Metode ini menghasilkan terjemahan yang hanya mencari padanan kontruksi gramatikal dan masih melepaskannya dengan konteks.Ia harus
mengetahui oran yang suka terlibat dalam membantu korban bencana alam itu disebut sebagai relawan. Karenanya, klausa di atas seharusnya bisa
diterjemahkan menjadi “Seorang relawan dating ke Yogyakarta untuk membantu korban gempa
”. 3.
Penerjemahan setia Penerjemah yang menggunakan metode ini akan setia mencoba
memproduksi makna kontekstual Tsu dengan masih dibatasi struktur gramatikalnya. Pada metode ini kata-kata yang bermuatan budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Maka penerjemahan ini berpegang teguh pada
maksud dan tujuan Tsu, sehingga hasil terjamahan terasa kaku dan asing.
20
Metode ini dapat dimanfaatkan untuk membantu penerjemahan dalam proses awal pegalihan. Contoh:
“Dia lk dermawan karena banyak abunya.” Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena
penerjemah sudah
memperhatikan makna
kontekstual dengan
menerjemahkan دامِرلا رْي ك dengan dermawan.Meski demikian, penerjemahnya
masih tampak mempertahankan arti dari struktur gramatikalnya.Ia masih menambahkan terjemahannya itu dengan karena banyak abunya. Padahal,
20
. Moch. Syarif Hidayatullah. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Tangerang: Dikara. 2010 h. 32
klausa itu cukup diterjemahkan menjadi dia dermawan, karena memang itu pesan yang hendak disampaikan Tsu.Ini terkait dengan
دامرلا ري ك yang memang idiom dan mempunyai arti dermawan.
4. Penerjemahan semantis
Penerjemah yang menggunakan metode ini mendapatkan hasil terjemahan yang lebih luwes dan fleksibel, dari pada penerjemah yang
menggunakan metode penerjemahan setia. Ia mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas
wajar.
21
Contoh:
“Aku melihat si muka dua di depan kelas”, Penerjemah mampu menerjemahkan dengan si muka dua, yang
kebetulan juga dikenal dalam masyarakat penutur Tsa.Ia tidak terjebak dengan menerjemahkannya menjadi orang yang memiliki muka dua.
Meskipun secara idiomatis, frase itu bias saja diterjemahkan dengan si munafik.
Metode ini telah dibenarkan oleh para ahli untuk dipergunakan saat menerjemahkan, karena metode ini menjamin keteralihan pesan yang baik.
B. Metode yang memberikan penekan terhadap bahasa sasaran
Penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama denganyang diharapkan penulis asli terhadap pembaca versi Tsu, yaitu:
21
. Moch. Syarif Hidayatullah. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Tangerang: Dikara. 2010 h. 32
1. Penerjemahan adaptasi
Saat menerjemahkan dengan metode ini, penerjemah biasanya tidak memperhatikan keteralihan struktur Tsa, namun ia lebih mementingkan
pemahaman pembaca Tsa. metode ini tergolong metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Tsa. Walau demikian, penerjemah tidak
mengorbankan hal-hal penting dalam Tsu, seperti tema, karakter, atau alur.
22
Contoh:
“Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemercik air sungai yang terdengar jernih”.
Penerjemah berupaya menerjemahkan untuk melepas diri dari kungkungan struktur gramatika, meskipun stuktur maknannya masih
dipertahankan Tsu.Ia ingin memunculkan corak baru dalam pemaknaan terhadap Tsu tanpa menghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis Tsu. Ia berusaha menampilkan Tsu menjadi dinamis mengikuti perkembangan pemaknaan pada Tsa. Karena bila tidak demikian,
terjemahan di atas bias saja menjadi “Dia hidup jauh sehingga kaki tidak
bisa menjangkaunya, pada mata air dibagian sungai paling atas. ”.
2. Penerjemahan bebas
Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanaya mengutmakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Sering kali
22
. Moch. Syarif Hidayatullah. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Tangerang: Dikara. 2010 h. 33
bentuk retorik atau bentuk kalimatnya sudah berubah sekali, sehingga terjadi perubahan yang drastis antara struktur luar Tsu dan struktur luar Tsa.
23
“Harta sumber malapetaka”. Bila memperhatikan terjemah ini, jelas sekali bahwa penerjemah
melepaskan diri dari Tsu-nya.Ia ingin memunculkan persepektifnya sendiri, tanpa meghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu.
Memang sepertinya terdapat distorsi makna, tetapi pokok pikiran penulis tetap terjembatani.Terjemahan di atas juga terlihat berbentuk parafasa yang
jauh lebih pendek dari Tsu. Karena asal terjemahannya adalah “Harta meru
pakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan manusia.” 3.
Penerjemahan idiomatik Saat menerjemahkan dengan metode ini mengharuskan untuk
memberikan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih hidup
dan lebih nyaman dibaca
24
. Contoh:
“berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian”. Terjemaham ini memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam Tsa
yang kebetulan mempunyai makna yang sejenis tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahannya, yaitu setiap kenikmatan itu hanya
23
. Moch. Syarif Hidayatullah. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Tangerang: Dikara. 2010 h. 33
24
. Moch. Syarif Hidayatullah. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Tangerang: Dikara. 2010 h. 34