Penting sih, kan komunikasi gak hanya di rumah tapi juga di luar. Untuk menjaga komunkasi yang baik diperlukan juga sosilisasi bahasa yang baik, permasalahan
sosialisasi bahasa yang keras atau halus itu mah tergantung dari bagaimana watak mereka di rumah.
C. Pembahasan
Pertanyaan 1. Berapa jumlah anak anda dan sedang bersekolah di
jenjang pendidikan apa serta sekolah dimana?
Informan S1 Jumlah anak saya 3 orang, semuanya lak-laki. Anak
pertama sekolah di SMA Fransiskus kelas 2, yang kedua sekolah di SMA Negeri 5 kelas 1, yang ketiga
sekolah di SMP Negeri 19 kelas 1.
Informan S2 Anak saya ada 2 orang, yang perempuan Ike kelas 2
SMA dan yang laki-laki Lady kelas 1 SMA. Dua- duanya sekolah di SMA Al Kautsar.
Informan S3 Anak saya ada 2 , yang pertama Gesta kelas 2 SMA
Negeri 2 Bandar Lampung dan yang bungsu Gilbeth kelas 2 SMP Xaverius Bandar Lampung.
Informan S4 Anak saya ada 2, yang pertama sekolah di Fransiskus
kelas 1 dan yang satu lagi sekolah di Xaverius kelas 1.
Informan S5 Saya punya dua anak kembar, Kemal dan Keane yang
sama-sama duduk di kelas 2 SMA Negeri 2.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan jawaban atas hasil wawancara dengan kelima informan, bahwa anak-
anak dari kelima informan tersebut masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang berumur antara 13 tahun sampai 18
tahun. Keempat informan memiliki 2 orang anak dan 1 informan yang mempunyai 3 orang anak.
Pertanyaan 2. Bagaimana sosialisasi bahasa yang diterapkan di
rumah? Apakah Sosialisasi Bahasa Kasar Keras atau Sosialisasi Bahasa Halus Lembut?
Informan S1 Sosialisasi bahasa di rumah bisa dikatakan termasuk
sosialisasi bahasa yang kasar. Karena disebabkan watak bapak yang memang keras, nada bicara yang
tinggi membuat sulit untuk menjalin komunikasi yang baik antara bapak dan anak-anak. Walau memakai
bahasa Indonesia tapi logat Palembang bapak yang tinggi membuat proses pensosialisasian menjadi keras.
Anak-anak cenderung kalau ingin meminta sesuatu kepada saya daripada minta dengan bapaknya.
Sebenarnya saya menginginkan komunikasi bahasa yang baik terutama antara bapak dan anak. Tetapi
sosialisasi yang terjadi dirumah memang sedikit kasar. Tapi kalau di rumah saya tetap menerapkan aturan
untu
k memakai kata panggilan “Aku” dan “Kamu”. Bahasa dan kata-kata yang dipakai anak-anak memang
harus tetap sopan.
Informan S2 Di keluarga saya termasuk sosialisasi bahasa yang
halus yah, karena saya dengan papahnya juga tidak pernah berkata yang kasar di depan anak-anak, karena
takut ditiru dengan mereka. Kalau saya ada masalah dengan papahnya, ya saya bicarakan di kamar saja
berdua, saya gak mau anak saya mendengar saya bertengkar. Saya dengan bapaknya selalu memakai
bahasa yang halus, karena saya tahu bahwa anak-anak saya tidak bisa dibentak. Kalau dibentak sedikit,
biasanya mereka langsung singut dan berdiam diri di kamar. Tapi gak lama, kami baikan lagi, biasanya saya
atau bapaknya yang minta maaf duluan. Dari anak- anak masih kecil juga kami saya dan bapaknya
selalu terbuka setiap ada permasalahan, dan kalau ada bahasa-bahasa yang baru yang menurut saya kurang
baik, biasanya saya langsung bicarakan dengan anak- anak dan saya beri pengertian bahwa kata-kata itu
kurang baik dan dosa bila diucapkan. Informan S3
Sosialisasi bahasa ya yang halus, karena memang kami sebagai orang tua dulu didik dengan bahasa yang
halus. Saya sering sih mendengar kata-kata anak saya yang dirasa kurang baik didengar ketika ada teman-
teman anak saya lagi main ke rumah. Biasanya pas lagi nonton tv, saya dengan bapaknya sering diskusi
tentang apa saja yang dilakuakn anak-anak termasuk bahasa-bahasa yang mereka dapat dari luar. Yah
sejauh ini sosialisasi bahasa yang diterapakan ya cukup baik.
Informan S4 Sosialisasi bahasa di rumah baik dan halus. Karena
saya seorang guru, jadi saya dan suami menerapkan bahasa yang baik dan sopan walau saya menyadari
anak-anak saya juga mungkin terpengaruh akan bahasa-bahasa yang kurang baik, tetapi saya
menerapkan aturan, kalau sedang di rumah harus selalu memakai bahasa yang sopan bagaimanapun
keadaannya, walau sedang marah sekalipun. Saya dan suami juga berkomitmen jika anak berbuat salah kami
berusaha menegur dengan baik, ya kadang suami saya sedikit membentak namun saya yang memberikan
pengertian lebih lanjut bahwa papahnya marah bukan berarti tidak sayang. Sosialisasi bahasa yang saya
gunakan ya sebagai media pemahaman komunikasi yang dijalin dengan anak-anak.
Informan S5 Sosialisasi bahasa yang kami terpakan bisa terbilang
keras atau kasar, karena cara bicara bapak yang keras kemudian saya juga cerewet terhadap mereka, kami
juga menerapkan aturan-aturan keras, yah anak laki- laki kan paling sulit diatur dan anak-anak juga suka
meniru bapaknya kalau bicara itu keras-keras. Jadi sosialisasi bahasa di rumah bisa dikatakan sosialisasi
bahasa yang kasar.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan jawaban dari kelima informan, yang dilihat dari pensosialisasian bahasa yang digunakan untuk mendidik anak-anaknya kebanyakan menggunakan
bahasa yang halus, karena kedua orang tuanya takut akan tercermin kepada anak- anaknya. Sebab mereka takut akan membentuk anak-anak yang berkepribadian
yang keras apabila mereka tidak mengontrol tatanan bahasanya. Namun pada informan S1 dan S5, mereka menggunakan sosialisasi bahasa yang kasar atau
keras dikarenakan memang seperti itu watak kedua orang tuanya dan cara berkomunikasi serta proses sosialisasi bahasanya memang keras dan berakibat
pada kepribadian anak-anak yang terbentuk.
Pertanyaan 3. Bagaimana proses penyampaian bahasa yang
dilakukan orang tua terhadap anak?
Informan S1 Ya kalau saya memakai bahasa yang lembut tetapi
kalau bapaknya selalu dengan nada yang keras. Kadang kalau nyuruh bapak terlalu memaksa anak-
anak dan sering ngebentak-bentak kalau anak gak mau disuruh. Walau bukan contoh yang baik untuk anak-
anak, tetapi memang seperti itu cara berkomunikasi bapaknya.
Informan S2 Proses penyampaian bahasa yang kami lakukan ya
baik dan halus. Jadi kalau ada permasalahan apapun itu anak bisa terbuka dengan kami bukan dengan
orang lain.
Informan S3 Penyampaian bahasa cukup baik dan halus ketika
memang sekeluarga berbicara satu sama lain, dengan adanya komunikasi yang baik antara kami dengan
anak-anak. Kami berusaha menghindarkan kata-kata kasar ketika sedang berbicara dengan anak-anak.
Informan S4 Proses penyampain bahasa cukup baik yah, soalnya
kami sebagai orang tua melakukannya dengan halus, jadi terhindar dari salah paham dalam berkomunikasi.
Informan S5 Kalau itu yah kadang sering keras atau ngebentak,
mungkin sudah watak masing-masing yang keras apalagi punya anak laki-laki kembar yang pastinya
sulit diomong namun sebenarnya bertujuan supaya anak disiplin.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan hasil jawaban kelima informan, bahwa proses komunikasi serta
penyampaian bahasa yang diterapkan keluarga untuk anak-anaknya cenderung baik, guna menjaga keharmonisan keluarga. Akan tetapi masih ada keluarga yang
sering menggunakan bahasa yang kasar, seperti jawaban informan S1 dan S5. Kedua informan tersebut berpendapat bahwa dengan proses penyampaian bahasa
yang sedikit keras bertujuan untuk membuat anak-anak lebih disiplin dan mau mendengarkan orang tuanya.
Pertanyaan 4. Bahasa apa yang digunakan dalam komunikasi
sehari-hari? Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah
Informan S1 Bahasa yang dipakai ya bahasa Indonesia, soalnya
anak-anak saya kurang ngerti bahasa Palembang.
Informan S2 Keluarga saya sih pake bahasa Indonesia.
Informan S3 Ya menggunakan bahasa Jawa, kadang menggunakan
bahasa Indonesia. Yah maklum karena keluarga besar semua lebih fasih menggunakan bahasa Jawa.
Informan S4 Kami biasa menggunakan bahasa Indonesia.
Informan S5 Ya Bahasa Indonesia atau Bahasa Lampung.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan jawaban dari kelima informan, bahwa untuk menjaga komunikasi yang baik terhadap anak-anaknya adalah dengan mengunakan bahasa nasional
yaitu bahasa Indonesia, karena dengan bahasa Indonesia anak-anak dapat lebih mengerti dan paham dengan apa yang disampaikan orang tuannya. Namun pada
informan S3 dan S5, mereka juga menggunakan bahasa daerah sperti informan S3 memakai bahasa Jawa dan informan S5 memakai bahasa Lampung.
Pertanyaan 5. Bagaimana ciri-ciri atau jenis kepribadian anak
anda?
Informan S1 Eva, anak saya yang pertama itu baik, wataknya agak
keras, mandiri, sedikit tertutup kalau ada masalah pribadi, perhatian dengan keluarga, mudah bergaul,
suka mengalah, lebih senang keluar rumah, ngumpul dengan teman-teman bandnya.
Kiki, anak saya yang kedua juga baik, mandiri, sedikit tertutup juga, mudah bergaul, suka mengalah, sedikit
lebih dewasa dibanding Eva, perhatian juga dengan keluarga, cepat tanggap jika ada yang minta tolong,
lebih suka ikutan kegiatan ekstra kulikuler.
Riyan, anak saya yang paling bungsu itu manja, lebih egois dari kakak-kakaknya, kemauannya harus
diturutin, mudah bergaul, lebih senang bermain diluar, belum bisa mandiri. Hobinya main bola sama temen-
temenya.
Informan S2 Kalau Ike itu anaknya penurut, manja, sedikit tertutup,
lebih suka di rumah, biasanya nonton film atau bantu saya buat kueh, tapi kalau marah bisa ngurung diri
seharian dikamar.
Kalau Lady itu juga sedikit lebih egois daripada kakaknya, mau dengerin orang tuanya, manja juga,
seneng dirumah aja, lebih dekat dengan papahnya, keluar rumah juga jarang paling hari Jum’at kalau ada
ekstrakulikuler bahasa Inggris.
Informan S3 Gesta anakya baik, mandiri, sedikit manja, ceria,
mudah bergaul, bersahabat, suka bermain dengan teman-temannya di luar, suka ikut perkumpulan
mudika kegiatan remaja Katholik, hobby buat makan dengan teman-temanya di rumah.
Kalau Gilbeth anaknya baik, labih manja, sedikit egois dan sulit diatur, kurang mandiri, cepet akrab sama
orang, senang main bola di luar.
Informan S4 Anak laki-laki saya , Vio, baik, mandiri, sedikit cuek,
sabar, sayang sama adiknya, terbuka dengan semua hal, mau diajak diskusi, mudah bergaul, bersahabat.
Anak perempuan saya, Virgin, baik, cerewet, egois, penurut, manja, suka berekspresi dengan berdandan,
suka nyanyi di kamar.
Informan S5 Kemal itu cenderung egois tapi baik, bersahabat,
manja, mandiri, agak pemalas, suka hal-hal yang berhubungan dengan otomotif.
Keane itu baik, sedikit manja, penurut, bersahabat juga, manja, suka mengalah, suka main skate.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan jawaban dari para informan, bahwa masing-masing anak dalam satu
keluarga memiliki kepribadian yang berbeda. Tidak semua sama. Kepribadian itu muncul akibat dari sosilaisasi bahasa yang dipakai oleh orang tuanya di rumah
selain dari faktor gen atau warisan biologis. Ada yang berkepribadian egois, pendiam, dan lain-lain yang disebabkan oleh halus atau kasarnya bahasa dalam
berkomunikasi dengan anak-anaknya. Semua juga bisa dilihat dari bagaimana ekspresi dan interaksi anak-anak terhadap orang lain.
Pertanyaan 6. Adakah perbedaan yang mencolok antara masing-
masing kepribadian anak? Informan S1
Perbedaan yang mencolok paling kalau Kiki cepat tanggap jika ada permasalahan keluarga dibanding
Eva dan Riyan, tapi kalau ada masalah pribadi mereka biasanya tidak mau membahas atau mengutarakan.
Riyan yang sedikit lebih terbuka dalam mengutarakan masalah dari pada Eva dan Kiki.
Informan S2 Perbedaan yang mencolok paling ya kalau mereka lagi
marah, Lady lebih suka ngurung diri di kamar, tapi kalau lagi marah suka keluar rumah, tapi gak lama
pulang lagi udah gitu baik lagi.
Informan S3 Perbedaan yang mencolok kayaknya cuma manja
mereka aja, Gilbeth lebih manja dengan bapaknya daripada Gesta.
Informan S4 Yang mencolok ya paling dalam bergaul saja, Vio
lebih suka berkumpul di rumah temannya, kalau virgin ya suka ngumpulin temannya di rumah. Dan kalau lagi
marah Virgin suka teriak-teriak, tapi Vio bisa meredam marahnya
Informan S5 Perbedaan yang mencolok ya tingkat keegoisan
mereka, Kemal lebih egois daripada Keane. Keane orangnya juga suka ngalah. Kemal juga lebih malas
daripada Keane.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan jawaban dari kelima informan, masing-masing anak memiliki
perbedaan kepribadian tersendiri. Itu disebabkan dari cara pendewasaan berpikir dari masing-masing anak dalam menyikapi kondisi lingkungan keluarganya
masing-masing. Apalagi masing-masing informan memiliki lebih dari satu orang anak, yang sudah pasti memiliki watak yang berbeda antar saudara kandung.
Keinginan untuk menjadi yang lebih baik dari saudara sekandung bisa dijadian faktor dimana terdapat kepribadian yang berbeda dan lebih menonjol.
Pertanyaan 7. Apakah anak anda selalu terbuka atau tertutup pada
interaksi dengan dunia luar?
Informan S1 Ya semua anak-anak saya terbuka dengan dunia luar,
karena mereka memang lebih suka di luar daripada dirumah.
Informan S2 Anak-anak saya orangnya agak tertutup yah sama
dunia luar, paling mereka berinteraksi dengan dunia luar cuma disekolah aja. Jarang mereka main keluar
rumah, soalnya dilarang sama bapaknya. Kami takut dengan pergaulan anak jaman sekarang
Informan S3 Semua anak-anak saya terbuka dengan dunia luar,
karena saya dan bapaknya juga suka berinteraksi dengan dunia luar. Karena saya mendidik anak supaya
bisa melihat bagaimana kehidupan diluar tetapi sesuai dengan batasan yang kami terapkan.
Informan S4 Anak-anak saya ajarkan untuk selalu berinteraksi
dengan dunia luar karena setiap hari mereka akan berhubungan dengan orang lain. Saya takut apabila
anak saya terlalu menjadi pendiam, karena memungkinkan sulit berkomunikasi dan sosialisasi
dengan orang lain
Informan S5 anak-anak saya selalu terbuka dengan dunia luar,
maklum anak laki-laki gak suka di kekang.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan jawaban dari kelima informan, kebanyakan anak-anak mereka lebih
terbuka terhadap interaksi dunia luar. Apalagi jika lingkungan rumahnya terjadi sosialisasi bahasa yang kasar, secara otomatis akan lebih terbuka terhadap dunia
luar. Namun terdapat beberapa fakta dimana ada keluarga yang membatasi anak- anaknya terhadap dunia luar karena adanya ketakutan dengan perubahan jaman
sekarang ini, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa interaksi dengan dunia luar
akan memberikan kemudahan dalam komunikasi dan sosialisasi dengan dunia luar tetapi diikuti dengan beberapa batasan.
Pertanyaan 8.Bagaimana sikap anak apabila dalam menerima
perintah dari orang tua?
Informan S1 Bila dapet perintah terutama dari bapaknya, mereka
langsung cepat tanggap tetapi yang bungsu agak malas jika disuruh. Jadi bapaknya juga agak keras
terhadap si bungsu.
Informan S2 Mereka cepat tanggap sih kalau dapet perintah, jarang
ada penolakan.
Informan S3 Biasanya kalau dapet perintah ya dilaksanakan cuma
Gilbeth agak sedikit pemalas kalau dapet perintah.
Informan S4 Sikap mereka ya langsung melaksanakan bila ada
perintah dari orang tua, kerena kami biasakan untuk memakai kata “Minta Tolong” jadi sifatnya tidak
menyuruh.
Informan S5 Kalau Kemal agak sulit jika diberi perintah, lamban
gitu. Keane yang sedikit tanggap jika mendapat perintah.
Sumber : Data Primer Tahun 2010 Uraian Peneliti :
Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima informan, anak-anak dari masing-
masing informan mempunyai sikap cepat tanggap apabila mendapat perintah dari orang tua. Sikap cepat tanggap didasarkan pada halusnya sosialisasi bahasa yang
diterapakn di rumah. Karena apabila sosialisasi bahasa yang halus, anak-anak cenderung mau melakukan perintah, namun jika sosialisai bahasa yang kasar
diperlukan karena sikap anak yang sedikit malas. Malas disini diartikan karena
sosialisasi bahasa yang kasar dan terkesan menyuruh namun memang bertujuan agar anak lebih cepat tanggap.
Pertanyaan 10.Menurut anda seberapa penting sosialisasi bahasa
dan komunikasi yang dilakukan dirumah dalam membentuk kepribadian anak?
Informan S1 Ya sangat penting, mengingat anak-anak jaman
sekarang mudah terpengaruh dengan bahasa-bahasa gaul diluar tapi saya tetap menerapkan bahasa yang
sopan ketika di rumah, ini juga karena bapaknya tidak menyukai bahasa-bahasa jaman sekarang. Komunikasi
juga sangat penting untuk menjalin keakraban di dalam keluarga, walau itu sulit di dalam keluarga
saya.
Informan S2 Penting banget ya, soalnya bagi saya terciptanya
keluarga yang harmonis ya harus didukung dengan sosialisasi bahasa yang baik dan komunikasi yang baik
juga.
Informan S3 Sangat penting, karena apapun bahasa yang kita pakai
saat berbicara pada anak-anak ya pasti ditiru dengan mereka. Dengan komunikasi yang baik, maka jarang
terjadi salah paham antara keluarga kami.
Informan S4 Penting ya, karena setiap manusia harus berhubungan
dengan orang lain. Karena itu, agar bisa berhubungan dengan orang lain, anak-anak harus bisa
berkomunikasi dengan baik dan benar. Saya seorang guru sangat memahami benar akan pentingnya
sosialisasi bahasa dan komunikasi karena anak-anak selalu beradaptasi dengan kehidupan sosial.
Informan S5 Penting sih, kan komunikasi gak hanya di rumah tapi
juga di luar. Untuk menjaga komunkasi yang baik diperlukan juga sosilisasi bahasa yang baik,
permasalahan sosialisasi bahasa yang keras atau halus itu mah tergantung dari bagaimana watak mereka di
rumah.
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Uraian Peneliti : Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima informan, sosialisasi bahasa sangat
penting karena sosialisasi bahasa menjadi faktor awal terbentuknya kepribadian anak, dan juga bisa menciptakan komunikasi dalam satu keluarga, menjalin
hubungan orang lain.
104
Tabel. 8 Sosialisasi Bahasa Dalam Pembentukkan Kepribadian Anak dari Hasil Wawancara Kelima Informan.
No. Informan Sosialisasi Bahasa
Kepribadian Anak Penjelasan
1. S1
Sosialisasi Bahasa Kasar Ekstrovert
Informan S1 menerapkan Sosialisasi Bahasa Kasar yang mempunyai
kecenderungan dalam pembentukkan kepribadian anak menjadi
Ekstrovert. Hal ini disebabkan karena peran Ayah yang menggunakan tata bahasa yang kasar, membuat sebuah komunikasi dengan anak
kurang berjalan lancar. Pembawaan logat orang tua yang terlihat memakai logat bahasa daerah yang bercirikan dengan nada yang tinggi
juga mempengaruhi sosialisasi bahasa yang dikatagorikan kasar. Sifat- sifat dari ketiga anak informan menunjukkan ciri-ciri anak yang
terbentuk kepribadian secara Ekstrovert. 2.
S2 Sosialisasi Bahasa Halus
Introvert Informan S2 menerapkan Sosialisasi Bahasa Halus yang mempunyai
kecenderungan dalam pembentukkan kepribadian anak menjadi
Introvert. Hal ini disebabkan karena peran kedua orang tua yang benar- benar menjaga komunikasi denagn menggunakan tata bahasa yang baik
dan halus. Sehingga menjadikan cerminan dalam menjalin hubungan harmonis sosialisasi bahasa. Ciri-ciri sifat dari kedua anak informan
menunjukkan ciri-ciri anak yang terbentuk kepribadian secara Introvert. 3.
S3 Sosialisasi Bahasa Halus
Introvert Informan S3 menerapkan Sosialisasi Bahasa Halus yang mempunyai
105
kecenderungan dalam pembentukkan kepribadian anak menjadi
Introvert. Hal ini disebabkan karena orang tua yang berperan aktif dalam menjaga serta menyaring kata-kata dalam sosialisasi bahasa
yang diterapkan di rumah. Sebuah bentuk kenyaman yang dapat dirasakan ketika sosialisasi bahasa yang diterapka yaitu sosialisasi
bahasa halus dalam melakukan interaksi komunikasi. Ciri-ciri sifat dari kedua anak informan menunjukkan ciri-ciri anak yang terbentuk
kepribadian secara Introvert. Sifat yang terdapat pada kedua anak informan yaitu merupakan penurunan sifat dari sang ayah.
4. S4
Sosialisasi Bahasa Halus Ekstrovert
Informan S4 menerapkan Sosialisasi Bahasa Halus yang mempunyai
kecenderungan dalam pembentukkan kepribadian anak menjadi
Ekstrovert. Dalam hasil wawancara pada informan S4, hal yang menyebabkan kecenderungan yang terjadi adalah pola asuh orang tua
yang menginginkan anak berperan aktif dalam segala kegiatan yang positif. Pemberian penalaran-penalaran dalam melakukan sosialisasi
bahasa dan didukung dengan peran orang tua yang sangat membantu dalam membentuk kepribadian kedua anak informan menjadi
Ekstrovert. Ciri-ciri sifat dari kedua anak informan menunjukkan ciri- ciri anak yang terbentuk secara Ekstrovert.
5. S5
Sosialisasi Bahasa Kasar Ekstrovert
Informan S4 menerapkan Sosialisasi Bahasa Kasar yang mempunyai
kecenderungan dalam pembentukkan kepribadian anak menjadi
106
Ekstrovert. Hal ini disebabkan karena cara penggunaaan atau perolehan bahasa yang didapat anak-anak informan yaitu termasuk katagori
bahasa yang kasar dengan menggunakan logat bahasa daerah yang kental. Sifat orang tua juga yang termasuk dalam watak yang keras
membuat sosialisasi bahasa yang dilakukan cenderung kasar. Ciri-ciri sifat aanak dari kedua anak informan menunjukkan ciri-ciri anak yang
terbentuk secara Ekstrovert. Adanya rasa nyaman ketika berineraksi dengan dunia luar membuat anak-anak informan kurang suka dalam hal
pengekangan atau pembatasan interaksi.
C. Deskripsi Hasil Penelitian dalam Bentuk Table.