Merumuskan IPK Modul E Guru Pembelajar.pdf
Kegiatan Pembelajaran 2
34
dalam mata pelajaran matematika sangat penting mencermati kemampuan prasyarat. Karena materi matematika tersusun hirarkis sangat ketat maka dapat
terjadi kemampuan prasyarat untuk IPK kunci terkait erat dengan kemampuan pada KD-KD yang telah dipelajari sebelumnya, namun dapat pula terkait dengan
kemampuan pada IPK kunci pada KD yang bersangkutan. Jadi: Kemampuan prasyarat untuk IPK kunci yang dirumuskan pada IPK jembatan adalah
kemampuan terkait dengan KD bersangkutan yang sedang dipelajari, bukan berkait dengan kemampuan pada KD-KD sebelumnya.
Penguasaan kemampuan prasyarat terkait IPK kunci yang terkait dengan KD-KD sebelumnya dideteksi bukan diuji dalam kegiatan apersepsi pada kegiatan
pendahuluan pembelajaran. Sedangkan kemampuan prasyarat terkait IPK kunci yang dirumuskan pada IPK jembatan dibahas pada kegiatan inti pembelajaran, tepatnya
sebelum siswa belajar kemampuan yang tolok ukurnya dirumuskan pada IPK kunci. Contoh:
Kemampuan prasyarat terkait KD sebelumnya. Sebelum siswa belajar KD:
”Menjelaskan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel PLSV dan PtLSV dan penyelesaiannya” di Kelas VII, maka kemampuan prasyarat yang harus dikuasai
siswa antara lain mengoperasikan bilangan bulat dan pecahan, mengenali bentuk aljabar dan
unsur-unsurnya, kemudian mengoperasikan
bentuk aljabar.
Kemampuan-kemampuan tersebut ada pada KD-KD sebelumnya yang telah
dipelajari siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan-kemampuan tersebut dilihat, dicek atau dideteksi pada saat kegiatan pendahuluan, yaitu saat
kegiatan apersepsi.
Kemampuan prasyarat dalam lingkup KD yang sedang dipelajari. Bila
dilakukan analisis terhadap muatan kemampuan pada KD: ”Menjelaskan persamaan
dan pertidaksamaan linear satu variabel PLSV dan PtLSV dan penyelesaiannya”, maka muataannya antara lain: 1 mengenali bentuk PLSVPtLSV, 2
menyelesaikan PLSVPtLSV dengan berbagai cara. Dalam hal ini kemampuan nomor 1 merupakan kemampuan prasyarat bagi kemampuan nomor 2. Kemampuan
nomor 1 merupakan kemampuan jembatan untuk menguasai kemampuan nomor 2. Kemampuan nomor 1 tersebut dapat dijadikan acuan dalam merumuskan IPK
Modul Matematika SMP
35
jembatan pada KD tersebut, sedangkan kemampuan nomor 2 dijadikan acuan dalam merumuskan IPK kunci.
Kapan diperlukan indikator komplekspengayaan?.
Indikator kompleks merupakan IPK yang memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang lebih tinggi dari kemampuan yang di IPK kunci.
IPK pengayaan diperlukan bila siswa menguasai kemampuan yang dirumuskan pada IPK kunci dengan cepat dan mudah.
6. PenyusunanPerumusan IPK Matematika SMP untuk Kompetensi Ranah Sikap Dalam Panduan Penilaian untuk SMP Ditjen Dikdasmen, 2015 dinyatakan bahwa
penilaian sikap spiritual dilakukan dalam rangka mengetahui perkembangan sikap siswa dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Spiritual
IPK sikap spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan butir-butir nilai sikap
yang tersurat. Dengan kata lain, IPK sikap spiritual yang dimaksud dikaitkan dengan substansi. Sementara itu, IPK untuk penilaian sikap spiritual pada mata pelajaran
lain dapat dirumuskan dalam perilaku beragama secara umum. Dengan kata lain, IPK sikap spiritual pada mata pelajaran selain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
dan PPKn dapat tidak dikaitkan dengan substansi yang terkandung dalam KD.
Berikut ini contoh IPK sikap spiritual yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Matematika:
a. berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; b. menjalankan ibadahsesuai dengan agamanya;
c. memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan; d. bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;
e. mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri; f. bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu;
g. berserah diri tawakal kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha; h. memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;
Kegiatan Pembelajaran 2
36
i. bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia; j. menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap sosial siswa dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaanya. Indikator pencapaian KD dari KI-2 mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, dan PPKn dirumuskan dalam perilaku spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD mata pelajaran tersebut. Dengan kata lain, IPK sikap sosial yang
dimaksud dikaitkan dengan substansi. Sementara itu, IPK pada KD dari KI-2 mata pelajaran lainnya, termasuk mata pelajaran Matematika, dirumuskan dalam perilaku
sosial secara umum. Dengan kata lain, IPK sikap sosial pada mata pelajaran selain
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan PPKn dapat tidak dikaitkan dengan
substansi yang terkandung dalam KD. Namun demikian, sejumlah KD pada mata pelajaran tertentu menghendaki rumusan IPK yang secara spesifik terkait dengan
substansi yang dibelajarkan, misalnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Seni Budaya. Berikut contoh IPK umum sikap sosial: