c. Tar Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan
substansi hidrokarbon yang bersifat lengket, dan menempel pada paru–paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5-35 mgbatang. Tar merupakan suatu zat karsinogen
yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas, dan paru-paru.
22
d. Eugenol Eugenol merupakan bahan aktif rokok kretek. Bahan ini pada umumnya
ditemukan pada cengkeh yang memiliki 84-88 eugenol, dan minyak cengkeh yang memiliki lebih dari 95 eugenol. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai anastesi,
dan antiseptik topikal pada rongga mulut. Hasil uji laboratorium yang ditemukan berkenaan dengan laporan kasus-kasus keracunan minyak cengkeh meliputi asisdosis
metabolik, elevated serum hepatic, dan aminotransferases hypoprothrombinemia.
21
2.3 Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan merokok yaitu:
14
1. Faktor Farmakologis Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin. Nikotin adalah suatu zat
psikoaktif yang mempunyai efek farmakologis terhadap otak, oleh karena itu nikotin dapat menimbulkan ketergantungan. Nikotin mempunyai dua efek, pada dosis rendah
nikotin bersifat stimulan perangsang, sedangkan pada dosis tinggi bersifat sebagai penenang.
14
2. Faktor sosial Faktor sosial berpengaruh besar terhadap kebiasaan merokok seperti lingkungan
rumah, lingkungan pergaulan di sekolah, dan jumlah teman yang merokok.
14
3. Faktor psikologis Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kebiasaan merokok adalah
kepribadian. Kebiasaan merokok lebih sering didapatkan pada orang-orang dengan gangguan kepribadian seperti neurosis, dan kecenderungan antisosial. Selain itu
merokok juga sering digunakan sebagai alat psikologis psychological tool seperti meningkatkan penampilan atau kenyamanan psikologis.
14
Universitas Sumatera Utara
2.4 Efek merokok tehadap rongga mulut
Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut diantaranya penyakit periodontal, halitosis, kandidiasis rongga mulut dan karies gigi.
9
a. Penyakit Periodontal Efek samping merokok pada jaringan periodontal berhubungan erat dengan
jumlah rokok yang dihisaphari dan lamanya merokok. Nikotin sebagai produk hasil pembakaran rokok menyebabkan vasokonstriksi, termasuk vasokonstriksi pembuluh
darah jaringan periodontal gigi yang akan mengakibatkan ulserasi dan nekrosis pada jaringan gingiva sehingga memudahkan terjadinya gingivitis kronis. Komponen lain
dari hasil pembakaran rokok akan meningkatkan risiko hilangnya perlekatan membran periodontal sehingga mengakibatkan terbentuknya poket periodontal.
Selanjutnya terjadi kerusakan tulang alveolar dan resesi gingiva dimana akar gigi mulai terlihat yang kemudian menyebabkan gigi menjadi goyang dan kemudian
terlepas.
9
b. Halitosis Halitosis adalah bau mulut yang tidak sedap. Merokok merupakan salah satu
penyebab paling umum untuk terjadinya halitosis. Halitosis sering terjadi ketika bau yang dihasilkan akibat menghirup komponen tembakau menetap dalam jaringan
alveolar paru-paru. Pada waktu penggunaan tembakau dihentikan, halitosis cenderung berkurang.
9
c. Kandidiasis Rongga Mulut Kandidiasis rongga mulut adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida
albicans yang mempengaruhi jaringan mukosa rongga mulut. Beberapa penelitian melaporkan bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya kandidiasis rongga
mulut, dan merokok mungkin secara signifikan meningkatkan jumlah kandida mulut antara 30-70. Individu yang berhenti merokok memiliki tingkat rekurensi lebih
sedikit terhadap infeksi jamur daripada perokok. Asap rokok mengandung beberapa faktor nutrisi bagi pertumbuhan Candida albicans. Spesies kandida memiliki
implikasi penting sebagai hidrokarbon aromatik dalam asap rokok yang sampai akhirnya bersifat karsinogenik.
9
Universitas Sumatera Utara
d. Karies gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi kronis yang menghasilkan lesi pada gigi.
Kejadian ini dianggap sebagai penyakit multifaktorial di mana asam yang dihasilkan dari bakteri kariogenik melarutkan permukaan enamel keras gigi. Jika tidak diobati,
bakteri dan asam kemudian akan menembus ke dalam dentin sampai ke jaringan pulpa yang dapat mengakibatkan rasa sakit yang parah, nekrosis pulpa dan akhirnya
kehilangan gigi. Karies gigi terbentuk melalui interaksi yang kompleks dari waktu ke waktu yang terjadi akibat asam yang memproduksi bakteri, fermentasi karbohidrat,
dan banyak faktor host lainnya. Permukaan gigi rentan terkena karies gigi yang dapat terjadi baik pada mahkota, dan akar gigi. Risiko terjadinya karies meliputi faktor
fisik, biologis, lingkungan, perilaku, dan gaya hidup. Di antara semua faktor risiko, merokok selalu dianggap sebagai faktor utama dalam berkembangnya karies gigi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan asap rokok, dan karies permukaan akar gigi.
8.9.12
Karies gigi spesifik adalah karies yang umumnya dijumpai pada perokok kretek. Hal ini terjadi akibat adanya kandungan bahan tar yang membawa bahan eugenol
berkadar tinggi yang terdapat pada rokok kretek menempel pada gigi. Eugenol dapat masuk ke lubang mikro enamel dan mencapai perbatasan enamel dengan dentin
kemudian mengurangi kekerasan enamel. Perokok lebih rentan menderita karies gigi spesifik jika sudah merokok lebih dari 10 tahun dan 18 batang perharinya. Lama
merokok dan jumlah rokok yang dihisap adalah faktor yang mempengaruhi derajat kerusakan gigi. Karies gigi spesifik dijumpai pada leher gigi yaitu pada permukaan
labial gigi insisivus, dan kaninus Gambar 2.a, permukaan bukal gigi premolar, dan permukaan palatal gigi molar, dan premolar Gambar 2.b, sedangkan pada bagian
lingual karies gigi spesifik tidak terlihat, karena pada bagian lingual terdapat kelenjar ludah yang berfungsi sebagai sistem bufer dengan dukungan kadar kalsium dan fosfat
yang cukup untuk proses remineralisasi. Warna yang terlihat pada lesi adalah coklat ke hitam-hitaman, lesinya dangkal dan bentuknya tidak beraturan, email mengelupas
dan rapuh, mudah dikerok, dan meluas sampai permukaan oklusal bukan ke arah dentin yang lebih lunak daripada email.
11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. a. Karies spesifik pada bagian bukal dan labial, dan b. karies spesifik pada bagian palatal.
2.5 Peran dokter gigi dalam menghentikan kebiasaan merokok