digunakan sebagai bahan data untuk meneliti perubahan-perubahan dalam hukum divestasi. Sumber hukum ini akan di bahas lebih komprehensif pada bab berikutnya yang
membutuhkan analisis yuridis normatif.
D. Asas-Asas Hukum Divestasi
Istilah asas hukum berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu principle of law. Asas dalam kamus hukum Indonesia, memiliki arti sebagai hukum dasar yang menjadi
tumpuan dan pendapat.
10
Mengutip kutipan Rchmadi, Sajipto Rahajo menyatakan, “asas hukum merupakan „jantung‟ peraturan hukum. Ia merupakan landasan yang paling
luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas hukum tersebut. Kecuali disebut landasan, asas
hukum ini layak disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum. Kalau demikian dengan adanya asas hukum, hukum itu
bukan sekedar kumpulan peraturan-peraturan, karena asas itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis, merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan
cita-
cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya.”
11
Asas hukum merupakan suatu kaidah yang menjadi prinsip dasar lahirnya sebuah
peraturan. Asas hukum yang berkaitan divestasi harus dianalisis dari berbagai aspek. Asas-asas hukum dalam hukum divestasi meliputi asas manfaat, kebebasan berkontrak,
konsesualisme, pacta sunt servanda, itikad baik dan akuntabilitas.
12
1. Asas Manfaat
Asas manfaat merupakan salah satu asas yang sangat penting, karena kemanfaatan dari divestasi akan dapat dilihat dari asas ini. Hukum pada prinsipnya
adalah memberikan manfaat, seperti diungkapkan Jeremy Bentham, itu semua untuk
10
BN Marbun, Kamus Hukum Indonesia ; edisi kedua direvisi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009, h. 18.
11
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, cetakan pertama, Jakarta :Djambatan, 2000, h.7-8.
12
Salim HS, Hukum divestasi Indonesia, cetakan pertama, Jakarta : Erlangga, 2010, h. 11-12.
mewujudkan the greates happiness of the greates number kebahagiaan yang sebesar- besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang.
13
Divestasi hukum diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan
pendapat Mohammad Hatta, “kesempatan yang dibuka bagi bangsa asing untuk menanam modal mereka di
Indonesia supaya mereka ikut serta mengembangkan kemakmuran rakyat kita, bangsa Indonesia.”
14
Secara konstitusional, Pasal 33 ayat 3 Undang- Undang Dasar 1945 “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.” mengamanatkan bahwa segala bentuk sumber daya yang dimiliki negara harus mampu memberikan manfaat
yang besar bagi kemakmuran rakyat. Hukum divestasi yang di wujudkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara berlandaskan
prinsip asas manfaat, yang dimana pada pengaturannya komposisi porsi pihak penanam modal asing tidak serta merta dapat menguasai modal mayoritas. Peserta
Indonesia diberikan ruang untuk ikut serta didalamnya.
2. Asas Kebebasan Berkontrak
Hukum Perjanjian di Indonesi memberikan kebebasan seseorang untuk membuat perjanjian dengan pihak manapun yang dikehendakinya. Kebebasan ini
memiliki makna bahwa selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan dan kepatutan ketertiban umum setiap orang dapat mengadakan perjanjian.
Asas kebebasan berkontrak di temukan dalam pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-
13
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat Teori dan Ilmu hukum, cetakan kedua, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013, h. 111-112.
14
Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, cetakan pertama, Jakarta : Gunung Agung, 1979, h. 204.
Undang Hukum Perdata, semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan ini mengandung makna
bahwa kontrak yang dibuat oleh para pihak keberlakuannya sama dengan undang- undang. Menurut Sultan Remy Sjandeini,
“Dari mempelajari hukum perjanjian negara-negara lain dapat disimpulkan bahwa asas kebebasan berkontrak sifatnya universal, artinya berlaku juga pada
hukum perjanjian negara-negara lain, mempunyai ruang lingkup yang sama seperti juga ruang lingkup asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia.”
15
Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting didalam hukum perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas. Asas
kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut:
16
a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.
c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan
dibuatnya. d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.
e. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional.
Dalam perkembanganya agar mencerminkan keadilan, kebebasan berkontrak yang awalnya digambarkan sebagai arti mutlak kini diberi arti relatif. Menurut Salim
HS
17
, Pengaturan subtansi kontrak tidak semata-mata dibiarkan kepada para pihak, namun perlu diawasi. Pemerintah sebagai sebagai pengemban kepentingan umum
menjaga keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Melalui
15
Sultan Remy Sjandeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia
, cetakan pertama, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993, h. 47.
16
Sultan Remy Sjandeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia
, h. 47.
17
Salim HS, Hukum divestasi Indonesia, cetakan pertama, Jakarta : Erlangga, 2010, h. 17.