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
(32)
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah. Dana perimbangan terdapat pada RKA dan DPA SKPD Badan Pengelola Keuangan dan tidak terdapat di SKPD yang lain.
Dana perimbangan terdiri dari:
a. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil terdiri dari dana bagi hasil bersumber dari pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam.
Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari:
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dana bagi hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% untuk daerah meliputi 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi, 64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota, dan 9% untuk biaya
(33)
pemungutan.
Sedangkan 10% bagian pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten/kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan imbangan sebesar 65% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten/kota, dan sebesar 35% dibagikan sebagai intensif kepada daerah kabupaten/kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.
2. Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dana bagi hasil dari penerimaan BPHTP sebesar 80% dengan rincian 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi, dan 64% untuk daerah kabupaten/kota penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan 20% bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTP dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.
3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Dana bagi hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 merupakan bagian daerah adalah sebesar 20% yang dibagi
(34)
antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dimana 60% untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi. Dana bagi hasil sumber daya alam berasal dari:
1. Kehutanan
Penerimaan dari sektor kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 60% untuk daerah. Sedangkan penerimaan yang berasal dari dana reboisasi dibagi dengan imbangan sebesar 60% untuk pemerintah dan 40% untuk daerah.
2. Pertambangan umum
Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan umum yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk daerah.
3. Perikanan
Dana bagi hasil dari penerimaan perikanan yang diterima secara nasional dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk seluruh kabupaten/kota.
(35)
Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dengan imbangan 84,5% untu pemerintah dan 15,5% untuk daerah. Dana bagi hasil dari pertambangan minyak bumi untuk daerah sebesar 15% dibagi dengan imbangan 3% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil, dan 6% dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Sedangkan sisa dana bagi hasil dari pertambangan minyak bumi untuk daerah yang sebesar 0,5% dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar, dimana 0,1% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil, 0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan
5. Pertambangan gas bumi
Penerimaan pertambangan minyak bumi yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dibagi dengan imbangan 69,5% untuk
(36)
pemerintah dan 30,5% untuk daerah.Dana bagi hasil dari pertambangan gas bumi untuk daerah sebesar 30% dibagi dengan imbangan 6% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 12% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil, dan 12% dibagikan untuk kabupaten/kota dalam provinsi bersangkutan. Sedangkan sisa dana bagi hasil dari pertambangan gas bumi untuk daerah yang sebesar 0,5% dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar, dimana 0,1% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil, 0,2% dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan
6. Pertambangan panas bumi
Pertambangan panas bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan yang merupakan penerimaan negara bukan pajak, dibagi 20% untuk pemerintah dan 80 % untuk daerah. Dana bagi hasil dari penerimaan pertambangan panas bumi yang dibagikan kepada daerah dibagi dengan imbangan 16% untuk provinsi yang bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
(37)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan dan keadilan antar daerah.
Fungsi DAU adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal. Menurut Yuwono, dkk (2008), Dana Alokasi Umum digunakan untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah, proporsi yang diberikan kepada daerah minimal sebesar 26% (dua puluh enam persen) dari penerimaan dalam negeri neto. Sedangkan menurut Wijaya (2007) mengungkapkan bahwa dana alokasi umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana formula dan perhitungannya ditentukan oleh undang-undang.
Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Dana Alokasi Umum (DAU) suatu daerah ditentukan oleh besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu
(38)
(fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Alokasi DAU bagi
daerah yang potensi fiskalnya tinggi tetapi kebutuhan fiskalnya rendah akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang memiliki potensi fiskal yang rendah, tetapi kebutuhan fiskalnya tinggi akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”. Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan khusus yang dimaksud adalah:
1. Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
dengan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer.
2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Fungsi Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
(39)
Secara khusus, fungsi DAK adalah untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
5. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja modal terdiri dari :
1. Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / pembelian / pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
(40)
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian, termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan , pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai. 5. Belanja Modal Fisik Lainya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran / biaya yang digunakan untuk pegadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta perawatan terhadap
(41)
fisik lainya yang tidak dapat dikategorikan dalam kriteria balanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan termasuk dalam belanja ini adalah belanja kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan anggaran belanja modal dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Irma Syafitri (2009) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Dependen = Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Independen = Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus
Secara parsial, hanya Pendapatan Asli Daerah yang berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan, PDRB,
Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara
signifikan positif
terhadap belanja modal. Lily
Habriani Rangkuti (2010)
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Dependen = Belanja Langsung Independen = Pajak Daerah, Retribusi
Daerah
Secara parsial hanya lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
yang berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung.
Secara simultan, PAD (pajak daerah,
(42)
retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah) berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja langsung Agave Sianturi (2010) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian
Belanja Modal pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Dependen = Belanja Modal Independen = Pajak Daerah, Retribusi
Daerah
Secara parsial, Pajak
Daerah memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap Belanja Modal.
Secara simultan, pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal.
Sumber : data diolah oleh penulis, 2011
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat secara teoritis. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Ekonomi (X )
(43)
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD. Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil.
2. Hipotesis Penelitian
Pendapatan Asli Daerah (X2)
Alokasi Belanja Modal
(Y)
Dana Perimbangan (X3)
(44)
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang tekah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap pengalokasian belanja modal pada pemerintahan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
(45)
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain kausal. Desain kausal merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis atau mengukur hubungan sebab akibat antara variabel penelitian yaitu antara variabel dependen dan variabel independen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah Kabupaten/Kota.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan Realisasi APBD-nya secara konsisten dari tahun 2006-2009.
2. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah pemekaran selama tahun 2006-2009.
(46)
Dari populasi yang berjumlah Pemerintah Kabupaten/Kota, yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel penelitian adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal tersebut ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No DAERAH
Kriteria Sampel Terpilih 1 2
1 Kab. Asahan √ √ Sampel 1
2 Kab. Dairi √ √ Sampel 2
3 Kab. Deli Serdang x √ -
4 Kab. Tanah Karo √ √ Sampel 3
5 Kab. Labuhan Batu x √ -
6 Kab. Langkat x √ -
7 Kab. Mandailing Natal √ √ Sampel 4
8 Kab. Nias x √ -
9 Kab. Simalungun x √ -
10 Kab. Tapanuli Selatan √ √ Sampel 5
11 Kab. Tapanulu Tengah √ √ Sampel 6
12 Kab. Tapanuli Utara √ √ Sampel 7
13 Kab. Toba Samosir √ √ Sampel 8
14 Kota Binjai √ √ Sampel 9
15 Kota Medan x √ -
16 Kota Pematang Siantar √ √ Sampel 10
17 Kota Sibolga x √ -
18 Kota Tanjung Balai √ √ Sampel 11
19 Kota Tebing Tinggi x √ -
20 Kota Padang Sidempuan √ √ Sampel 12
21 Kab. Pakpak Barat √ √ Sampel 13
22 Kab. Nias Selatan √ √ Sampel 14
23 Kab. Humbang Hasundutan √ √ Sampel 15
24 Kab. Serdang Bedagai √ √ Sampel 16
25 Kab. Samosir √ √ Sampel 17
26 Kab. Batu Bara x x -
27 Kab. Padang Lawas x x -
28 Kab. Padang Lawas Utara x x -
29 Kab. Labuhanbatu Selatan x x -
30 Kab. Labuhanbatu Utara x x -
31 Kab. Nias Utara x x -
32 Kab. Nias Barat x x -
33 Kota Gunung Sitoli x x -
(47)
C. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan dan telah menjadi dokumentasi. Data penelitian diperoleh melalui media internet yaitu melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dan situs Badan Pusat Statistik
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yakni dengan melakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari internet. Data penelitian dapat diperoleh dengan mengunduh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan yait Statistik yai
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan oleh peneliti untuk mengukur. Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
(48)
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2006). Variabel independen dilambangkan dengan X. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis yaitu:
1) pajak daerah, 2) retribusi daerah,
3) bagian laba usaha daerah, dan 4) lain-lain PAD (Halim, 2001).
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang beersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah. Dana perimbangan terdapat pada RKA dan DPA SKPD Badan Pengelola Keuangan dan tidak terdapat di SKPD yang lain.
(49)
Dana perimbangan dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1) Dana bagi hasil
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah perhatian utama dalam sebuah penelitian; variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina dan Mulyani, 2007). Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah belanja modal. Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian asumsi klasik untuk keperluan analisis data. Dalam menganalisis data, digunakan program SPSS 16.
(50)
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Normalitas data dapat dideteksi dengan menggunakan alat analisis grafik yang berupa uji Kolmorov Smirnov
yang dapat dilihat berdasarkan criteria berikut:
1) Apabila probabilitas atau signifikansi > 0,05, maka distribusi data normal
2) Apabila probabilitas atau signifikansi < 0,05, maka distribusi data tidal normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance dapat mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan varibel
independen lainnya. Nilai tolerance yang menunjukkan adanya
(51)
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diperkirakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jenis pengujian yang biasa digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson yang disebut statistik
Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai dl dan du.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dalam model regresi, dapat dilihat dari grafik Scatterplot dengan dasar analisis sebagai berikut:
(52)
1) Jika ada plot tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terdapat heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terdapat heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat heteroskedastisitas.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap pengalokasian belanja modal. Model dasar pengujian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1+ β2X2
Keterangan:
+ ε
Y = pengalokasian anggaran belanja modal
α = konstanta
X1
X
= Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2
β = Koefisien regresi
= Dana Perimbangan
(53)
Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian secara parsial digunakan uji statistik t (t–test). Pengujian secara simultan
digunakan uji signifikansi simultan (F-test). a. Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah :
H1 : bi
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:
≠ 0 : ada pengaruh
1) H1 diterima apabila thitung > ttabel
2) H
, pada α = 5% dan nilai
probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
1 ditolak apabila thitung < ttabel
b. Uji Simultan (F-test)
, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh
(54)
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah :
1) H1 diterima apabila Fhitung > Ftabel
2) H
, pada α = 5% dan nilai
probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
1 ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai
probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemempuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel terikat independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel-variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(55)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian
Kabupaten/Kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota yang berada di provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini terdiri dari 33 kabupaten/kota. Dari jumlah populasi tersebut, yang menjadi sampel adalah 17 kabupaten/kota yang terdiri dari 13 kabupaten dan 4 kota.
Data penelitian diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dan laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Dari APBD dan laporan realisasi APBD tersebut, yang menjadi objek penelitian adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi Dana Perimbangan, dan Belanja Modal.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dari deskriptif statistik data penelitian diperoleh data hasil yang terdiri dari N ( banyaknya data yang diperoleh), nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi.
(56)
Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh data sebagai berikut: 1. Jumlah data yang diperoleh ( N ) adalah sebanyak 68.
2. Produk Domestik Regional Bruto terendah adalah 1,30 ( ratus
milyar rupiah), Produk Domestik Regional Bruto tertinggi adalah 106,90 (ratus milyar rupiah), dan Produk Domestik Regional Bruto rata-rata adalah 18,6458 (ratus milyar rupiah).
3. Pendapatan Asli Daerah terendah adalah 0,30 ( puluh milyar rupiah), Pendapatan Asli Daerah tertinggi adalah 3,09 (puluh milyar rupiah), dan Pendapatan Asli Daerah rata-rata adalah 1,3537 (puluh milyar rupiah).
4. Dana perimbangan terendah adalah 1,74 ( ratus milyar rupiah), dana perimbangan tertinggi adalah 6,66 ( ratus milyar rupiah ), dan dana perimbangan rata-rata adalah 3,6262 ( ratus milyar rupiah).
5. Belanja modal terendah adalah 1,77 ( puluh milyar rupiah), belanja modal tertinggi adalah 30,13 ( puluh milyar rupiah), dan belanja modal rata-rata adalah 12,4319 (puluh milyar rupiah).
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PDRB 68 1.30 106.90 18.6458 15.52984
Pendapatan Asli Daerah 68 .30 3.09 1.3537 .64471 Dana Perimbangan 68 1.74 6.66 3.6262 1.11036
Belanja Modal 68 1.77 30.13 12.4319 5.76516
(57)
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak normal dapat dideteksi melalui dua cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik.
1) Analisis Grafik
Analisis grafik dapat dilakukan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di sekitar garis diagonal.
(58)
Gambar 4. 1 Histogram
Gambar 4.2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Hasil uji normalitas dengan menggunakan histogram menunjukkan grafik tidak menceng ke kiri atau ke kanan (grafik seimbang antara kiri dan kanan) dan pada grafik normal plot tampak
(59)
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini berdistribusi secara normal.
2) Analisis Statistik
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual antara lain adalah uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho
H
: Data residual berdistribusi normal
a
Untuk menentukannnya maka kriterianya adalah: : Data residual tidak berdistribusi normal
a) Ho
b) H
diterima apabila nilai signifikansi > 0,05
a
c)
ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Hasil uji statistik yaitu pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov Z sebesar 0,463 dan signifikansinya pada
0,983. Nilainya di atas α = 0,05 (Asymp. Sig = 0,983 > 0,05)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 68
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.68130711 Most Extreme Differences Absolute .056
Positive .056
Negative -.045
Kolmogorov-Smirnov Z .463
(60)
sehingga hipotesis Ho diterima. Hal tersebut berarti data residual
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tolerance dapat mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan varibel independen lainnya. Nilai tolerance yang
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah ≥ 0,10, sedangkan nilai VIF adalah ≤ 10.
Tabel 4.3 Collinearity Statistics
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .103 2.227 .046 .963
PDRB -.128 .057 -.345 -2.256 .027 .441 2.266 PAD .837 1.259 .094 .665 .509 .519 1.925 DP 3.745 .803 .721 4.665 .000 .431 2.321
(61)
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang lebih kecil dari
0,10. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan semua variabel independen memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10.
Tabel 4. 4 Covariance Matrix Coefficient Correlationsa
Model
Dana
Perimbangan PAD PDRB 1 Correlations Dana Perimbangan 1.000 -.359 -.509
PAD -.359 1.000 -.328
PDRB -.509 -.328 1.000
Covariances Dana Perimbangan .645 -.363 -.023
PAD -.363 1.586 -.023
PDRB -.023 -.023 .003
a. Dependent Variable: y
Berdasarkan Tabel 4.4 maka kita dapat melihat hasil besaran korelasi antar variabel dependen tampak bahwa variabel Dana Perimbangan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel PDRB dengan tingkat korelasi -0,509 atau sekitar 50,9 %, selanjutnya Dana Perimbangan terhadap variabel PAD sebesar -0,359 atau sekitar 35,9%. Selain itu korelasi antara variabel PAD terhadap PDRB -0,328 atau sekitar 32,8%. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95 %, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
(62)
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Jenis pengujian yang biasa digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson yang disebut statistik
Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai d
dari hasil perhitungan dengan nilai dl dan du.
Tabel 4.5.
Kriteria Pengambilan Keputusan
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
0 < dw <dl dl ≤ dw ≤ du 4 – dl < dw < 4 -dl 4 – du ≤ dw ≤ 4 – dl du < dw < 4 – du
Sumber : Situmorang, dkk (2008:104) Keterangan = dw = durbin watson
dl = batas bawah
du = batas atas
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
(63)
1 .584a .341 .310 4.78977 2.045
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (DW) sebesar 2.024, yang menyatakan du < DW < 4 – du (1,701 < 2,045 < 4 – 1,701). Dari uji statistik ini dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi positif atau negatif pada model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual. Untuk mengetahui
adanya heteroskedastisitas dalam model regresi, dapat dilihat dari grafik Scatterplot dan uji Glesjer.
(64)
Gambar 4.3 Scatterplot
Grafik scatterplot dalam Gambar 4.3. menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
2) Uji Glesjer
Uji Glesjer dilakukan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Hasil uji Glesjer terdapat pada Tabel 4.7. berikut:
Tabel 4.7 Uji Glesjer
(65)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.969 1.366 2.174 .033
PDRB -.006 .035 -.035 -.184 .854
PAD .193 .773 .043 .249 .804
Dana Perimbangan .153 .493 .059 .310 .757
Hasil uji menunjukkan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan yaitu PDRB = 0 . 8 5 4 > α =
0,05, PAD = 0,804 > α = 0,05, Dana Perimbangan = 0,757 > α =
0,05. Maka dapat disimpulkan pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian secara parsial dan simultan dengan menggunakan uji statistik t (t–test) dan uji signifikansi
simultan (F-test).
a. Uji Simultan (Uji-F)
Uji – F pada penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
(66)
1) Ho : d1 = d2 = d3
Artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
= 0
2) Ha : d1 ≠ d2 ≠ d3
Artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Modal.
≠ 0
Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F adalah sebagai berikut :
• Jika probabilitas < 0,05, Ha • Jika probabilitas > 0,05, H
diterima
a ditolak
Tabel 4.8 Uji-F
Dari Tabel 4.8. diperoleh nilai Fhitung sebesar 11,022 sedangkan
Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 3,15 dengan tingkat
probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan, Fhitung =
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 758.602 3 252.867 11.022 .000a
Residual 1468.281 64 22.942 Total 2226.883 67
(67)
11,022 > Ftabel = 3,15 dan p = 0,000 < α = 0,05, berarti tolak
hipotesis Ho, terima hipotesis Ha
b. Uji Parsial (Uji - t)
yang menyatakan PDRB, PAD dan DP secara simultan berpengaruh terhadap BM.
Uji t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen (Pertumbuhan Ekonomi, PAD, dan Dana Perimbangan) secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Belanja Modal).
Hipotesis :
1) Ho : d1 = 0; Ho : d2 = 0; Ho : d3
Artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
= 0
2) Ha : d1 ≠ 0; Ho : d2 ≠ 0; Ho : d3
Artinya Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan secara parsial berpengaruh signifikansi terhadap Belanja Modal.
≠ 0
Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji – t, adalah sebagai berikut:
• Jika probabilitas < 0,05, Ha • Jika probabilitas > 0,05, H
diterima
a
Tabel 4.9 ditolak
(68)
Uji Statistik - t
Dari Tabel 4.9. uji statistik – t diperoleh:
1. Variabel PDRB : thitung = -2,256, ttabel = 1,996, dengan tingkat
probabilitas 0,027. Dengan demikian dapat disimpulkan thitung
= -2,256 < ttabel
2. Variabel PAD : t
= 1,996 dan p = 0,027 < α = 0,05. Maka
secara parsial Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
hitung = 0,665, ttabel = 1,996, dengan tingkat
probabilitas0,509. Dengan demikian dapat disimpulkan thitung
= 0,665 < ttabel
3. Variabel Dana Perimbangan: t
= 1,996 dan p = 0,509 > α = 0,05. Maka secara
parsial PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
hitung = 4,665, ttabel = 1,996,
dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan thitung = 4,665 > ttabel= 1,996 dan p = 0,000 < α =
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .103 2.227 .046 .963
PDRB -.128 .057 -.345 -2.256 .027 .441 2.266 PAD .837 1.259 .094 .665 .509 .519 1.925 Dana Perimbangan 3.745 .803 .721 4.665 .000 .431 2.321 a. Dependent Variable: y
(69)
0,05. Maka secara parsial Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
Dari uraian tersebut maka dengan demikian dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :
BM = 0,103 – 0,128PDRB + 0,837PAD + 3,745DP Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :
1. Nilai konstanta sebesar 0,103 artinya apabila nilai variabel independen (Pertumbuhan Ekonomi,PAD,DP) dianggap konstan maka BM sebesar 0,103 (puluh milyar rupiah).
2. Variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif
terhadap BM dengan nilai koefisien sebesar -0,128, artinya setiap penambahan 1 (ratus milyar rupiah) variabel Pertumbuhan Ekonomi akan menurunkan BM sebesar 0,128 (puluh milyar rupiah).
3. Variabel PAD berpengaruh positif terhadap BM dengan nilai
koefisien sebesar 0,837, artinya setiap penambahan 1 (puluh milyar rupiah) variabel PAD akan menaikkan BM sebesar 0,837 (puluh milyar rupiah).
4. Variabel DP berpengaruh positif terhadap BM dengan nilai
koefisien sebesar 3,745, artinya setiap penambahan 1 (ratus milyar rupiah) variabel DP akan menaikkan BM sebesar 3,745 (ratus milyar rupiah).
(70)
4. Koefisien Determinasi
Uji statistik koefisien determinasi pada penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel 4. 10 Koefisien Determinasi
Dari Tabel 4.10. tersebut diperoleh nilai R sebesar 0,584 dan nilai Adjusted R Square sebesar 0,310. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen (Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DP) dengan variabel dependen (BM) sebesar 58%, sedangkan variabel independen memiliki pengaruh sebesar 31% terhadap variabel dependen.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Daerah di Sumatera Utara. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara nilai F-hitung dengan F-tabel. Nilai F-hitung sebesar 11,022 lebih besar dari nilai F-tabel sebesar 3,15. Jadi dapat diketahui bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
(71)
Modal secara bersama-sama. Artinya sebelum menetapkan besarnya alokasi belanja modal, pemerintah daerah harus memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi dan besarnya realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan.
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi dan Dana Perimbangan berpengaruh secara signifikan, sedangkan Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada tingkat kepercayaan 95%. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap pengalokasian Belanja Modal. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran dampak kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan Ekonomi yang meningkat tidak akan mempengaruhi pemerintah daerah untuk mengalokasikan Belanja Modal dalam jumlah yang lebih besar.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. Hal ini disebabkan PAD merupakan penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah yang berasal dari sumber-sumber penerimaan asli daerah yang kemudian akan dialokasikan ke belanja daerah. Belanja Modal merupakan bagian dari belanja daerah sehingga pengaruh PAD terhadap pengalokasian Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan. PAD akan dialokasikan ke beberapa jenis belanja daerah seperti belanja barang dan jasa, belanja hibah, belanja pegawai, dan lain-lain.
Realisasi Dana Perimbangan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal. Dana Perimbangan merupakan dana yang berasal dari APBN yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan di setiap
(72)
daerah. Dana tersebut akan digunakan untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pengadaan fasilitas tersebut dilakukan dengan Dana Perimbangan meningkat, maka pengalokasian Belanja Modal juga akan meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu, Syafitri (2009) yang menunjukkan bahwa secara simultan, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal.
(73)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uji yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan
Dana Perimbangan berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Barat.
2. Secara parsial Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif terhadap
pengalokasian Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan positif terhadap pengalokasian Belanja Modal.
3. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,310 menunjukkan bahwa variabel
independen (Pertumbuhan Ekonomi, PAD,Dana Perimbangan) memiliki pengaruh sebesar 31% terhadap variabel dependen (Belanja Modal), sedangkan sisanya sebesar 69% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang memerlukan perbaikan untuk penelitian berikutnya. Keterbatasan tersebut adalah:
1. Sampel dalam penelitan ini dibatasi pada kabupaten/kota tertentu saja, yaitu 17 kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk kabupaten/kota
(74)
yang menjadi sampel penelitian sehingga belum dapat digeneralisasikan untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
2. Penelitian ini mengambil tiga variabel independen sehingga penelitian ini belum dapat menjelaskan semua variabel yang mempengaruhi pengalokasian Belanja Modal.
C. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah harus dapat memanfaatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam pengadaan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat dan tidak bergantung pada dana yang berasal dari pemerintah pusat. Jika hal tersebut dapat dipenuhi, maka aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan semakin bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
2. Untuk peneliti selanjutnya agar mengambil sampel penelitian
kabupaten/kota di luar provinsi Sumatera Utara agar dapat membandingkan hasil penelitian di provinsi Sumatera Utara berlaku di provinsi lain atau tidak.
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lain yang
mempengaruhi pengalokasian Belanja Modal agar dapat diketahui seberapa besar pengaruh variabel lain tersebut.
(75)
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar,Arif dkk, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Edisi Pertama, Salemba
Empat, Jakarta.
Baswir, Revrisond, 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Cetakan ketujuh,
BPFE Yogyakarta, Yogyakarta
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik : suatu pengantar, Cetakan
Pertama, Erlangga, Jakarta.
Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : untuk Akuntansi dan Manajemen, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.
Halim, Abdul, 2008. Akuntansi Keuangan Daerah, Cetakan ketiga, Salemba
Empat, Jakarta.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2004. Buku
Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi.
Medan.
Nordiawan, Deddy, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Cetakan kedua, Salemba
Empat, Jakarta.
Rangkuti, Lily Habriani. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Siahaan, Marihot.2009. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, DMB, Jakarta.
Sianturi, Agave. 2010. Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV. Alfabeta, Bandung.
Syahfitri, Irma, 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten / Kota di
Propinsi Sumatera Utara, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(1)
Lampiran: 1
Variabel Penelitian
PEMERINTAH DAERAH
TAHUN 2006 TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009
PDRB (ratus milyar rupiah) Realisasi PAD (puluh milyar rupiah) Realisasi DP (ratus milyar rupiah) Realisasi BM (puluh milyar rupiah) PDRB (ratus milyar rupiah) Realisasi PAD (puluh milyar rupiah) Realisasi DP (ratus milyar rupiah) Realisasi BM (puluh milyar rupiah) PDRB (ratus milyar rupiah) Realisasi PAD (puluh milyar rupiah) Realisasi DP (ratus milyar rupiah) Realisasi BM (puluh milyar rupiah) PDRB (ratus milyar rupiah) Realisasi PAD (puluh milyar rupiah) Realisasi DP (ratus milyar rupiah) Realisasi BM (puluh milyar rupiah)
Kab. Asahan 106.89 2.91 5.82 13.48 46.70 2.18 6.661 30.13 49.05 2.16 5.644 19.49 51.34 2 5.79 12.35 Kab. Dairi 17.04 0.8 3.25 4.10 17.83 0.88 3.745 12.87 18.64 0.9 4.09 15.09 19.52 0.91 4.06 8.78 Kab. Tanah Karo 27.29 1.7 3.77 5.09 28.69 1.96 4.40 18.08 30.19 2.82 4.73 14.28 31.75 2.42 4.66 29.79 Kab. Madina 15.83 0.93 3.55 14.74 16.85 1.13 4.19 17.23 17.94 1.22 4.79 15.56 19.09 1.06 4.70 13.25 Kab. Tapsel 27.34 1.84 5.44 12.77 28.54 2.18 6.16 19.84 16.31 2.34 6.50 28.14 16.97 3.09 3.72 18.35 Kab. Tapteng 9.40 0.86 2.76 6.71 10.00 1.05 3.18 13.06 10.62 1.22 3.62 13.93 11.22 1.5 3.77 12.58 Kab. Taput 12.99 0.97 3.34 7.62 13.77 0.97 3.88 13.02 14.56 0.9 4.21 12.41 15.29 0.78 4.53 12.36 Kab. Tobasa 14.23 1.36 2.57 8.46 15.01 0.73 3.15 11.71 15.85 1.05 3.32 10.87 16.69 1.4 3.53 13.3 Kota Binjai 16.13 1.11 2.85 4.91 17.05 1.03 3.16 6.21 17.99 1.38 3.46 6.62 19.03 1.61 3.55 4.40 Kota P. Siantar 16.45 1.62 2.89 6.43 17.29 2.08 3.26 9.99 18.28 2.07 3.65 8.21 19.26 2.35 3.76 9.21 Kota T. Balai 11.81 1.03 2.06 6.76 12.29 1.17 2.39 13.27 12.78 1.26 2.73 15.81 13.31 1.54 2.89 13.39 Kota P. Sidempuan 7.42 0.73 2.37 3.68 7.87 0.9 2.74 8.65 8.35 0.97 3.11 7.40 8.84 1.2 3.21 2.84 Kab. Pakpak Barat 1.30 0.3 1.74 12.03 1.37 0.37 1.97 12.26 1.45 0.55 2.16 10.78 1.54 0.47 2.26 12.52 Kab. Nias Selatan 10.47 0.89 2.43 1.77 10.84 0.89 3.03 20.82 11.36 0.98 3.31 20.81 11.82 0.94 3.36 23.24 Kab. Humbahas 8.07 0.63 2.44 9.50 8.56 0.76 2.84 14.63 9.06 0.91 3.14 14.52 9.54 1.39 3.36 12.58 Kab. Sergei 35.90 1.31 3.67 9.40 38.14 1.03 4.19 10.77 40.47 2.15 4.69 11.93 42.87 2.54 5.17 13.73 Kab. Samosir 8.68 1.03 2.21 10.24 9.08 1.34 2.65 11.66 9.53 0.94 2.90 12.34 10.02 2.36 3.11 12.22
(2)
Lampiran: 2
Analisis Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
x1 68 1.30 106.90 18.6458 15.52984
x2 68 .30 3.09 1.3537 .64471
x3 68 1.74 6.66 3.6262 1.11036
y 68 1.77 30.13 12.4319 5.76516
Valid N (listwise) 68
(3)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 68
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.68130711 Most Extreme Differences Absolute .056
Positive .056
Negative -.045
Kolmogorov-Smirnov Z .463
Asymp. Sig. (2-tailed) .983
(4)
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .103 2.227 .046 .963
x1 -.128 .057 -.345 -2.256 .027 .441 2.266
x2 .837 1.259 .094 .665 .509 .519 1.925
x3 3.745 .803 .721 4.665 .000 .431 2.321
a. Dependent Variable: y
Coefficient Correlationsa
Model x3 x2 x1
1 Correlations x3 1.000 -.359 -.509 x2 -.359 1.000 -.328 x1 -.509 -.328 1.000 Covariances x3 .645 -.363 -.023 x2 -.363 1.586 -.023 x1 -.023 -.023 .003 a. Dependent Variable: y
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .584a .341 .310 4.78977 2.045
(5)
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.969 1.366 2.174 .033
x1 -.006 .035 -.035 -.184 .854
x2 .193 .773 .043 .249 .804
x3 .153 .493 .059 .310 .757
(6)
Uji Hipotesis
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.788 3 .929 .108 .955a
Residual 552.494 64 8.633
Total 555.282 67
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1 b. Dependent Variable: absut