Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA
PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA
MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
THAMRIN 120522006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
2014
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh“ adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan
Thamrin
(3)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan
terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh“.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan
S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far,
M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Seregar M.Si, Ak Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi ini.
(4)
5 . Kedua Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Desember 2013 Penulis
Thamrin 120522006
(5)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian kausal, melalui pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F pada level signifikansi 5 % (α=0,05). Variabel dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 24 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 23 kabupaten/kota sebagai sampel dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya pengalokasian belanja modal sedangkan Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian belanja modal di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Secara simultan,
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal
(6)
ABSTRACT
REGIONAL ANALYSIS OF REVENUE (PAD) AND BALANCED FUND ALLOCATION OF CAPITAL EXPENDITURES IN DISTRICT / CITY IN ACEH
PROVINCE
The purpose of this research is to find out and to analyze whether Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Fund, Fund influence the Capital Expenditure in regencies and municipalities of Aceh.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with causal research design, through testing of multiple regression with the classical assumption test before finding out the best linier model. Hypothesis test consists of t test and F test on 5 % level of siginficance (α=0,05). The variable used in this research are Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Funds, as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable. The population is 24 regencies and municipalities in Aceh and by using purposive sampling technique, 23 regencies and municipalities in Aceh within the year 2010 up to 2012 are chosen as samples. This research utilizes secondary data. These data are taken from the website of Directorate General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, Republic of Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). The data are collected through the realization of Region Income and Expenditure Budget (APBD)
The result proves that Local Own Revenue, General Alocation Fund, don’t influence significantly the Capital Expenditure of regencies, Meanwhile Special Alocation Fund and Revenue-sharing Funds influence partially and significantly the Capital Expenditure of regencies and municipalities in Aceh
Keywords: Regional Own Revenue, Balancing Funds, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Fund, Capital Expenditure
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... 2
ABSTRAK ... 5
ABSTRACT ... 6
DAFTAR TABEL ... 9
DAFTAR GAMBAR ... 10
DAFTAR LAMPIRAN ... 11
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 8
2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 8
2.1.2 Dana Perimbangan ... 11
2.1.2.1 Dana Alokasi Umum (DAU) ... 11
2.1.2.2 Dana Alokasi Khusus (DAK) ... 12
2.1.2.3 Dana Bagi Hasil (DBH) ... 13
2.1.2.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak ... 13
2.1.2.3.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam ... 14
2.1.3 Belanja Modal (BM) ... 17
2.1.3.1 Definisi Belanja Modal ... 17
2.1.3.2 Klasifikasi Belanja Modal ... 18
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 23
2.4 Hipotesis ... 25
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis Data dan Sumber Data ... 26
3.1.1. Jenis Data ... 26
3.1.2 Sumber Data ... 26
3.2 Populasi dan Jumlah Observasi ... 26
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29
3.5 Tehnik Analisis Data ... 31
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 31
3.5.2 Pengujian Hipotesis ... 34
3.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 36
3.5.4 Analisis Regresi Berganda ... 37
(8)
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 38
4.2 Analisis Deskriptif Data ... 39
4.3 Analisis Data ... 41
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 41
4.3.1.1 Uji Normalitas ... 41
4.3.1.2 Uji Autokorelasi ... 43
4.3.1.3 Uji Heterokedasitas ... 45
4.3.1.4 Uji Multikolineritas ... 47
4.3.2 Analisis Regresi ... 48
4.3.3 Koefisien Determinasi ... 50
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 51
4.4.1 Uji F (Uji Secara Simultan) ... 51
4.4.2 Uji T (Uji Secara Parsial) ... 52
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
4.5.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal (BM). 55 4.5.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal (BM). .. 55
4.5.3 Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal (BM). .. 56
4.5.4 Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Belanja Modal (BM). ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 63
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Jenis Belanja Modal dan Komponen-Komponenya ... 19
Tabel 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh ... 27
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota Sampel Penelitian ... 38
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 39
Tabel 4.3 Kolmogorof-Smirnov Test ... 41
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 44
Tabel 4.5 Uji Glejser ... 46
Tabel 4.6 Ujimultikolineritas ... 47
Tabel 4.7 Analisis Regresi ... 48
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ... 50
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Uji Simultan) ... 52
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 24
Gambar 4.1 Normal P-Plot ... 42
Gambar 4.2 Grafik Histogram ... 43
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Data Realisasi PAD, DAU,DAK,DBH dan BM tahun 2010 ... 63 Lampiran 2 Data Realisasi PAD, DAU,DAK,DBH dan BM tahun 2011 ... 65 Lampiran 3 Data Realisasi PAD, DAU,DAK,DBH dan BM tahun 2012 ... 67
(12)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian kausal, melalui pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F pada level signifikansi 5 % (α=0,05). Variabel dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 24 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 23 kabupaten/kota sebagai sampel dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya pengalokasian belanja modal sedangkan Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian belanja modal di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Secara simultan,
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal
(13)
ABSTRACT
REGIONAL ANALYSIS OF REVENUE (PAD) AND BALANCED FUND ALLOCATION OF CAPITAL EXPENDITURES IN DISTRICT / CITY IN ACEH
PROVINCE
The purpose of this research is to find out and to analyze whether Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Fund, Fund influence the Capital Expenditure in regencies and municipalities of Aceh.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with causal research design, through testing of multiple regression with the classical assumption test before finding out the best linier model. Hypothesis test consists of t test and F test on 5 % level of siginficance (α=0,05). The variable used in this research are Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Funds, as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable. The population is 24 regencies and municipalities in Aceh and by using purposive sampling technique, 23 regencies and municipalities in Aceh within the year 2010 up to 2012 are chosen as samples. This research utilizes secondary data. These data are taken from the website of Directorate General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, Republic of Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). The data are collected through the realization of Region Income and Expenditure Budget (APBD)
The result proves that Local Own Revenue, General Alocation Fund, don’t influence significantly the Capital Expenditure of regencies, Meanwhile Special Alocation Fund and Revenue-sharing Funds influence partially and significantly the Capital Expenditure of regencies and municipalities in Aceh
Keywords: Regional Own Revenue, Balancing Funds, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, sharing Fund, Capital Expenditure
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belanja modal yang sebagai perubahan yang fundamental di dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) telah mulai dilakukan pasca
reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah. Sebelumnya di dalam APBD, pengaokasian untuk jenis belanja berupa investasi, diklasifikasikan ke dalam belanja pembangunan. Layaknya belanja pembangunan, belanja modal dilakukan oleh pemerintah daerah untuk pengadaan asset daerah
sebagai investasi, dalam rangka membiayai pelaksanaan otonomi daerah yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alokasi belanja modal disesuaikan dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana untuk kelancaran aktivitas kegiatan pemerintah daerah tersebut.
Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan ini
diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, dari berbagai
(15)
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik .
Dengan bertambahnya kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah dan anggaran daerah yang semakin besar guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka perlu digali sumber-sumber penerimaan
daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah berasal dari daerah itu sendiri dan bantuan berupa transfer dari pemerintah pusat. Sumber pembiayaan utama pemerintahan dan pembangunan daerah baik provinsi , kabupaten dan kota berasal dari kemandirian daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sementara subsidi atau transfer dari tingkat pemerintah pusat berupa dana perimbangan merupakan sumber penerimaan pendukung atau tambahan saja. Oleh sebab itu jelaslah bahwa besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi salah satu indikator penting dari kewenangan keuangan. Kewenangan untuk
memperdayakan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah PAD yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong
pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat
(16)
untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan memepengaruhi
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
Transfer dana ini berupa dana perimbangan. Dana perimbangan adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Yani (2008:40), “ pemberian sumber kuangan negara kepada pemerintah daerah dilakukan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas kondisi prekonomian nasional dan keseimbangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah”. Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sekitar 20%. Perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah dilakukan melalui dana perimbangan yang terdiri dari : Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil. Ketiga komponen dalam dana perimbang ini merupakan satu kesatuan elemen sumber pembiayaan untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan kewenanagan oleh daerah lain selain sumber keuangan
yang sudah ada di daerah sendiri.
Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi, yaitu terletak pada kemampuan daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan mengandalkan kemampuan keuangan daerahnya sendiri. Studi Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana
(17)
dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang tidak kalah
penting guna meningkatkan penerimaan daerah. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2007). Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja modal hendaknya lebih
ditingkatkan. Oleh karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak untuk belanja rutin. Semakin banyak pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari dana perimbangan maupun pendapatan asli daerah sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua keperluan yang
diharapkan oleh masyarakat.
Terkait dengan hal ini, Irma Syafitri (2009) melakukan penelitian relasional untuk menguji apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap anggaran belanja modal, hasil penelitian menunjukan bahwa baik secara
parsial maupun secara simultan berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja modal. Selain itu Rina (2012) juga melakukan penelitian apakah pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja modal dengan sampel pemerintah Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Utara. Hasil
penelitian menunjukan bahwa baik secara parsial maupun secara simultan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh secara signifikan positif terhadap belanja modal.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rina dengan penelitian ini terletak pada objek dan variabel yang di teliti, yaitu tidak memasukan variabel pertumbuhan
(18)
ekonomi sebagai variabel dependennya serta objek pada penelitian ini adalah
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Alasan peneliti memilih Kabupaten/Kota di provinsi aceh yaitu pasca komplik dan tsunami tahun 2004 perekonomian di aceh sangat berkembang pesat , sehingga kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus serta Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal. Kondisi perekonomian yang baik akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah dalam suatu wilayah tersebut. Dari latar belakang tersebut penulis melihat fenomena mengenai kaitan antara Pendapatan Asli Daerah dengan
Belanja Modal yang dalam hal ini penulis mengkaitkannya dengan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil yang dapat di lihat dari aset-aset daerah
Melihat penelitian-penelitian sebelumnya , penulis mengangkat secara khusus fenomena ini di Provinsi Aceh. Berdasarkan pemikiran ini maka peneliti tertarik
judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh ”. Dengan
demikian penelitian ini akan menguji apakah PAD dan Dana Perimbangan berupa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil, berpengaruh terhadap alokasi anggaran belanja modal dengan objek penelitian pada Kabupaten/Kota di di Provinsi Aceh Secara keseluruhan variabel ini akan di uji secara
(19)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan topik yang penulis pilih untuk diteliti, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:
“Apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh baik secara simultan maupun secara parsial.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah
dan Dan Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh baik secara simultan maupun secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah.
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, serta menjadi bahan masukan jika di kemudian hari peneliti diminta pendapat yang berkaitan tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap
pengalokasian belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
2. Bagi Pemerintah Daerah, untuk memberikan sumbangan informasi dalam hal pengelolaan keuangan daerah berupa Pendapatan Asli Daerah dan Dana
(20)
Perimbangan serta pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja modal sehingga
Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan potensi daerah secara optimal.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil peneliti ini diharapkan bisa menjadi sumber referensi dalam melakukan penelitian lainnya yang sejenis.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96), “Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah di pisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lani-lain PAD yang sah.
Undang–Undang No. 33 tahun 2004 Pasal I menyebutkan:
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal.
a. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan yaitu:
1. Pajak Daerah
Sesuai dengan undang-undang nomor. 28 tahun 2009 jenis pendapatan untuk kabupaten/kota terdiri dari:
a) pajak hotel, b) pajak restoran, c) pajak hiburan, d) pajak reklame,
(22)
e) pajak penerangan jalan,
f) pajak pengambilan bahan galian golongan C, g) pajak parker,
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan undang-undang perpajakan nomor 28 tahun 2009 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten /kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari:
a) retribusi pelayanan kesehatan,
b) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, c) retribusi penggantian biaya cetak KTP,
d) retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil, e) eetribusi pelayanan pelayanan pemakaman , f) retribusi pelayanan pengabuan mayat,
g) retribusi pelayanan parker ditepi jalan umum, h) retribusi pelayanan pasar,
i) retribusi pengujian kendaraan bermotor,
j) retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, k) retribusi penggantian biaya cetak peta,
l) retribusi pengujian kapal perikanan, m)retribusi pemakaian kekayaan daerah ,
n) retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, o) retribusi jasa usahatempat pelelangan,
p) retribusi jasa usaha terminal,
q) retribusi jasa usaha tempat khsusus parker, r) retribusi jasa usaha tempat penginapan/villa, s) retribusi jasa usaha penyedot kakus,
t) retribusi jasa usaha rumah potong hewan, u) retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal, v) retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga, w)retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air, x) retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair,
y) retribusi jasa usaha penjualan produk usaha daerah, z) retribusi izin mendirikan bangunan,
aa) retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, bb) retribusi izin gangguan,
(23)
3. Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.
Hasil pengolahan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
a) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD), b) bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara(BUMN), c) bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat,
4. Lain-lain PAD yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Sesuai dengan Mendagri nomor 59 tahun 2007 jeni pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut :
a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan,
b) jasa giro,
c) pendaptan bunga,
d) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
e) penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah,
f) penerimaan keuntungan dari selisih dari niali tukar rupiah terhadap mata uang asing,
g) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, h) pendaptan denda pajak,
i) pendapatan denda retribusi,
j) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, k) pendaptan dari pengembalian,
l) fasilitas social dan fasilitas umum,
m) pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, n) pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
(24)
2.1.2 Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Latar belakang lain adanya transfer dari pusat ke daerah antara lain untuk mengatasi ketimpangan fiskal horizontal, serta guna mencapai standar pelayanan untuk masyarakat. Ketimpangan fiskal horizontal muncul akibat tidak seimbangnya kapasitas
daerah daerah dengan kebutuhal fiskalnya. Dengan kata lain kemampuan daerah untuk menghasilkan pendapatan asli tidak mampu menutup kebutuhan belanjanya. Dana perimbangan di kelompokan menjadi lima jenis sebagau berikut:
2.1.2.1 Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada pemerinth daerah.
Dengan demikian, terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemrintah daerah , dan pemerintah daerah secara leluasa dapat mengunakan dana ini apakah untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang penting.
(25)
Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan dalam APBN , dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan
dalam negeri neto,
b. proporsi DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan anatara bobot urusan pemerintahan yang menjadi wewenang provinsi dan kabupaten/kota,
c. jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU anatara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.
2.1.2.2 Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan pada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional.
Perhitungan dana alokasi khusus dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. penentuan daerah tertentu yang menerima Dana Alokasi Khusus , daerah tersebut harus memenuhi kreteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis,
b. penentuan besaran Dana Alokasi Khusus masing-masing daerah, yang ditentukan dengan perhitungan indeksberdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis.
(26)
2.1.2.3 Dana Bagi Hasil
2.1.2.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak
Dana bagi hasil pajak adalah dana yang bersumber dari pendaptan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan angka persentase tertentu didasarkan atas daerah penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentalisasi.
Pembagian dan mekanisme perhitungan dana bagi hasil pajak yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 tahun 2005 adalah sebagai berikut:
a. DBH Pajak Bumi dan Bangunan
Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah. DBH PBB untuk daerah tersebut dibagi dengan rincian sebagai berikut:
1) 16,2% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 64,8% untuk kabupaten /kota bersangkutan, 3) 9% untuk biaya pemungutan.
Sedangkan bagian pemerintah pusat , yang 10% dari seluruh penerimaan PBB dialokasikan kepada seluruh kabupaten dan kota, dengan rincian sebagai berikut:
1) 6,5% dibagi secara merata kepada seluruh kabupaten/kota,
2) 3,5% dibagikan sebagai intensif kepada kabupaten dan kota yang realisasi
penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampui rencana penerimaan yang ditetapkan.
(27)
b. DBH Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan proporsi 20% untuk pemerintah pusat dan
80% untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% tersebut dibagi dengan rincian sebagai berikut:
1) 16% untuk provinsi untuk yang bersangkutan, 2) 64% untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Bagian pemerintah pusat yang sebesar 20% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten dan kota.
c. DBH Pajak Penghasilan
Penerimaan Negara dari PPH wajib pajak orang pribadi dalam negeri (WPOPDN) dan PPh pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20% dan sisanya, yaitu sebesar 80% untuk pemerintah pusat. DBH PPh untuk daerah dialokasikan ke provinsi dan kabupaten/kota dengan rincian sebagai berikut:
1) 8% untuk provinsi yang bersangkutan,
2) 12% untuk kabupaten/kota dalam provinsi yang besangkutan dengan rincian 8,4%
untuk kabupaten/kota tempat WP terdaftar, dan 3,6% untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan deengan bagian yang sama besar.
2.1.2.3.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari enam sektor yaitu kehutanan,
(28)
pertambangan gas bumi. Pemerintah menetapkan alokasi dana bagi hasil dari sumberdaya
alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Penetapan daerah penghasil SDA dan dasar perhitungan DBH sumber daya alam dilakukan oleh Menteri Teknis, setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Pembagian dan mekanisme perhitungan DBH Sumber Daya Alam adalah sebagai berikut:
a. DBH Kehutanan
1) DBH kehutanan dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian yaitu 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota
penghasil.
2) DBH kehutanan dari PSDH untuk daerah sebesar 80% dibagi dengan rincian yaitu 16% untuk provinsi yang bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota
pengasil serta 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
3) DBH kehutanan dari dana reboisasi sebesar 40% dibagi kepada kabupaten/kota penghasil untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan wilayahnya.
b. DBH Pertambangan Umum
Untuk DBH pertambangan umum, iuran tetap yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota penghasil. Sedangkan iuran eksplorasi dan eksplotasi yang
(29)
1) 16% untuk provinsi yang bersangkutan
2) 32% untuk kabupaten/kota penghasil
3) 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
c. DBH Pertambangan Minyak Bumi
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% berasal dari penerimaan Negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan, setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya, dibagi dengan rincian yaitu, 3% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% dibagikan untuk
kabupaten/kota penghasil, 6% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan dan sisanya sebesar 0,5% digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.
d. DBH Perikanan
Dana bagi hasil perikanan berasal dari pungutan perusahaan perikanan. DBH dari perikanan ini sebesar 80% yang dibagikan dengan porsi sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota.
e. DBH Pertambangan Gas Bumi
Penerimaan Negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dapat berasal dari wilayah kabupaten/kota atau dari wilayah provinsi. Besarnya DBH pertambangan gas bumi adalah 30,5% setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya.
(30)
DBH pertambangan gas bumi yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan
rincian 6% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan , 12% dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota penghasil , 12% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan serta 0,5% sisanya digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.
f. DBH Pertambangan Panas Bumi
Dana bagi hasil pertambangan panas bumi berasal dari setoran bagian pemerintah
atau iuran tetap dan iuran produksi. Jumlah DBH pertambangan panas bumi untuk daerah adalah sebesar 80% dan dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 32% dibagi dengan porsi yang sama besar kepada seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
2.1.3 Belanja Modal
2.1.3.1 Definisi Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, “Belanja Modal meliputi anatar lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, perlatan dan asset tak berwujud”. Dengan kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun
(31)
sifatnya memepertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
2.1.3.2 Klasifikasi Belanja Modal
Menurut Syaiful (2006) belanja modal dapat di kelompokan sebagai berikut :
a) Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pemebelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai
c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/peningkatan pembangunan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
e) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/pembuatan serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam criteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
(32)
barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam, dan Belanja Modal adalah sebagai berikut berikut:
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Peneltian Hasil Peneltian
1 Syafitri (2009)
Independen: 1Pertumbuhan Ekonomi
2.Pendapatan Asli Daerah
3.Dana Alokasi Umum
Dependen: Belanja Modal
Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal.
Secara simultan pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
2 Rina (2009) Independen :
1. Dana Alokasi
Umum
2.Dana Bagi Hasil
Secara parsial Dana Alokasi Umum berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal, sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak
(33)
Dependen:
Belanja Modal
Umum, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang merupakan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan terhadap belanja modal
3 Alfan (2009)
Independen : 1. Dana Bagi Hasil Pajak
2. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dependen: Belanja Modal
Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.
Secara simultan, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal.
1. Syafitri
Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2009) yang berjudul “ Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara “. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah
Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
(34)
Penelitian yang dilakukan oleh Alfan (2009) yang berjudul “Pengaruh Dana
Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. Secara simultan, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal
3. Rina
Penelitian yang dilakukan oleh Rina (2011) yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian
asumsi kelasik dan pengujian asumsi hipotesis. Hasil penelitian ini adalah Secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi pengaruh signifikan negatif terhadap belanja modal. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum, berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
1.3 Kerangka Konseptual Penelitian
(35)
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Dalam penelitian ini, variabel indepeden
adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana AlokasiUmum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil, variabel independen adalah Belanja Modal. Kerangka konseptual penelitiandapat dilihat digambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
H3
H4
H5 Pendapatan Asli Daerah
(X1)
Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Khusus (X3)
Dana Bagi Hasil (X4)
Belanja Modal (Y)
(36)
Pendapatan daerah yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah maupun yang
berasal dari Transfer Pemerintah pusat yang berupa dana perimbangan di gunakan oleh pemerintah daerah salah satunya untuk membiayai belanja modal, sehingga setiap kenaikan atas Pendapatan Asli Daerah maupun dana perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus maupun Dana Bagi hasil maka akan berpengaruh juga terhadap
Belanja Modal suatu pemerintahan .
Peningkatan pendapatan asli daerah menunjukan kemampuan derah dalam
memperoleh dana yang dialokasikan untuk tujuan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah maka semakin besar pula kemampuan pemerintah daerah dalam menanggung beban dan membiayai kewajiban belanja daerah. Meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah sangat membantu dalam belanja pemerintah daerah terutama dalam pembangunan daerah menjadi lebih baik serta membantu pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Fahri (2012) berkaitan dengan sumber pendanaan belanja modal dibiayai dari tiga sumber pendapatan yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, adapun sumber Pendaan di luar itu, yaitu Dana Bagi Hasil yang hanya digunakan untuk membiayai belanja pegawai serta belanja barang dan jasa yang sifatnya pakai habis.
(37)
1.4 Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H2 :Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H3 :Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H4 :Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Modal
H5 :Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Belanja Modal.
(38)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1.JenisDatadanSumberData 3.1.1.JenisData
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder untuk semua
variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah , Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus , Dana Bagi Hasil serta Belanja Modal. Data sekunder ini diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran APBD periode 2010-2012.
3.1.2SumberData
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka, dan data tersebut merupakan data sekunder, yaitu data atau informasi yang di unduh melalui situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
www.djpk.depkeu.go.id.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2012, dimana provinsi Aceh terdapat 24 pemerintahan daerah yang terdiri dari 18 pemerintahan kabupaten dan 6 pemerintahan kota.
(39)
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2004:73). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria dalam menentukan sampel yaitu:
1) pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh yang telah menyerahkan dan
mempublikasikan laporan APBD-nya secara konsisten dan lengkap dalam melaporkan jumlah realisasi Dana Perimbangannya selama periode 2010-2012. 2) pemerintah daerah kabupaten induk (asal) maupun kabupaten dan kota yang bukan
merupakan hasil pemekaran pada kurun waktu 2010 -2012.
3.3 MetodePengumpulanData
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendokumentasi data sekunder yang diunduh dari situs Direkorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang diperoleh adalah data time series. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang
didapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu tahunan. Selain itu, peneliti juga melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.4 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasional
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya tergantung dari nilai variabel lain (Y) dan variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya
(40)
tidak tergantung pada variabel lain (X). Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri
dari :
3.4.1.VariabelIndependen
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. (Yani, 2008:51)
2. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. (Yani,
2008:142).
3. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. (Yani, 2008:165).
4. Dana Bagi Hasil
(41)
a. Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan
pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan pajak penghasilan pasal 21. (Yani, 2008:75).
b. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari
penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan, umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. (Yani, 2008:120).
3.4.2.VariabelDependen
1. Belanja Modal
Belanja Modal adalah belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja administrasi umum. (Halim, 2007: 101).
Secara garis besar definisi operasional variabel di atas digambarkan pada tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
(42)
Variabel Definisi Operasional Skala Pengukuran
A. Independen
Pendapatan Asli Daerah (X1)
Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Khusus (X3)
Dana Bagi Hasil (X4)
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dan pajak penghasilan pasal
Rasio
Rasio
Rasio
(43)
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan, umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
B. Dependen
Belanja Modal (Y)
Belanja Modal adalah belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
Rasio
3.5.1UjiAsumsiKlasik
Pengukuan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. (Ghozali, 2005)
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan analisis grafik dan uji statistik.
1. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
(44)
dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2. Analisis Statistik
Uji normalitas residual dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati. Secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu disamping dengan uji grafik juga dilakukan uji statistik. Dalam penelitian ini, uji statistic yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji multikolinieritas pada penelitian dilakukan dengan matriks kolerasi. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks kolerasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan Tolerance- nya. Apabila nilai matriks korelasi
tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas.
(45)
Mempunyai nilai VIF di bawah 10 dan Mempunyai angka tolerance di atas 0,1.
(Ghozali, 2005).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residul dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas, sedangkan varians berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Gozali, 2005). Salah satu cara untuk melihat ada tidaknya heterokedaskitas adalah menggunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan cara melakukan regresi variabel bebas dengan nilai absolut dari residualnya. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heterokedaskitas. Sebaliknya, jika variabel bebas tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi heterokedaskitas (Gozali, 2005).
d. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residualperiode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
(46)
3.5.2PengujianHipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (Uji t) dan penyajian secara simultan (Uji F).
a. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Ghozali, 2005). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
a. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
b. H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
Penentuan besarnya Fhitung menggunakan rumus :
Keterangan :
R = koefisien determinan n = jumlah observasi k= jumlah variable
(47)
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel. Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable terikat.
b. Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut: a. H0 = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. H0 = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Untuk menilai t hitung digunakan rumus :
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
(48)
c. UjiKoefisienDeterminasi(R2)
Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka kemampuan model yang digunakan sebagai
model prediktiv semakin tangguh, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan nilai Koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen adalah terbatas (Ghozali, 2005).
Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut:
2 =
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi ESS = Explained Sum of Squared TSS = Total Sum of Squared
3.5.4AnalisisRegresiBerganda
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda untuk menganalisis pengaruh PAD, DAU, DAK dan DBH terhadap BM, dengan model dasar sebagai berikut :
(49)
a = konstanta
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2 = Dana Alokasi Umum (DAU) X3 = Dana Alokasi Khusus (DAK) X4 = Dana Bagi Hasil(DBH)
b1—b4 = Koefisien Regresi e = standar error
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh
searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan
(50)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1DeskripsiObjekPenelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di Provinsi Aceh, sebagaimana yang telah ditentukan sebagai sampel. Kabupaten/Kota yang terpilih menjadi sampel sampel penlitian adalah sebanyak 23 (dua puluh tiga) sampel dan diamati pada
periode 2010 sampai 2012. Sampel penelitian dapat di lihat di lampiran.
4.2AnalisisDeskriptifData
Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan dari data masing-masing variabel yang telah diolah menggunakan SPSS versi 18, adapun hasil olahan data SPSS
dalam bentuk deskriptif statistik akan menampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian antara lain meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), minimum dan maksimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel. Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 5 variabel, yakni Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus , Dana Bagi Hasi dan Belanja Modan yang disajikan dalam Tabel 4.2 berikut:
(51)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PAD 69 6200 87418 27012.12 16649.456
DAU 69 163056 612599 340490.88 104148.054
DAK 69 17774 66590 36848.97 10740.782
DBH 69 17925 398256 55468.26 67133.233
BM 69 21848 212035 82190.54 33142.923
Valid N (listwise) 69
Sumber : Output SPSS 18)
Catatan: angka-angka tersebut dinyatakan dalam jutaan rupiah (Rp. 000.000)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa (dalam jutaan rupiah):
Rata-rata dari pendapatan asli daerah (X1) adalah 27.012,12 dengan standar deviasi 16649.456 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai pendapatan asli daerah (X1) tertinggi adalah 87418, dan nilai pendapatan asli daerah (X1) yang terendah adalah 6200. Rata-rata dari dana alokasi umum (X2) adalah 340490,88 dengan standard deviasi 104148,054 dan
jumlah data yang ada adalah 69. Nilai dana alokasi umum (X2) tertinggi adalah 612599 dan nilai dana alokasi umum (X2) yang terendah adalah 163056. Rata-rata dari dana alokasi khusus (X3) adalah 36848,97 dengan standard deviasi 10740,782 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai dana alokasi khusus (X3) tertinggi adalah 66590 dan nilai dana alokasi
khusus (X3) yang terendah adalah 17774 . Rata-rata dari dana bagi hasil (X4) adalah 55468,26 dengan standard deviasi 67133,233 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai
(52)
dana bagi hasil pajak (X4) tertinggi adalah 398256 dan nilai dana bagi hasil pajak (X4)
yang terendah adalah 17925. Rata-rata dari belanja modal (Y) adalah 82190,54 dengan standard deviasi 33142,923 dan jumlah data yang ada adalah 69. Nilai belanja modal (Y) tertinggi adalah 212035, dan nilai belanja modal (Y) yang terendah adalah 21848.
4.3AnalisisData
4.3.1UjiAsumsiKlasik
4.3.1.1UjiNormalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen berdistribusi normal, yaitu menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal. H1 : Data residual tidak berdistribusi normal.
Apabila nilai signifikannya < 0,05, maka H0 ditolak, sedangkan apabila nilai
signifikannya > 0,05, maka H0 diterima. Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(53)
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.52485890E4
Most Extreme Differences Absolute .075
Positive .075
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .619
Asymp. Sig. (2-tailed) .838
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS 18
Hasil dari analisis Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai signifikannya > 0,05 yaitu 0.838, maka data tersebut terdistribusi secara normal.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat juga dengan menggunakan analisis normal probability plot dan grafik histogram berikut:
Gambar 4.1 Normal P-Plot
Sumber: Output SPSS 18, data diolah
(54)
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai sumbu X melawan nilai-nilai
yang ada pada sumbu Y. Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (dapat didekati oleh garis lurus), hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal. Namun, jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik pada scatter plot mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual mempunyai distribusi normal.
Gambar 4.2 Grafik Histogram
Sumber: Output SPSS 18, data diolah
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik histogram berdistribusi normal yang
(55)
4.3.1.2UjiAutokorelasi
Pengujian autokorelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Tahapan yang
harus dilakukan untuk dapat menghasilkan harga koefisien Durbin-Watson dengan menggunakan SPSS 18 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .648a .420 .383 26025.650 1.797
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BM
Sumber: Output Spss 18, data diolah
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi
linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Cara mendeteksinya melalui uji Durbin Watson dengan ketentuan :
1) Angka DW berada dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka DW berada diatas +2, berarti ada autokorelasi.
Pada hasil pengujian diatas terlihat bahwa angka DW sebesar +1.797 atau -2<1,797<+2, karena angka DW berada diantara -2 dan +2 maka tidak terdapat
(56)
4.3.1.3UjiHeterokedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antara satu pengamatan ke pengamatan lainnya, dengan menggunakan grafik Scatterplzdvnkot.
Gambar 4.3 Uji Heterokedasitas
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
Berdasarkan scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik ada yang menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu atau tidak teratur serta
titik-titik tersebut juga menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
(57)
Berikut ini ditampilkan Tabel uji glejser
Tabel 4.5 Uji Glejser Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13896.665 7356.604 1.889 .063
PAD .121 .165 .134 .731 .468
DAU -.018 .027 -.124 -.659 .512
DAK .167 .191 .119 .874 .385
DBH .053 .030 .235 1.776 .080
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Output SPSS 18, Data diolah
Tabel 4.5 menunjukan variabel Belanja Modal adalah signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut (absUt). Sedangkan variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan α (sig>0,05).
(58)
4.3.1.4UjiMultikolineritas
Uji multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas adalah dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Bila nilai VIF kurang dari 5 dan nilai toleransi lebih dari 0,10 maka disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi, begitu juga sebaliknya Bila nilai VIF
lebih besar dari 5 dan nilai toleransi kurang dari 0,10 maka disimpulkan terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Hasil uji multikolinieritas disajikan dalam Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Ujimultikolineritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 23524.738 12945.261 1.817 .074
PAD -.243 .291 -.122 -.834 .408 .424 2.359
DAU .061 .048 .190 1.261 .212 .398 2.512
DAK .835 .337 .271 2.481 .016 .762 1.312
DBH .249 .052 .505 4.770 .000 .810 1.235
a. Dependent Variable: BM
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
(59)
tolerance value > 0,1
VIF < 5 dari masing-masing variabel independen Dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas.
4.3.2Analisis Regresi
Regresi Linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Model persamaan regresi ini yaitu:
Tabel 4.7 Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 23524.738 12945.261 1.817 .074
PAD -.243 .291 -.122 -.834 .408
DAU .061 .048 .190 1.261 .212
DAK .835 .337 .271 2.481 .016
DBH .249 .052 .505 4.770 .000
a. Dependent Variable: BM
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil olahan dari model SPSS, maka dapat disimpulkan hasil signifikansi atau pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
1. Nilai t hitung untuk Pendapatan Asli Daerah adalah -0,834 dengan tingkat signifikansi 0,408 maka variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara negaitif dan tidak
(60)
signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung (-0,834) <ttabel (1,998) dan
nilai signifikan (0,408) > 0,05.
2. Nilai t hitung untuk Dana Alokasi Umum adalah 1,261 dengan tingkat signifikansi 0,212 maka variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung (1,261) < ttabel (1,998) dan
nilai signifikan (0,212) >0.05.
3. Nilai t hitung untuk Dana Alokasi Khusus adalah 2,481 dengan tingkat signifikansi 0,142, maka variabel Dana Alokasi Khusus mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung (2,481) > ttabel (1,998) dan
nilai signifikan (0,016) <0,05.
4. Nilai t hitung untuk Dana Bagi Hasil adalah 4,770 dengan tingkat signifikansi 0,000, maka variabel Dana Bagi Hasil mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung (4,770) > ttabel (1,998) dan nilai
signifikan (0,000) < 0,05.
(61)
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .648a .420 .383 26025.650
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BM
Sumber : Output SPSS 18, data di olah
Hasil uji determinan pada Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa:
a. Nilai R = 0.648 yang berarti hubungan antara variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal adalah sebesar 64,8%. Artinya hubungan tersebut erat.
b. Adjusted R Square sebesar 0.383 yang berarti 38,3% faktor-faktor dari Belanja
Modal dapat dijelaskan oleh variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal sedangkan selebihnya sebesar 61.70% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini.
4.4.2 UjiF(UjiSecaraSimultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik F (Uji Secara Simultan).
H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 :bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
(62)
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak
digunakan statistik F (uji F). Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan (α) = 5%. Jika tingkat signifikan di bawah 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
a. Bila nilai F hitung < nilai F tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak apabila nilai
signifikan (α) = 5%, artinya secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap variabel terikat.
b. Bila nilai F hitung > nilai F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima apabila nilai signifikan (α) = 5%, artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat.
UJi statistik F (Uji Secara Simultan) ini yaitu:
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Uji Simultan) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.135E10 4 7.836E9 11.569 .000a
Residual 4.335E10 64 6.773E8
Total 7.469E10 68
a. Predictors: (Constant), DBH, DAK, PAD, DAU b. Dependent Variable: BM
(1)
(2)
Lampiran 2
Rekap Data Keuangan Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
2011
(dalam jutaan rupiah )
No
PEMERINTAH
PAD
DAU
DAK
DBH
BM
1
Kab.
Aceh
Barat
33,043
367,378
38,261
31,939
79,371
2
Kab.
Aceh
Besar
47,619
452,069
64,287
38,339
92,112
3
Kab.
Aceh
Selatan
23,000
389,002
44,194
33,240
95,226
4
Kab.
Aceh
Singkil
14,078
257,048
39,232
29,063
65,731
5
Kab.
Aceh
Tengah
22,827
388,865
37,495
33,150
118,137
6
Kab.
Aceh
Tenggara
21,000
345,178
38,867
55,572
88,800
7
Kab.
Aceh
Timur
58,609
441,119
51,643
99,143
94,952
8
Kab.
Aceh
Utara
53,643
440,366
34,514
352,571
212,035
9
Kab.
Bireuen
60,535
480,010
45,572
46,835
101,623
10
Kab.
Pidie
33,049
487,386
38,508
35,351
95,796
11
Kab.
Simeulue
10,068
260,340
50,029
28,633
65,507
12
Kota
Banda
Aceh
(3)
57,000
406,688
29,637
48,347
40,275
13
Kota
Sabang
17,089
241,800
26,309
37,164
91,085
14
Kota
Langsa
24,647
286,300
26,686
30,002
69,839
15
Kota
Lhokseumawe
30,506
315,419
21,606
64,538
65,117
16
Kab.
Gayo
Lues
12,597
291,310
34,938
52,393
80,752
17
Kab.
Aceh
Barat
Daya
25,000
282,299
42,594
32,410
105,534
18
Kab.
Aceh
Jaya
15,260
255,518
38,793
35,576
111,973
19
Kab.
Nagan
Raya
25,391
331,232
31,832
34,207
76,709
20
Kab.
Aceh
Tamiang
28,625
306,322
33,526
82,732
55,823
21
Kab.
Bener
Meriah
20,470
285,611
33,121
17,925
80,142
22
Kab.
Pidie
Jaya
11,441
268,570
46,159
20,259
63,480
23
Kota
Subusalam
8,582
185,848
30,772
24,859
77,519
(4)
Lampiran 3
Rekap Data Keuangan Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
2012
(dalam jutaan rupiah )
(5)
1 Kab.
Aceh
Barat 29,138
440,584 38,696 29,592 50,831
2
Kab. Aceh Besar
41,492
549,070
52,573
38,565
71,875
3
Kab. Aceh Selatan
30,000
465,287
48,698
40,000
150,171
4
Kab. Aceh Singkil
13,292
298,294
37,511
27,922
79,780
5
Kab. Aceh Tengah
23,465
449,223
46,747
30,878
116,065
6
Kab. Aceh Tenggara
17,000
415,200
35,997
75,318
99,987
7
Kab. Aceh Timur
36,855
541,297
62,739
103,452
120,425
8
Kab. Aceh Utara
62,523
585,406
28,543
398,256
132,762
9
Kab. Bireuen
73,277
612,599
51,102
52,923
109,535
10
Kab. Pidie
27,423
598,795
51,134
34,160
92,479
11
Kab. Simeulue
14,071
309,799
42,235
28,881
71,169
12
Kota Banda Aceh
87,418
491,594
26,894
41,200
75,097
13
Kota Sabang
16,874
273,672
17,774
35,919
54,998
14
Kota Langsa
24,647
337,337
23,605
29,699
46,746
15
Kota Lhokseumawe
33,100
394,260
26,015
73,264
107,351
16
Kab. Gayo Lues
12,959
329,447
44,339
50,177
119,221
17 Kab.
Aceh
Barat
Daya
30,250
327,573
46,517
28,524
126,041
(6)