Teknik Analisis Data Metode Analisis Deskriptif

3.9. Uji Validitas dan Realiabilitas

a. Uji Validitas Menurut Arikunto 2000:219, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, oleh karena itu uji validitas didalam penelitian ini dilakukan pada populasi yang tidak termasuk didalam sampel penelitian. Uji validitas akan dilakukan pada pegawai bagian lapangan PT. PLN Persero Cabang Binjai yang berjumlah 30 orang. b. Uji Reliabilitas Uji ini untuk mengukur apakah alat ukur yang digunakan kuesioner menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

3.10. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis melalui melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara untuk merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun, dan menganalisis data sehingga dapat diketahui gambaran umum instansi yang diteliti. b. Metode Analisis Statistik 1. Analisis Regresi Linier Berganda Metode analisis regresi linier berfungsi untuk mengetahui pengaruhhubungan antara variabel independent pengawasan, keselamatan, dan kesehatan kerja dan variabel dependent Kinerja Karyawan akan digunakan analisis regresi linear berganda multiple regression analysis. Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 16,0 untuk memperoleh hasil yang lebih terarah. Rumus perhitungan persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e Dimana: Y = Kinerja karyawan X 1 = Pengawasan X 2 = Keselamatan kerja X 3 = Kesehatan kerja a = konstanta b 1,2,3 = koefisien regresi e = standar error Model regresi linier berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut: 1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem data yang diambil. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk uji normalitas, yaitu: a Analisis Grafik Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran titik pada sumbu diagonal dari P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b Analisis Statistik Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non parametrik Kolmogorof-Smirnov K-S. Menurut Umar 2008:181 bahwa, apabila pada hasil uji Kolmogorov Smirnov, nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih besar dari 0,05 α = 5, tingkat signifikan maka data berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Ada atau tidaknya multikolinieritas antar variabel dapat diketahui dengan melihat nilai dari variance inflation factor VIF dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent. Pengambilan Keputusannya: VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas VIF 5 maka tidak terdapat multikolinieritas Tolerence 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas Tolerence 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas 3. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari suatu residual pengamatan kepengamatan lain. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala Heteroskedastisitas, yaitu: a Analisis Grafik Gejala Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik Scatterplot. Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak terkena heteroskedastisitas. b Analisis Statistik Gejala Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji Glesjer. 4. Uji F Uji Serentak Uji F uji serentak adalah untuk melihat apakah variabel independent secara bersama-sama serentak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependent. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut: H : b 1 = b 2 = b 3 = 0 Artinya secara bersama-sama serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independent pengawasan, keselamatan, dan kesehatan kerja terhadap variabel dependent kinerja karyawan. H 1 : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ 0 Artinya secara bersama-sama serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independent pengawasan, keselamatan, dan kesehatan kerja terhadap variabel dependent kinerja karyawan. Nilai f hitung akan dibandingkan dengan nilai f tabel . Kriteria pengambilan keputusan, yaitu: H diterima jika f hitung ≤ f tabel pada α = 5 H 1 diterima jika f hitung f tabel pada α = 5 5. Uji t Uji Parsial Uji t dimaksudkan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent X terhadap variabel dependent Y. Bentuk pengujiannya yaitu: H o : bi = 0 variabel independent secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent. H I : bi ≠ 0 variabel independent secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent. Nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel . Kriteria pengambilan keputusan, yaitu: H o diterima bila t hitung t tabel pada α = 5 H I ditolak bila t hitung t tabel pada α = 5 6. Pengujian Koefisien Determinan R 2 Koefisien determinan R 2 bertujuan untuk mengetahui signifikansi variabel. Koefisien deteminasi melihat seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Koefisien determinan R 2 berkisar antara 0 nol sampai dengan 1 satu, 0 ≤ R 2 ≤ 1. Apabila deteminasi R 2 semakin kecil mendekati nol, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independent terhadap pengaruh variabel dependent semakin kecil. Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, dan bila R 2 mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independent adalah besar terhadap variabel dependent. Hal ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel independent yang diteliti terhadap variabel dependent. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan A.