1
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Setiap orangtua pada dasarnya mengharapkan anak dengan perkembangan
fisik, psikologi, dan kognitif yang sempurna. Orangtua akan sulit menerima realita apabila melahirkan anak dalam kondisi yang tidak sempurna atau mengalami
hambatan perkembangan Mangunsong, 2012. Hambatan perkembangan berpengaruh terhadap dinamika keluarga khususnya stres orangtua. Orangtua
dengan anak retardasi mental beresiko mengalami peningkatan stres psikologik dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak dengan kondisi perkembangan
normal William Wilkins 2003 dalam Jonston Hessel 2004 Anak dengan taraf perkembangan dan jenis masalah yang berbeda
memerlukan pengertian dan penanganan khusus dari orangtua serta tidak memberikan label kelainan tingkah laku pada anak secara umum pada semua
tahap perkembangan Latief dkk., 2007. Retardasi mental adalah kondisi perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama tidak adanya
hendaya dan keterampilan selama perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yang meliputi kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial WHO Geneva, 1992. Prevalens retardasi mental pada anak-anak dibawah umur 18 tahun di
Negara maju diperkirakanmencapai 0,5-2,5 , di negara berkembang berkisar 4,6. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar3-4 kasus baru per 1000
Universitas Sumatera Utara
anak dalam 20 tahun terakhir.Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup. Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi
mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan Kadim, Sulary sunarwati, 2000.
Orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental dapat mengalami pengalaman yang menyedihkan dan proses berduka yang panjang. Proses berduka
meliputi emosi seperti ambivalen, mengingkari denial, rasa bersalah, rasa malu, rasa kasihan terhadap diri sendiri, berdukacita, depresi, dan keinginan agar
anaknya meninggal dunia Dalami dkk., 2004. Hauser et al., 2001 dalam Sullivan, Weiss dan Diamond, 2003 menyatakan orangtua dengan anak retardasi
mental biasanya memiliki tingkat stres yang tinggi dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak normal. Meningkatnya tingkat stres dihubungankan dengan
karakteristik perilaku anak stres dihubungkan dengan anak dan kemampuan koping stres dihubungkan dengan orangtua.
Perbedaan tingkat stres yang dialami keluarga dapat disebabkan oleh perbedaan atau kombinasi faktor-faktor yang unik tiap individu dalam keluarga
seperti waktu hadirnya stres dalam siklus hidup keluarga, kombinasi stres atau faktor yang berkontribusi pada kemampuan keluarga untuk beradaptasi dengan
situasi stres. Tingkat stres yang dialami oleh orangtua juga dipengaruhi oleh perilaku anak dan krakteristik personal Prizlat, 2001.
Faktor yang menentukan stres keluarga terhadap anak yang mengalami gangguan perkembangan mental berbanding lurus dengan dukungan yang dapat
mengurangi stres yaitu sifat pada anak, tuntutan tanggung jawab, dukungan sosial
Universitas Sumatera Utara
internal, dukungan sosial eksternal, dan sumber keuangan. Persepsi positif dipandang sebagai faktor yang memperbaiki dampak dari anak dengan gangguan
mental terhadap anggota keluarga dan dapat membantu mengatasi peristiwa stres dengan lebih baik Gupta Singhall, 2004. Sadock Virginia 2007
menyatakan penerimaan orangtua merupakan suatu respon koping dimana individu menerima kenyataan dari suatu situasi yang menekan sebagai suatu usaha
dalam menghadapi situasi tersebut. Penerimaan terjadi dalam keadaan dimana masalah merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan bukan hal yang dapat
berubah. Individu dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupan dalam menghadapi masalah yang biasa terjadi. Individu merasa puas dan mampu,
jika berada pada kondisi stres ia akan menggunakan satu atau lebih sumber koping yang tersedia Rusman, 2001. Koping dapat diartikan sebagai suatu sikap
yang ditunjukkan seseorang dalam menghadapi situasi stres yang mengancam dirinya baik fisik maupun secara psikologis Keliat, 1998. Mekanisme koping
yang digunakan oleh setiap orang berbeda-beda, termasuk orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental, biasanya mekanisme koping yang mereka
digunakan tergantung dari tingkat ansietas, ancaman, dan terlibat mekanisme koping Taylor, Lilis dan Lemon, 1997. Mekanisme koping pada orangtua
meliputi koping adaptif dan maladaptif. koping yang adaptif dapat membantu seseorang untuk mengatasi peristiwa stres secara efektif dan meminimalkan
Universitas Sumatera Utara
masalah yang dialami. Sedangkan koping maladaptif menimbulkan stres bagi individu dan keluarga Stuart sudden, 1995.
Kenyataannya tidak semua orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental menggunakan mekanisme koping dengan adaptif. Hal ini dapat berubah
sesuai dengan bergantinya waktu, bertambahnya pengetahuan orangtua, dan sosial yang mendukung perubahan tersebut.
Suri 2009 melakukan penelitian di Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB Negeri 1077708 Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa mekanisme koping
orang tua yang memiliki anak down syndrom 98,4 koping adaptif dan 1,6 memiliki maladaptif.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
strategi mekanisme koping orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental.
2.Rumusan Masalah Bagaimana
strategi mekanisme koping orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental di Sekolah Luar Biasa E Negeri Kecamatan Sei Agul
Medan? 3. Tujuan penelitian
Mengidentifikasi gambaran strategi mekanisme koping orangtua yang
memiliki anak dengan retardasi mental di Sekolah Luar Biasa E Negeri Kecematan Sei Agul Medan.
Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat penelitian 4.1. Pendidikan Keperawatan
Menjadikan bahan untuk memperluas wawasan dan memperdalam kajian tentang strategi mekanisme koping orangtua yang memiliki anak dengan retardasi
mental. 4.2 Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat dalam memahami strategi mekanisme koping orangtua yang memiliki anak
dengan retardasi mental dan memberikan asuhan keperawatan sesuai mekanisme koping yang dimiliki orangtua dengan anak retardasi mental.
4.3 Penelitian keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi
peneliti keperawatan untuk melakukan penelitian dengan strategi mekanisme koping orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA