Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak).

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK/GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

F. Metode Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 14

C. Kinerja ... 21

D. Keterkaitan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kinerja Karyawan ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Perusahaan ... 29

B. Visi dan Misi Perusahaan ... 32

C. Kebijakan dan Sasaran Mutu ... 32

D. Struktur Organisasi... 33

E. Uraian Tugas ... 34

F. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada PT.Adhikarya ... 36

G. Kinerja ... 50

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Deskripsi Reponden ... 52

B. Analisis Deskripsi Variabel ... 54

C. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 56

D. Hasil Penelitian ... 60

E. Pengujian Hipotesis ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Laporan Kecelakaan pada PT. Adhikarya Tahun 2004 – 2006 ... 2

Tabel 1.2. Definisi Variabel ... 7

Tabel 1.3. Sampel Penelitian ... 9

Tabel 4.1. Usia Responden ... 52

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden ... 52

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 53

Tabel 4.4. Masa Kerja Responden ... 53

Tabel 4.5. Deskripsi Jawaban Tentang Keselamatan Kerja ... 54

Tabel 4.6. Deskripsi Jawaban Tentang Kesehatan Kerja... 55

Tabel 4.7. Deskripsi Jawaban Tentang Kinerja Karyawan ... 56

Tabel 4.8. Validitas Instrumen ... 57

Tabel 4.9. Validitas Butir Pertanyaan ... 59

Tabel 4.10. Realibilitas Instrumen ... 60

Tabel 4.11. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 62

Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

Tabel 4.13. Variabel Entered/Removed... 63

Tabel 4.14. Model Summary ... 63

Tabel 4.15. Annova ... 64


(3)

DAFTAR GRAFIK/GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual ... 5 Gambar 2. Kaitan Antara K3 dengan Kinerja Karyawan ... 28 Grafik 4.1. Distribusi Normal ... 61


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ADHI KARYA

KAWASAN MEDAN (PLANT PATUMBAK)

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 0 8 SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH:

NAMA : WINA DWI JAYANTI

NIM : 040502043


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3. Hasil Uji Statistik SPSS

Lampiran 4. Struktur Organisasi PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) Lampiran 5. Struktur Organisasi P2K3 PT. Adhi Karya Medan

Lampiran 6. Struktur Organisasi Tim/Regu Keadaan Darurat PT> Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak)


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Yang dimaksud dengan pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Karyawan yang bekerja memiliki hak atas keselamatan dan kesehatan yang pelaksanaannya dilandasi oleh peraturan perundang-undangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dijadikan sebagai aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi aset perusahaan yang bertujuan sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi Sumber Daya Manusia (SDM). Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional. Manajemen perlu mempunyai kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat diterapkan dalam setiap sub-sistem perusahaan. Seyogyanya setiap perusahaan mempunyai ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang didukung oleh satu struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Dalam menyikapi hal ini, PT. Adhi Karya memiliki struktur organisasi P2K3 tersendiri.

PT. Adhi Karya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, yang meliputi pengaspalan, irigasi, property, pembangunan gedung, dsb.


(7)

Kegiatan-kegiatan tersebut sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan bila tidak dilaksanakan secara hati-hati. Dengan demikian, aspek keselamatan dan kesehatan perlu diimplementasikan secara maksimal mengingat PT. Adhi Karya dalam mencapai sasaran perusahaan berupaya untuk menghindarkan adanya kecelakaan

(zero accident). Namun hal tersebut masih belum dapat terpenuhi, sebab setiap tahunnya selalu saja terjadi kecelakaan di dalam pelaksanaan kerja.

Laporan kecelakaan dari masing-masing Departemen pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) dapat dilihat pada tabel 1.1.

TABEL 1.1 LAPORAN KECELAKAAN PADA PT. ADHI KARYA KAWASAN MEDAN (PLANT PATUMBAK)

TAHUN 2004-2006

Sumber : PT. Adhi Karya Kawasan Medan ( data diolah )

Pada Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa KB adalah Kondisi Berbahaya yaitu situasi, keadaan dan tindakan yang menyimpang dari tata cara atau prosedur aman yakni pengamanan tidak sempurna, peralatan/bahan yang tidak seharusnya, kecacatan/ ketidaksempurnaan, pengaturan prosedur yang tidak aman, penerangan tidak

TAHUN 2004 TAHUN 2005 TAHUN 2006 JUMLAH

BAGIAN KB KECELAKAAN MD KB KECELAKAAN MD KB KECELAKAAN MD KASUS

RGN BRT RGN BRT RGN BRT

UNIT AMP 186 25 0 0 180 19 0 0 125 15 0 0 550

UNIT CRUSHER 165 27 0 0 132 22 0 0 113 22 0 0 481

MEKANIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

OPERATOR & DRIVER 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

LOGISTIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

LABORATORIUM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

K3 & SISTEM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

PEMBORONG PERBAIKAN ALAT. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

351 52 0 0 312 41 0 0 238 37 0 0

1.031


(8)

sempurna, ventilasi tidak sempurna, iklim kerja yang tidak aman dan kebisingan. Pada Tahun 2004 terjadi 351 kali Kondisi Berbahaya, pada Tahun 2005 terjadi 312 kali dan pada tahun 2006 terjadi 238 kali Kondisi Berbahaya.

Kecelakaan Ringan adalah keadaan dimana cedera/ luka atau sakit yang hanya memerlukan pertolongan pertama atau tidak mampu bekerja kurang dari 1 (satu) hari. Pada Tahun 2004 terjadi 52 kali kecelakaan ringan, pada Tahun 2005 terjadi 41 kali kecelakaan ringan dan pada Tahun 2006 terjadi 37 kali kecelakaan ringan.

Kecelakaan Berat adalah keadaan cedera/luka atau sakit yang mengakibatkan cacat, sehingga si pekerja kehilangan atau tak berfungsi organ tubuhnya dan gangguan jiwa, ataupun tidak mampu bekerja lebih dari 3 (tiga) hari akibat luka yang dideritanya. Meninggal Dunia adalah hilangnya nyawa si pekerja ketika sedang melakukan aktivitas kerja yang di akibatkan adanya kecelakaan kerja. Pada Tahun 2004,2005 dan 2006 tidak ada terjadi kecelakaan berat demikian juga keadaan meninggal dunia.

Berdasarkan penjelasan dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwasanya kecelakaan/ insiden dalam pekerjaan dapat terjadi sewaktu-waktu. Akibat dari kecelakaan tersebut dapat menyebabkan cedera/luka, gangguan proses pekerjaan akibat tingkat absensi yang menurunkan produktivitas sehingga menurunnya kinerja karyawan.

Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap peningkatan Kinerja karyawan Pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant


(9)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemikiran diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak)?”

C. Kerangka Konseptual

Menurut Sugiono (2006:49), kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Menurut Hasibuan (2006:206), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik. Menyadari arti pentingnya keselamatan kerja akan mencegah dan menurunkan tingkat kecelakaan. Bila terjadi banyaknya kecelakaan, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan absensi karyawan yang berkaitan dengan penurunan produksi perusahaan yang diakibatkan tidak optimalnya kinerja karyawan.

Menurut Mathis (2006:412), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. Hal ini diselenggarakan agar terwujud suatu kinerja yang optimal dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(10)

Sumber: Mathis (2006) (diolah)

Gambar 1. Kerangka Konseptual Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant

Patumbak)”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap kinerja karyawan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

Kinerja Karyawan ( Y ) Kesehatan Kerja

(X2)

Keselamatan Kerja (X1)


(11)

a. Sebagai bahan masukan bagi PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant

Patumbak) dalam menerapkan dan melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang lebih tepat dan efektif.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang obyek yang sama di masa mendatang.

c. Sebagai suatu bekal pengetahuan dan pengalaman untuk penulis dalam melakukan penelitian.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Penelitian ini membahas keterkaitan atau pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap peningkatan Kinerja karyawan pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak).

2. Definisi Operasional

a. Variabel Independen (X) : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Rivai (2004:411), keselamatan dan kesehatan kerja adalah menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.


(12)

Tabel 1.2. Definisi Variabel

No Variabel Keterangan Skala

pengukuran 1 Keselamatan kerja (X1) Kondisi aman atau selamat dari

penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

Likert

2 Kesehatan kerja (X2) Kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Likert

Sumber : Rivai (2004) (diolah)

b. Variabel Dependen (Y) : Kinerja Karyawan PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak).

Menurut Mathis (2006:378), kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh karyawan.

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2006:86) . Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, maka setiap variabel diberi skala 1 sampai 5, dimana jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai sangat positif dengan skor sebagai berikut :


(13)

1 = kategori sangat tidak setuju (STS), diberi skor 1 2 = kategori tidak setuju (TS), diberi skor 2

3 = kategori ragu-ragu (RG), diberi skor 3 4 = kategori setuju (S), diberi skor 4

5 = kategori sangat setuju (SS), diberi skor 5

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant

Patumbak) yang berlokasi di Jl. Pertahanan Pasar V Patumbak Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2007 s/d Februari 2008.

5. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PT. Adhi Karya Kawasan Medan

Plant Patumbak yang berjumlah 214 orang. Sampel yang digunakan adalah teknik

proportioned stratified random sampling.

Umar (1998) menyatakan bahwa proportioned stratified random sampling

digunakan jika populasi yang diteliti dianggap heterogen dan memiliki karakteristik yang berbeda meliputi karakteristik pendapatan, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan sebagainya. Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dalam populasi maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut :

n =

N

=

214

= 139.41 1 + Ne2 1 + [ 214 x (0.05)2 ]


(14)

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 140 orang, karena sampel dari seluruh unit bagian kerja digunakan metode

proportioned stratified random sampling pada masing-masing departemen di PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) adalah sebagai berikut :

Jumlah populasi pada suatu kelompok

x Jumlah sampel yang diharapkan Total populasi

Dengan demikian sampel pada masing-masing departemen adalah sebagai berikut :

TABEL 1.3 Sampel Penelitian PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak)

No BAGIAN JUMLAH SAMPEL

1 UNIT AMP 78 78/214(140)=51.02= 51 orang 2 UNIT CRUSHER 69 69/214(140)=45.14= 45 orang

3 MEKANIK 3 3/214(140)=1.96= 2 orang

4 OPERATOR & DRIVER 30 30/214(140)=19.62= 20 orang 5 LOGISTIK 8 8/214(140)=5.23= 6 orang 6 LABORATORIUM 4 4/214(140)=2.61= 3 orng 7 K3 & SISTEM 2 2/214(140)=1.30= 1 orang 8 PEMBORONG

PERBAIKAN ALAT

20 20/214(140)=13.08= 13 orang

TOTAL 214 140

Sumber : PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) (Data diolah)(2008)

6. Jenis Data

Menurut cara memperolehnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :


(15)

a. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti.

b. Data sekunder, merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul dari data primer atau oleh pihak lain. (Umar, 2004 : 42)

7. Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data menurut Umar (2004: 49-51) terdiri dari : a. Angket (kuesioner), merupakan suatu pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebar daftar pertanyaan / pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

b. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan supervisor, maupun manajer yang menjadi responden penelitian.

c. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.

8. Teknik Analisis Data

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk melakukan uji ini, peneliti menggunakan bantuan SPSS versi14.0. Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner).

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan (kuesioner) menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama.


(16)

b. Uji Asumsi Klasik

1) Pengujian normalitas data

Pengujian ini digunakan untuk melihat dalam model regresi, variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. 2) Heterokedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan yang lain. Jika varians residual dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang paling baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

3) Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel Independen dengan variabel Dependen. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, digunakan ketentuan sebagai berikut : jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 5, maka terjadi masalah multikolinearitas.

.c. Metode Analisis Deskriptif

Merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data sehingga dapat diketahui gambaran umum instansi yang sedang diteliti.


(17)

d. Metode Analisis Kuantitatif

Yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Peneliti menganalisis data dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda.

Menurut Sugiono (2006:211), Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y’ = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y’ = Kinerja

X1 = Keselamatan kerja

X2 = Kesehatan kerja

a = konstanta b1,2 = koefisien regresi

e = standar error

Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 14.0. Data-data yang diperoleh kemudian diuji dengan :

1. Identifikasi determinan (R²) ; determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain nilai koefisien determinan digunakan untuk mengukur besarnya variabel bebas yang diteliti yaitu keselamatan kerja dan kesehatan kerja (X1,X2) terhadap kinerja karyawan (Y)

sebagai variabel terikatnya.

Jika determinan (R²) semakin besar atau mendekati satu, maka variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat. Jika determinan (R²) semakin


(18)

kecil atau mendekati nol, maka variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat

(Y) semakin kecil.

2. Uji F yaitu uji secara serentak untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh K3 melalui variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja (X1,X2)

sebagai variabel bebas terhadap Kinerja (Y) sebagai variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

H0diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5 %

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 %

3. Uji t yaitu uji secara parsial untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh K3 melalui Keselamatan kerja dan Kesehatan kerja sebagai variabel bebas terhadap kinerja sebagai variabel terikat.

H0 : b1 = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1 ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5 %


(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu Rijuna Dewi (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant”. Peniliti menyimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan (nyata) serta dapat memprediksi variabel Dependen (Kinerja Karyawan) secara parsial melalui Uji t dengan tingkat signifikansi <0.005 dan nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5%.

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Barthos (2004 : 137) menyatakan bahwa, kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam dunia usaha baik itu pengusaha, pekerja itu sendiri maupun instansi-instansi pemerintah yang dalam tugas pokoknya mengelola sumber-sumber daya manusia dan pihak-pihak lain dari kelembagaan swasta. Hal ini sejalan dengan pemikiran-pemikiran dunia dewasa ini yang menuntut perlunya kenyamanan dan keamanan manusia dalam bekerja. Pemikiran-pemikiran tersebut dilandasi oleh filosofi yang menjadikan manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan nasional untuk mencapai tingkat kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik : material dan spiritual.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Yuli (2005:209) ,bahwa setiap perusahaan mempunyai tugas ganda yakni disamping memperoleh profit bagi perusahaan juga mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungan intern


(20)

perusahaan. Lingkungan internal perusahaan antara lain adanya jaminan keamanan dalam bekerja dan upah yang layak. Bila hal ini telah dapat dicapai maka akan memberikan peluang bisnis ke depan yang lebih baik sehingga perusahaan akan lebih

survive dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Menurut Mathis dan Jackson (2006:412), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.

Menurut Husni (2005:139), bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melindungi pekerja/buruh guna mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi dan juga bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan masalah. Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah produksi.

Menurut Sculler dan Jackson (Yuli, 2005:214), apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.


(21)

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

7. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan khusus bagi tenaga kerja adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu suatu program perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Program Jamsostek lahir dan dilegitimasi dalam Undang-undang No.3 Tahun 1992 yang meliputi :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian

3. Jaminan Hari Tua

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jamsostek merupakan instrumen atau alat untuk mencegah dan mengurangi risiko yang mungkin terjadi pada karyawan. Program Jamsostek harus diimplementasikan perusahaan karena memiliki konsekuensi hukum apabila dilanggar.

Menurut Husni (2005 : 131) dalam pasal 86 ayat 1 Undang-undang No.13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk


(22)

memperoleh perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Berdasarkan upaya yuridis formil yang dijabarkan melalui pasal-pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa aturan penyelenggaraan K3 pada hakikatnya adalah pengadaan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan sehingga potensi bahaya dapat dieliminir. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :

1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha sosial.

2. Adanya sumber bahaya.

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus maupun hanya sewaktu-waktu.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri, karena didalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan


(23)

perundang-undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya ; hukum, ekonomi maupun sosial.

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud petugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.

Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni (2005:133) adalah :

1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

1. Keselamatan Kerja

Menurut Husni (2005:136), keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan : “suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas”. Ada 4 (empat) faktor penyebabnya yaitu :


(24)

a. Faktor manusianya.

b. Faktor material/bahan/peralatan. c. Faktor bahaya/sumber bahaya.

d. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/perawatan mesin-mesin).

Menurut Husni (2005:137) bahwa disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain :

1) Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan 2) Biaya pengobatan dan perawatan korban

3) Tunjangan kecelakaan 4) Hilangnya waktu kerja

5) Menurunnya jumlah maupun mutu produksi b. Kerugian yang bersifat non ekonomis

Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/cidera berat maupun luka ringan.

2. Kesehatan Kerja

Menurut Husni (2005:140), kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.


(25)

Tujuan kesehatan kerja menurut Husni (2005: 140-142) adalah:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.

b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja.

d. Meningkatkan produktivitas kerja.

Sumber-sumber bahaya bagi Kesehatan Tenaga Kerja adalah : a. Faktor fisik, yang dapat berupa :

1) Suara yang terlalu bising

2) Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah 3) Penerangan yang kurang memadai

4) Ventilasi yang kurang memadai 5) Radiasi

6) Getaran mekanis

7) Tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah 8) Bau-bauan di tempat kerja

9) Kelembaban udara

b. Faktor kimia, yang dapat berupa : 1) Gas/uap

2) Cairan 3) Debu-debuan


(26)

5) Bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun c. Faktor biologis, yang dapat berupa :

1) Bakteri virus

2) Jamur, cacing dan serangga

3) Tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain yang hidup/timbul dalam lingkungan kerja.

d. Faktor faal, yang dapat berupa :

1) Sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja

2) Peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja 3) Gerak yang senantiasa berdiri atau duduk

4) Proses, sikap dan cara kerja yang monoton 5) Beban kerja yang melampaui batas kemampuan e. Faktor psikologis, yang dapat berupa :

1) Kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan 2) Suasana kerja yang tidak menyenangkan

3) Pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai

4) Pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan

C. Kinerja

Menurut Rivai (2004:309) bahwa kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada, berasal dari akar kata ”to perform”


(27)

dengan beberapa ”entries” yaitu : (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill, as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understanding); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine).

Kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat.

Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) bahwa ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja terhadap kontribusi nya ke organisasi/perusahaan, yaitu: 1. Kemampuan mereka, 2. Motivasi, 3. Dukungan yang diterima, 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5. Hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Noe at all (2006:330-333) bahwa evaluasi kinerja (performance evaluation), yang dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja (performance appraisal), performance rating, performance assessment, employee evaluation, merit, efficiency rating, service rating, pada dasarnya merupakan proses yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi job performance. Performance evaluation berkaitan dengan kinerja dan pertanggungjawaban karyawan pada perusahaan.

Menurut Rivai (2005:20-21) menyatakan bahwa agar penilaian kinerja tidak bias dan dapat mencapai sasaran sesuai yang dikehendaki oleh perusahaan, maka perlu ditetapkan, disepakati, dan dikethui faktor-faktor yang akan dinilai/dievaluasi


(28)

sebelumnya sehingga setiap karyawan yang ada dalam perusahaan telah mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang akan dinilai. Dengan demikian,akan tercipta

ketenangan kerja. Perlu ada kejelasan ruang lingkup pengukuran, seperti berikut ini: a. Who?

Pertanyaan ini mencakup hal-hal berikut ini: 1) Siapa yang harus dinilai?

Yaitu seluruh karyawan yang ada dalam perusahasan dari jabatan yang tertinggi sampai dengan yang jabatan terendah.

2) Siapa yang harus menilai?

Evaluasi kinerja dapat dilakukan oleh atasan langsung dan atasan tidak langsung. Atau dapat ditunjuk orang tertentu yang menurut pimpinan perusahaan memiliki keahlian dalam bidangnya.

b. What?

Apa yang harus dinilai? Pertanyaan ini mencakup hal-hal berikut ini:

1) Objek atau materi yang dinilai, antara lain hasil kerja, kemampuan sikap, kepemimpinan kerja dan motivasi kerja (atau disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan).

2) Dimensi waktu, yaitu kinerja yang dicapai pada saat ini (current performance), dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang (future potential).

c. Why?

Mengapa penilaian kinerja itu harus dilakukan? Hal ini digunakan untuk :

1) Memelihara potensi kerja


(29)

3) Dasar untuk pengembangan karir 4) Dasar untuk promosi jabatan d. When?

Waktu pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan secara formal dan informal.

1) Penilaian kinerja secara formal dilakukan secara periodik, seperti setiap hari, minggu, bulan, triwulan, semester atau setiap tahun.

2) Penilaian kinerja secara informal dilakukan secara terus menerus dan setiap saat atau setiap hari kerja.

e. Where?

Penilaian kinerja dapat dilakukan pada dua tempat berikut ini. 1) Di tempat kerja (on the job evaluation)

Pelaksanaan penilaian kinerja di tempat kerja yang bersangkutan, atau di tempat lain yang masih dalam lingkungan perusahaan itu.

2) Di luar tempat kerja (off the job evaluation)

Pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan di luar perusahaan dengan cara meminta bantuan konsultan.

f. How?

Bagaimana penilaian dilakukan, yaitu dengan menggunakan metode tradisional atau metode modern. Penilaian dengan menggunakan metode tradisional, antara lain dengan rating scale dan employee comparison, sedangkan penilaian dengan menggunakan metode modern, antara lain dengan


(30)

Setelah beberapa pertanyaan di atas dapat dijawab dan semakin jelas baik bagi karyawan, supervisor, maupun perusahaan, hal-hal berikut ini perlu pula ditetapkan sejak awal sebelum seorang karyawan akan dinilai. Ukuran-ukuran keberhasilan dalam pekerjaan dapat ditentukan dengan tepat dan lengkap, dan diuraikan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur secara cermat dan tepat. Ukuran-ukuran keberhasilan yang sering digunakan dalam pekerjaan ialah ciri kepribadian dalam bentuk sifat (prakarsa, kemampuan dalam bekerja sama, dan hasil/prestasi kerja).

Menurut Schuler and Jackson (2001:40-42) bahwa hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengukur kinerja adalah sebagai berikut:

a. Penetapan indikator kinerja, dengan memperhatikan : 1) Karakteristik indikator kinerja yang baik, yaitu :

a) Terikat pada tujuan program dan menggambarkan pencapaian hasil. b) Terbatas pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas.

c) Terpusat pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan. d) Terkait dengan sistem pertanggungjawaban yang memperlihatkan hasil. 2) Pertimbangan utama penetapannya bahwa indikator kinerja harus :

a) Menggambarkan hasil atau usaha pencapaian hasil.

b) Merupakan indikator di dalam wewenangnya (uncontrollable). c) Mempunyai dampak negatif yang rendah.

d) Digunakan untuk menghilangkan insentif yang sudah ada.

e) Ada pengganti atau manfaat yang lebih besar jika menghilangkan insentif. b. Cara Pengukuran Kinerja

Keberhasilan ataupun kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan : 1) Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan.


(31)

2) Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan. 3) Perbandingan antara kinerja nyata tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. 4) Perbandingan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang unggul di

bidangnya (benchmarking/patok duga).

5) Perbandingan capaian tahun berjalan dengan rencana dalam (dua, tiga, empat atau lima tahun) tren pencapaian.

Menurut Rivai (2005:52), hasil penilaian kinerja penting digunakan untuk : a. Meninjau ulang kinerja masa lalu.

b. Memperoleh data yang pasti, sistematis dan faktual dalam penentuan ”nilai” suatu pekerjaan.

c. Memeriksa kemampuan perusahaan.

d. Memeriksa kemampuan individu karyawan. e. Menyusun target masa depan.

f. Melihat prestasi seseorang secara realistis.

g. Memperoleh keadilan dalam sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam perusahaan.

h. Memperoleh data dalam penentuan struktur upah dan gaji yang sepadan dengan apa yang berlaku secara umum.

i. Memungkinkan manajemen mengukur dan mengawasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan secara lebih akurat.

j. Memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional dengan serikat pekerja apabila ada atau langsung dengan karyawan.

k. Memberikan kerangka berpikir dalam melakukan peninjauan secara berkala terhadap sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam perusahaan.


(32)

l. Memungkinkan manajemen lebih objektif dalam memperlakukan karyawan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat dan teknik-teknik penilaian yang tidak berat sebelah.

l. Membantu manajemen dalam memilih, menempatkan, promosi, memindahkan dan meningkatkan kualitas karyawan.

m. Memperjelas tugas pokok, fungsi, kegiatan, wewenang dan tanggung jawab satuan-satuan kerja dalam perusahaan, yang apabila dapat terlaksana dengan baik akan mempunyai arti yang sangat penting dalam usaha penyederhanaan kerja sehingga dapat menghilangkan duplikasi atau tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dalam perusahaan.

n. Menghilangkan, atau paling sedikit mengurangi berbagai jenis keluhan karyawan yang apabila tidak teratasi dengan baik dapat berakibat para karyawan meninggalkan perusahaan dan pindah ke tempat kerja yang lain. Apabila dapat teratasi dengan baik akan meningkatkan motivasi kerja dan menumbuhsuburkan hubungan kerja yang menguntungkan baik pihak manajemen maupun pihak karyawan sendiri.

D. Keterkaitan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Kinerja Karyawan

Lingkungan kerja yang aman menjadikan tenaga kerja atau karyawan menjadi sehat dan produktif. Menurut Hasibuan (2006:206), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik. Bila terjadi banyaknya kecelakaan, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan absensi karyawan yang berkaitan dengan penurunan produksi perusahaan yang diakibatkan tidak optimalnya kinerja karyawan.


(33)

Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya menuju pencapaian keselamatan optimal yang memungkinkan meminimalkan terjadinya kecelakaan. Menurut Muljono (Iswanto,2004:8.26) bahwa tujuan dan sasaran Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman , efisien, dan produktif.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) membutuhkan satu asas tersendiri sebagaimana digambarkan dibawah ini:

Sumber : Silalahi (2000:29)

Gambar 2. Kaitan antara K3 dengan Kinerja Karyawan

Berdasarkan penjelasan dan gambar diatas dapat di katakan bahwasanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak hanya bertujuan mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja tapi juga memiliki visi dan misi jauh ke depan yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif, serta sejahtera dan memiliki kinerja yang optimal.

Kebijakan Manajemen

•Perbuatan

yang tidak selamat

•Kondisi yang

tidak selamat

• Prestasi kerja • Kondisi kerja

• Prestasi kerja • Kondisi kerja Operasional

Kecelakaan : • Fatal • Luka-luka


(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan

PT. Adhi Karya (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang usaha jasa konstruksi. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 1 Juni 1974 berdasarkan akte notaris Kartini Muljadi, SH di Jakarta. Pada tanggal 1 Juni 1974 tersebut, hadir di hadapan notaris Letjen TNI Angkatan Darat M. Jasin, Sekjen Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang bertindak sebagai kuasa hukum dari Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Negara RI dan Ir. Suwito Danunagoro, staf ahli diperbantukan pada Sekretaris Jenderal untuk bidang pembinaan dan pengembangan perusahaan industri konstruksi Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

Para pejabat menerangkan bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang nomor 9 tahun 1969 tentang penetapan peraturan pengganti Undang-Undang nomor 1 tahun 1969 (lembaran negara tahun 1969 nomor 16, tambahan lembaran negara nomor 2890) tentang bentuk-bentuk usaha negara menjadi Undang-Undang (lembaran negara RI tahun 1969 dan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1971 tentng pengalihan bentuk perusahaan negara menjadi perusahaan perseroan (Persero). Lembaran negara RI tahun 1971 nomor 52 juncto Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor Kep-662/MK/IV/5/1974 tentang penerapan modal perusahaan perseroan (Persero) PT. Adhi Karya tertanggal 8 Mei 1974. Tetapi sejak tanggal 1 Januari 2007, PT. Adhi Karya (Persero) diganti dari kantor cabang, menjadi Divisi Konstruksi III (DK-III).


(35)

PT. Adhi Karya (Persero) berkedudukan di Jakarta Selatan Jalan Raya Pasar Minggu KM 18 dengan kantor-kantor, cabang-cabang, perwakilan-perwakilan atau agen-agen di tempat lain sebagaimana akan ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris.

Adapun tujuan utama dari PT. Ahi Karya (Persero) adalah sebagai berikut : 1. Ikut serta melaksanakan program pemerintah dalam pembangunan ekonomi

nasional dengan jalan membina dan mengembangkan perseroan atas dasar prinsip ekonomi yang sehat dan dinamis.

2. Lapangan usaha perseroan terutama pada pekerjaan perencanaan pembangunan, pengawasan dan pengelolaan serta pelaksanaan pembangunan. 3. Menyediakan tanah dan mendirikan bangunan untuk dijual atau disewakan. 4. Memproduksi bahan bangunan untuk dijual atau untuk keperluan bagi

penyederhanaan dan penyempurnaan.

5. Menyederhanakan sarana dan peralatan proyek.

Pada saat pendiriannya, modal dasar yang dimiliki oleh perseroan adalah sebesar Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah), terbagi atas modal 1.000 (seribu) lembar saham dan masing-masing saham nilai nominalnya adalah sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah). Dari saham-saham tersebut telah ditempatkan atau diambil bagian serta disetor penuh oleh :

1. Negara Republik Indonesia, 274 ( dua ratus tujuh puluh empat) lembar saham prioritas seharga Rp. 274.000.000,- (Dua Ratus Tujuh Puluh Empat Juta Rupiah).

2. Ir. Suwito Danunagoro, 1 (satu) lembar saham prioritas dengan harga Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah).


(36)

Saham-saham biasa yang masih tertinggal akan dikeluarkan menurut kebutuhan modal kerja dengan syarat dan dengan harga sebagaimana akan ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris dengan persetujuan dan rapat para pemegang saham prioritas. Pada tanggal 18 Januari 1995 di Kantor Departemen Pekerjaan Umum diadakan Rapat Umum Luar Biasa (RULB) PT. Adhi Karya (Persero) cabang I wilayah Sumut dan NAD yang memutuskan merubah seluruh anggaran dasar dan di bentuk anggaran dasar yang baru sebesar Rp. 8.000.000.000,- (Delapan Milyar Rupiah) terbagi atas 1.600 (seribu enam ratus) lembar saham prioritas dan 6.400 (enam ribu empat ratus) lembar saham biasa dengan masing-masing nilai nominalnya adalah sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah).

Pembentukan kantor-kantor cabang ditentukan dengan keputusan Direksi kantor pusat perusahaan sesuai dengan perkembangan dan keperluan perusahaan. Apabila di suatu cabang mempunyai volume kerja dan wilayah operasional yang tinggi, maka perlu diadakan pembagian terutama bagi departemen marketing dan pengawasan untuk kegiatan usaha di lingkungan cabang tersebut. Pembentukan kantor cabang tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan operasional di wilayah usahanya dengan maksud dan tujuan perusahaan sebagaimana yang telah diatur dalam akte pendirian perusahaan. Untuk mencapai hasil tersebut kantor cabang harus berorientasi untuk menaikkan nilai perusahaan dan menghasilkan laba serta meningkatkan mekanisme kerja sesuai dengan petunjuk dan kebijaksanaan kantor pusat.


(37)

B. Visi dan Misi Perusahaan

Berdasarkan analisis Internal, Eksternal, International Bencmarking serta analisis potensi pasar dalam kurun waktu dari tahun 2006 sampai dengan 2011, maka PT. Adhi Karya menetapkan visi dan misi sebagai berikut :

Visi

PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, DK-III mempunyai visi menjadi juara sejati di bisnis jasa konstruksi dan menjadi mitra pilihan dalam bisnis jasa perekayasaan dan investasi infrastruktur di Indonesia dan beberapa negara pilihan.

Misi

1. Menciptakan nilai yang berkesinambungan kepada pelanggan, karyawan, pemegang saham, dan berbagai pihak lain yang berkepentingan.

2. Memperkokoh kompetensi inti dalam jasa konstruksi, memperluas kapabilitas dalam jasa perekayasaan, serta mengembangkan kapabilitas dalam jasa investasi secara selektif.

3. Berkecimpung aktif dalam program Public-Private Partnership (PPP) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, menjalankan inisiatif-inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka pengembangan kemanusiaan.

C. Kebijakan dan Sasaran Mutu 1. Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, selalu mengemban kepercayaan dengan :

1. Meningkatkan mutu cara kerja dan hasil kerja.

2. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan mencegah ketidak sesuaian pada semua tahapan.


(38)

3. Melaksanakan norma-norma perlindungan kerja dan lingkungan serta menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas resiko kecelakaan. 4. Melakukan perbaikan kinerja mutu secara berkelanjutan.

Untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan stakeholder lainnya. 2. Sasaran Mutu

Memberikan produk dan layanan kepada pelanggan dan stakeholder lainnya, minimal sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi yang diperjanjikan serta mencapai sasaran perusahaan tanpa kecelakaan / zero accident.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan mempunyai peranan penting dalam menjalankan usaha perusahaan yaitu menjelaskan deskripsi setiap jabatan, sehingga dapat diketahui dengan jelas tugas-tugas yang harus diemban setiap karyawan dan sampai dimana batas-batas tanggung jawabnya. Struktur organisasi yang baik adalah yang dapat menunjukkan deskripsi jabatan secara jelas. Sehingga dalam melaksanakan tugas perusahaan, pejabat yang berwenang dapat menjalankannya dengan baik dan sebagaimana mestinya.

Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktivitas yang berbeda-beda harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan sasaran perusahaan dengan kondisi efisien yang tinggi. Dalam hal pengorganisasian dari bagian yang berbeda-beda di perlukan organisasi yang terstruktur yang dapat mengkoordinasikan dan mengintegrasikan keseluruhan sumber daya yang ada dengan suatu sistem yang baik. Dengan struktur organisasi, maka dapat ditetapkan tugas dan tanggung jawab, fungsi, kedudukan, garis kewenangan dari masing-masing fungsi yang ada dalam perusahaan.


(39)

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Adhi Karya Kawasan Medan (

Plant Patumbak) adalah dengan bentuk lini. Dalam bentuk lini ini, kekuasaan dan tanggung jawab mengalir dalam bentuk garis lurus dan masing-masing bagian bertanggung jawab kepada bagian yang lebih tinggi. Bagan/gambar struktur organisasi PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak), dapat terlihat di bagian lampiran.

E. Uraian Tugas

Di bawah ini akan diuraikan fungsi serta tugas dari masing-masing bagian dari organisasi perusahaan :

1. Unit AMP

Memimpin dan mengkoordinir kegiatan proses produksi hotmix dan paving (penghamparan) sesuai dengan rencana mutu dan volume produksi yang ditetapkan/ditargetkan.

2. Unit Crusher

Memimpin dan mengkoordinir kegiatan proses produksi Batu Pecah sesuai dengan rencana mutu dan volume produksi yang ditetapkan / ditargetkan dan penerapan K3L.

3. Mekanik

Melaksanakan perbaikan peralatan dan perawatan peralatan agar mutu sesuai yang diharapkan dan selalu menjaga agar alat tidak rusak sebelum waktunya.


(40)

4. Operator & Driver

Mengkoordinir pengoperasian alat angkut / DT untuk menunjang kelancaran pengangkutan material dari Base Camp ke lokasi penghamparan raw material dari Quarry atau tempat supplier ke Base Camp.

5. Logistik

Melaksanakan dan mengkoordinir aktifitas- aktifitas di Plant yang berkaitan dengan proses pengadaan bahan baku suku cadang dan peralatan pendukung produksi & K3L beserta proses penerimaan, penempatan dan administrasinya untuk mendukung dan memperlancar proses operasi dan produksi Plant.

6. Laboratorium

Memimpin dan mengkoordinir seluruh aktifitas di Plant yang berkaitan dengan perencanaan campuran mutu produk, pemeriksaan/pengujian bahan dan proses, pemeriksaan dan pengujian hasil-hasil produk sesuai dengan standar-standar yang telah ditentukan dengan memperhatikan unsur K3L , untuk mendukung operasi dan produk Plant.

7. K3 & Sistem

Melaksanakan kegiatan penerapan sistem manajemen mutu & K3L di Kawasan termasuk pelaksanaan inspeksi dan test serta mengendalikan kegiatan pengendalian seluruh dokumen mutu dan K3L dalam menunjang penerapan sistem managemen mutu dan K3L di Lingkungan Kawasan.

8. Pemborong Perbaikan Alat

Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan peralatan dengan memperhatikan aspek K3L , yang meliputi pemeliharaan dan perbaikan peralatan , sistem monitoring dan administrasi peralatan untuk menunjang kelancaran operasi peralatan yang ada di Kawasan.


(41)

F. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Adhi Karya Perusahaan memiliki pendirian dan keyakinan bahwa setiap kejadian yang tidak diharapkan dan tidak direncanakan dinyatakan sebagai suatu insiden. Dalam hal ini, sumber utama penyebab kerugian perusahaan akibat orang cedera, kerusakan harta, gangguan produksi dan menurunnya daya kerja harus ditanggapi secara seimbang dengan keputusan dan ketentuan manajerial. Prinsip yang sama didalam pemberian tanggung jawab, pelimpahan wewenang, penilaian keterampilan dan pertanggungjawaban untuk mencapai tujuan perusahaan akan diberlakukan bagi seluruh jenjang /tingkatan di dalam organisasi untuk menciptakan keadaan yang bebas kecelakaan di perusahaan.

1. Standar OHSA

PT. Adhi Karya dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menggunakan standar OHSA ( Occupational Health and Safety Act ) yaitu Undang-Undang K3 di Amerika, akan tetapi pelaksanaannya di bawah pengawasan Departemen Tenaga Kerja. Standar umum yang merupakan dasar pelaksanaan tugas OHSA menyatakan bahwa setiap perusahaan harus menyediakan kondisi kerja bagi setiap pegawainya yang bebas dari kemungkinan timbulnya bahaya yang menyebabkan kematian atau kecelakaan fisik yang serius terhadap pegawainya. PT. Adhi Karya dipandang telah memenuhi standar umum tersebut, sehingga diberikan sertifikat yang disebut dengan OHSAS ( Occupational Health and Safety Act Sertificate ).

Dalam melaksanakan misi utamanya, OHSA bertanggung jawab untuk menyebarluaskan standar-standar yang berkekuatan hukum. Standar-standar tersebut sangat lengkap dan meliputi seluruh kemungkinan bahaya secara rinci yang terpisah dalam 17 bidang sebagai berikut :


(42)

a. Lantai tempat berjalan – bekerja. b. Pintu keluar.

c. Pengguna kerja bermesin, lift, dan podium tempat mengerjakan kendaraan. d. Pengendalian kesehatan dan lingkungan kerja (ventilasi, dsb).

e. Benda – benda berbahaya. f. Peralatan perlindungan manusia.

g. Pengendalian lingkungan secara umum (sanitasi, dsb). h. Perawatan medis dan pertolongan pertama.

i. Pemadam kebakaran.

j. Peralatan gas dan udara (compressed) . k. Pengurusan dan penyimpanan barang. l. Penjagaan perlengkapan dan mesin.

m. Peralatan tangan dan portabel bermesin serta peralatan manual lainnya. n. Pengelasan, pemotongan, dan pemasangan.

o. Industri-industri khusus (tekstil, dsb). p. Listrik.

q. Zat-zat beracun dan berbahaya lainnya.

Standar lainnya diatur dalam ketentuan sebagai berikut : a. Prosedur Penyimpanan Dokumen OHSA

Setiap majikan yang memiliki 11 orang pegawai harus menyimpan catatan tentang kecelakaan dan sakit yang terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan. Baik kecelakaan kerja maupun sakit dalam melaksanakan pekerjaan harus dilaporkan. Termasuk disini adalah sakit gawat dan kronis yang dapat


(43)

disebabkan oleh penghisapan, absorpsi, penelanan atau kontak langsung dengan zat-zat beracun atau berbahaya.

b. Pemeriksaan dan Peringatan 1) Prioritas Pemeriksaan

OHSA telah menetapkan suatu daftar prioritas pemeriksaan yang beranjak dari pemerikaan “ keadaan bahaya yang segera ” dan “ pemeriksaan random ”. Keadaan bahaya yang segera memperoleh prioritas utama, dimana bahaya yang terjadi dapat menyebabkan kematian atau kecelakaan fisik. Prioritas yang kedua diberikan pada penyelidikan bencana besar, fasilitas, dan kecelakaan-kecelakaan yang telah terjadi. Prioritas ketiga diberikan kepada pengaduan pegawai yang sahih tentang terjadinya pelanggaran standar. Prioritas selanjutnya ditujukan kepada pemeriksaan “ keadaan yang sangat berbahaya ”. Akhirnya, prioritas terakhir diberikan kepada pemeriksaan random (dan pemeriksaan ulang).

2) Pemeriksaan

Sebelum mengadakan pemeriksaan, pemeriksa OHSA berusaha memperoleh fakta-fakta tentang tempat kerja sebanyak mungkin. Setelah dilakukan pemeriksaan diadakan pertemuan yang membahas hal-hal yang dijumpai sehubungan dengan pelanggaran yang dilakukan untuk dapat direkomendasikan peringatan dan hukuman.

Setelah laporan pemeriksaan disampaikan, diberikan surat peringatan pemberitahuan majikan dan pegawai tentang peraturan dan standar yang telah dilanggar.


(44)

Baik majikan maupun pegawai memiliki kewajiban dan hak tertentu berdasarkan Undang-Undang K3. Sebagai contoh, majikan bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban menyediakan “ tempat kerja yang bebas dari kemungkinan bahaya yang diketahui ”; memahami standar OHSA yang diharuskan ; memberi tahu para pegawi tentang OHSA ; dan memeriksa kondisi tempat kerja untuk memastikan kesesuaiannya dengan standar yang berlaku.

Para pegawai memiliki hak-hak dan kewajiban tertentu, meskipun mereka tidak dapat diperingatkan karena pelanggaran kewajiban. Sebagai contoh, mereka berkewajiban mentaati seluruh standar OHSA yang berlaku; mematuhi peraturan perusahaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja; dan berkewajiban melaporkan keadaan berbahaya kepada supervisor.

Para pegawai memiliki hak untuk menuntut adanya keselamatan dan kesehatan kerja tanpa takut akan menerima hukuman, dan majikan sangat dilarang untuk menindak atau mendiskriminasi pegawai yang dilaksanakan hak-haknya seperti mengadu kepada majikan, serikat buruh, atau OHSA tentang adanya bahaya dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Karyawan pada PT. Adhi Karya harus mempelajari dan mentaati peraturan dan ketentuan keselamatan kerja yang berlaku pada tugas mereka dan juga memperhatikan serta mengikuti petunjuk supervisor.

2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

PT. Adhi Karya disamping menggunakan elemen OHSAS harus mematuhi Undang-Undang Tenaga Kerja RI nomor 1 tahun 1970 mengenai pelaksanaan


(45)

Peraturan Perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang diawasi oleh :

a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang dibentuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Manajemen PT. Adhi Karya bertanggung jawab untuk menjamin bahwa untuk dikembangkan serta diterapkan secara efektif untuk memperkecil resiko kecelakaan terhadap karyawan, melindungi harta benda dari kerusakan/kebakaran, meredam dampak lingkungan dan memberikan keselamatan kepada masyarakat sekitarnya sehubungan dengan kegiatan operasi.

Manajemen PT. Adhi Karya menjamin penerapan kebijakan, sistem, dan usaha-usaha pencegahan kecelakaan secara efektif, dengan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Hal ini didasarkan atas :

a. Undang-Undang RI No. I tahun 1970.

b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-125/MEN/82.

c. Surat Kakanwil Depnaker Sumatera Utara No. B-2003-6/W2/1998.

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) berperan membantu manajemen perusahaan dalam pemantauan dan evaluasi keberhasilan usaha-usaha organisasi untuk meningkatkan, memelihara, dan memperbaiki standar operasi yang baik serta mengurangi timbulnya kerusakan harta, cedera dan dampak terhadap lingkungan.


(46)

P2K3 yang beranggotakan Manajemen PT. Adhi Karya memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Meninjau, memantau dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan, sistem dan penerapan dari ketentuan-ketentuan pencegahan kecelakaan perusahaan yang telah ada di berbagai departemen.

b. Merekomendasikan dan atau memprakarsai kebijakan atau mendukung Kebijakan dan Ketetapan Manajemen di Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini juga akan mengadakan inspeksi lapangan secara berkala terhadap fasilitas-fasilitas perusahaan.

c. Untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan organisasi dalam menerapkan kebijakan dan ketetapan manajemen di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Panitia ini juga akan mengadakan inspeksi lapangan secara berkala terhadap fasilitas-fasilitas perusahaan.

Struktur organisasi P2K3 secara ringkas dapat dilihat pada lampiran.

Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian/fungsi dalam struktur P2K3 diatas adalah :

a. Ketua P2K3

Tujuan umum jabatan atas ketua P2K3 adalah untuk menjamin berlangsungnya penyelenggaraan pelaksanaan/proses pengelolaan kegiatan P2K3 dengan baik sesuai dengan program-program kerja yang telah ditetapkan.

Berikut ini adalah tugas-tugas dari ketua P2K3, yaitu:

1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno.


(47)

2. Menentukan langkah, policy demi tercapainya pelaksanaan program-program P2K3.

3. Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan P2K3 di perusahaan kepada Depnaker.

4. Mempertanggung-jawabkan program-program P2K3 dan pelaksanaannya kepada Kepala Divisi/ Direksi.

5. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di perusahaan.

6. Menetapkan struktur organisasi P2K3 dan program kerjanya. 7. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program-program P2K3.

b. Sekretaris P2K3

Sekretaris P2K3 ini bertujuan untuk mengelola proses P2K3 yang ada untuk melaksanakan program-program yang telah ditetapkan.

Adapun tugas-tugas sekretaris P2K3 adalah :

1. Membuat undangan rapat dan membuat notulennya. 2. Mengelola administrasi surat-surat P2K3.

3. Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3.

4. Memberikan bantuan dan saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi demi suksesnya program-program yang telah ditetapkan.

5. Membuat laporan ke fungsi-fungsi yang bersangkutan mengenai adanya

Unsafe Act & Unsafe Condition (tindakan dan kondisi yang tidak aman) di tempat kerja.


(48)

c. Anggota Eksekutif P2K3

Anggota eksekutif ini bertujuan untuk mengelola dan mengidentifikasi serta menginventarisasikan kegiatan P2K3 yang ada secara baik dan melaksanakan program-program yang telah ditetapkan.

Anggota eksekutif P2K3 mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

1. Mengelola hasil identifikasi dan menginventarisasikan sumber bahaya dan penyakit akibat kerja.

2. Mengelola masalah yang berkaitan dengan upaya untuk mengendalikan dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 3. Mengelola data-data yang berhubungan dengan K3.

4. Memberikan bantuan dan saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi, demi suksesnya program-program K3.

5. Terlaksananya kegiatan P2K3 dilingkungan perusahaan dan proyek yang sesuai dengan sasaran.

d. Anggota P2K3/ Anggota P2K3 Proyek

Tidak jauh berbeda dengan anggota eksekutif, bahwa anggota P2K3 juga bertujuan untuk mengelola dan mengidentifikasi serta menginventarisasikan kegiatan P2K3 dengan baik dan melaksanakan program-program yang telah ditetapkan.

Adapun tugas-tugas dari anggota P2K3 adalah sebagai berikut:

1. Mengelola hasil identifikasi dan menginventarisasikan sumber bahaya dan penyakit akibat kerja.

2. Mengelola masalah yang berkaitan dengan upaya untuk mengendalikan dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 3. Mengelola data-data yang berhubungan dengan K3 pada unit kerja.


(49)

4. Melaksanakan program-program K3 unit kerja yang telah ditetapkan. 5. Terlaksananya kegiatan P2K3 di lingkungan perusahaan dan proyek yang

sesuai dengan sasaran.

3. Seksi Keselamatan ( Safety Section ) pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak).

Seksi keselamatan pada PT. Adhi karya kawasan Medan ( Plant Patumbak )

merupakan suatu seksi khusus yang mana pada seksi ini dibuat prosedur, peraturan, dan pelatihan terhadap seluruh departemen atau seksi. Keberadaan Staf Safety adalah untuk membantu, memberikn saran dan mengembangkan standar-standar, akan tetapi dalam pelaksanaan pencegahan kecelakaan adalah tanggung jawab dan tugas utama dari setiap lini manajemen pada semua tingkatan.

Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh seksi keselamatan ini adalah : 1. Safety Talk (Penyuluhan)

• Membuat ceramah-ceramah keselamatan kerja. Hal ini dilakukan setiap hari sebelum memulai pekerjaan selama 5-10 menit.

• Pemasangan poster-poster atau spanduk tentang keselamatan kerja. • Pemutaran film/slide-slide tentang keselamatan kerja.

2. Safety Committee

• Mengusahakan terciptanya suasana kerja yang aman.

• Menanamkan kesadaran / disiplin yang tinggi tentang pentingnya keselamatan kerja.

3. Pendidikan dan latihan

• Kursus-kursus keselamatan kerja.


(50)

4. Alat-alat keselamatan kerja

• Menyediakan alat-alat proteksi diri yang diperlukan sesuai dengan kondisi kerja.

• Mengontrol dan memastikan bahwa setiap pekerja telah menggunakan alat proteksi diri agar keselamatan para pekerja dapat terjaga.

Safety Section juga bertanggung jawab untuk menangani kondisi ataupun kadaan darurat apabila sewaktu-waktu terjadi bahaya atau kecelakaan. Oleh karena itu seksi keselamatan membentuk suatu tim keadaan darurat seperti yang terlihat pada gambar/struktur dalam lampiran.

Dari gambar struktur, maka berikut ini akan diuraikan tugas-tugas dari masing-masing bagian :

a. Ketua tim keadaan darurat

Ketua tim akan memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan K3 diseluruh tingkatan unit kerja dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan ataupun standar yang berlaku.

Ketua tim bertanggung jawab atas :

1. Penanganan dan investigasi kecelakaan, insiden dan ketidaksesuaian, termasuk ketidaksesuaian terhadap hasil inspeksi K3.

2. Melaksanakan tindakan untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan. 3. Melaksanakan pengujian risiko tidakan koreksi dan pencegahan.

4. Melaksanakan dan memastikan keefektifan tindakan koreksi dan pencegahan.

5. Penanganan dan penyelamatan manusia, material/aset akibat kondisi darurat/kecelakaan.


(51)

b. Wakil ketua tim keadaan darurat

Wakil bertugas mengarahkan keadaan darurat agar tidak berkembang dan juga tetap menjaga keamanan karyawan pada saat bekerja. Wakil ketua juga dapat mengambil alih tanggung jawab yang dilimpahkan ketua apabila ketua sedang tidak berada di tempat.

Adapun tanggung jawab wakil ketua tim keadaan darurat adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keadaan darurat dan melaporkan adanya faktor yang menimbulkan bahaya.

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan K3 dengan instansi terkait.

3. Menginformasikan keadaan darurat dan mengarahkan evakuasi ketempat yang telah ditetapkan.

4. Melakukan penyelamatan terhadap aset perusahaan.

5. Membantu P2K3 dalam melakukan investigasi kecelakaan akibat keadaan darurat.

c. Regu/tim keadaan darurat

Adapun tugas-tugas dari regu/tim keadaan darurat ini adalah:

1. Memadamkan kebakaran secepatnya (jika kondisi darurat berupa ledakan). 2. Mengarahkan evakuasi baik orang maupun barang.

3. Meminta bantuan kepada pihak-pihak terkait (pemadam kebakaran, rumah sakit, Polsek, Koramil, SAR).

4. Melaporkan kepada ketua tim keadaan darurat & P3K kondisi keadaan darurat dan perkembangannya untuk diambil tindakan perbaikan.

d. Regu/tim P3K


(52)

1. Memberikan pertolongan terhadap korban dengan : • Mempertahankan penderita tetap hidup.

• Membuat keadaan penderita tetap stabil.

• Mengurangi rasa nyeri, ketidaknyamanan dan rasa cemas melalui : - Periksa adanya pendarahan, bila ada maka hentikan pendarahan. - Bila menduga adanya cedera tulang, jangan merubah posisi

penderita.

- Bila penderita pingsan tetapi pernafasan normal tanpa ada cedera tulang belakang, maka baringkan dalam posisi istirahat.

- Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. 2. Meminta bantuan ke pertolongan medis / rumah sakit jika untuk butir 1

(diatas) tidak dapat dilakukan.

3. Menginformasikan ke keluarga korban.

4. Membantu P2K3 dalam melakukan investigasi kecelakaan yang mengakibatkan luka parah dan meninggal dunia (fatal).

5. Melaporkan ke ketua tim keadaan darurat untuk diambil tindakan penyelidikan dan tindak lanjut perbaikan.

e. Regu/tim keamanan

Regu ini bertujuan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan keamanan diseluruh tingkatan unit kerja untu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan/berjalan sesuai dengan ketentuan atau standar yang berlaku.

Tugas-tugas dari regu/tim keamanan yaitu : 1. Mengamankan lingkungan/lokasi.


(53)

3. Melarang tamu-tamu yang akan masuk ke lokasi kerja yang tidak berkepentingan.

4. Membantu penanganan dan investigasi kecelakaan/insiden. 5. Membantu mengarahkan evakuasi baik barang maupun orang. 6. Membantu mengkoordinasi dengan instansi terkait.

4. Alat Pelindung Diri

Keadaan-keadaan berbahaya seharusnya dapat dihapuskan atau dikendalikan dengan rancangan standar pengoperasian yang baik oleh perusahaan, akan tetapi masih ada keadaan dimana karyawan harus menerima tanggung jawab untuk keselamatan dirinya dengan memakai alat-alat pelindung diri.

Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk semua bagian tubuh guna mencegah bahaya yang mungkin terjadi. Karyawan maupun pengunjung (visitor) serta orang-orang yang berada di lingkungan kerja (lapangan) wajib menggunakan alat pelindung diri. Hal ini sesuai dengan Peraturan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Pasal 30 tentang perlengkapan alat-alat keselamatan kerja.

Alat pelindung diri yang diberlakukan oleh PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) untuk memasuki zona lapangan (tempat kerja) terdiri dari :

a. Pelindung Kaki ( Sepatu Safety )

1) Karyawan yang berada ditempat yang memungkinkan terjadinya cedera oleh zat-zat panas atau benda-benda yang mungkin jatuh sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan atau terpijak, dan juga berada di lokasi yang senantiasa basah.

2) Karyawan yang bekerja di lapangan, bengkel-bengkel, atau gudang-gudang juga harus menggunakan sepatu keselamatan tersebut.


(54)

b. Pelindung Kepala (Helm/Topi Pelindung)

Diberlakukan bagi seluruh karyawan, kontraktor, tamu dan supplier untuk memakai helm di daerah berbahaya (restricted area).

c. Pakaian Kerja & Sarung Tangan

1) Seluruh karyawan selama bertugas harus mengenakan pakaian kerja yang telah disediakan oleh perusahaan yang sesuai dengan pekerjaan mereka. 2) Karyawan tidak dibenarkan memakai pakaian yang longgar di sekitar

mesin-mesin yang bergerak.

3) Pakaian khusus wajib dipakai bila mengerjakan pekerjaan dimana panas, percikan logam panas, tenaga-tenaga benturan, ataupun radiasi dapat membahayakan tubuh.

4) Menggunakan sarung tangan bila memegang benda-benda atau zat-zat yang dapat melukai atau membakar tangan.

5) Pekerja listrik menggunakan sarung tangan isolasi khusus.

d. Pelindung Wajah (Masker) & Pelindung Mata (Kacamata Las atau Kacamata Grinda/Abu)

1) Karyawan harus memakai pelindung wajah dan mata bila sedang melakukan tugas-tugas pemeriksaan, pemeliharaan atau operasi.

2) Karyawan yang bekerja di lokasi yang dapat membahayakan mata karena benda-benda halus yang mungkin berterbangan, ataupun zat-zat berbahaya lainnya harus menggunakan alat pelindung mata dan tabir pelindung. 3) Karyawan yang pekerjaannya mungkin terkena uap ataupun percikan api

ataupun zat-zat lain yang berbahaya harus menggunakan pelindung wajah dan mata.


(55)

e. Sabuk Pengaman

Secara umum, para karyawan harus memakai sabuk pengaman untuk memberikan perlindungan bagi mereka yang bekerja di tempat-tempat tinggi. f. Pelindung Telinga

Karyawan yang bekerja di sekitar mesin atau alat yang tingkat kebisingannya melebihi 85 dBA harus menggunakan alat pelindung telinga.

g. Pelindung Pernafasan

Jenis alat pelindung pernafasan :

1) Masker pernafasan untuk debu harus dipakai didaerah yang berdebu. 2) Pelindung pernafasan untuk uap atau gas beracun harus digunakan apabila

sedang menyemprot cairan ataupun zat-zat berbahaya lainnya.

3) Alat pernafasan tabung (breathing apparatus) atau saluran udara harus digunakan apabila memasuki ruangan-ruangan tertutup.

4) Kerudung kepala yang dilengkapi dengan alat pernafasan saluran udara.

G. Kinerja

Pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) kinerja karyawan diukur dengan kriteria :

1. Personal Skill

a. Technical Knowledge (Pengetahuan Teknis) b. Work Quality (Kualitas Kerja)

c. Productivity (Produktivitas)

d. Sense of responsibility (Rasa Tanggung-jawab) 2. Personal Managerial


(56)

a. Cooperative (Kerjasama)

b. Work Attitude (Perilaku dalam bekerja) c. Initiative (Inisiatif)

d. Loyality (Loyalitas)

4. Special Assignment (karyawan yang bekerja diluar job description)

Penampilan dan perilaku dalam hal Keselamatan kerja akan dipertimbangkan sebagai bagian dari penilaian kinerja bagi setiap karyawan. Perusahaan membuat program penghargaan keselamatan yang bertujuan untuk memotivasi para karyawan guna meningkatkan kesadaran dan juga keselamatan kerja. Apabila karyawan tidak mentaati ketentuan-ketentuan keselamatan kerja maka perusahaan akan mengambil tindakan disiplin tanpa melihat jabatan apa yang dipegangnya.

Program tersebut dibentuk untuk memberikan penilaian kepada seksi ataupun departemen yang melaksanakan penampilan keselamatan terbaik. Nilai-nilai positif yang dijadikan penilaian seperti terjaganya kebersihan lingkungan tempat kerja dari masing-masing bagian/seksi, kedisiplinan dalam menggunakan alat pelindung diri, dan juga pengetahuannya mengenai K3. Dan untuk menandai penampilan keselamatan terbaik, perusahaan memberikan suatu penghargaan berupa piagam ataupun piala dan juga bonus atas kinerjanya tersebut.


(57)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Deskripsi Responden

Berikut ini diperlihatkan data karakteristik responden yang dilihat dari segi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja berkaitan dengan data variabel penelitian ini :

Tabel 4.1 Usia Responden

Usia Jumlah Persentase

20-30 tahun >30-40 tahun >40-50 tahun >50 tahun

47 64 27 2

33,58% 45,72% 19,28% 1,42%

Jumlah 140 100%

Sumber : Hasil Penelitian 2008 (Data Diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas usia responden rata-rata berkisar 30-40 tahun sebesar 45,72 % ; Usia 20-30 tahun sebesar 33,58 % ; Usia berkisar 40-50 tahun sebesar 19,28 % ; dan >50 tahun sebesar 1,42 %.

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria Wanita

140 0

100% 0

Jumlah 140 100%


(58)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa keseluruhan karyawan yang menjadi responden pada PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) adalah laki-laki.

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

SLTA Diploma Sarjana (S1) Pascasarjana 113 18 9 0 80,71% 12,86% 6,43% 0

Jumlah 140 100%

Sumber : Hasil Penelitian 2008 (Data Diolah)

Tabel 4.3 menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SLTA sebesar 80,71 % ; Diploma sebesar 12,86 % ; Sarjana (S1) sebesar 6,43 %.

Tabel 4.4 Masa Kerja Responden

Masa Kerja Jumlah Persentase

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun 30 54 37 12 7 0 21,43% 38,57% 26,43% 8,57% 5% 0

Jumlah 140 100%


(59)

Tabel 4.4 menunjukkan masa kerja responden tertinggi adalah 6-10 tahun sebesar 38,57 %, masa kerja 11-15 tahun sebesar 26,43 %, masa kerja 1-5 tahun sebesar 21,43 %, masa kerja 16-20 tahun sebesar 8,57 %, masa kerja 21-25 tahun sebesar 5 %.

B. Analisis Deskripsi Variabel 1. Keselamatan Kerja

Didefinisikan sebagai kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan, atau kerugian di tempat kerja.

Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban tentang Keselamatan Kerja Tanggapan

Responden

Sangat

Setuju Setuju

Ragu-Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Variabel X1 R % R % R % R % R %

1 20 14,3 89 63,6 31 22,1 0 0 0 0

2 7 5,0 84 60,0 49 35,0 0 0 0 0

3 19 13,6 61 43,6 60 42,9 0 0 0 0

4 12 8,6 99 70,7 29 20,7 0 0 0 0

5 11 7,9 83 59,3 46 32,9 0 0 0 0

6 11 7,9 68 48,6 41 29,3 20 14,3 0 0

7 0 0 78 55,7 40 28,6 22 15,7 0 0

8 77 55,0 55 39,3 8 5,7 0 0 0 0


(60)

esehatan Kerja

Didefinisikan sebagai kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban tentang Kesehatan Kerja Tanggapan

Responden

Sangat

Setuju Setuju

Ragu-Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Variabel X2 R % R % R % R % R %

1 79 56,4 61 43,6 0 0 0 0 0 0

2 15 10,7 110 78,6 11 7,9 4 2,9 0 0

3 15 10,7 102 72,9 19 13,6 4 2,9 0 0

4 39 27,9 97 69,3 0 0 0 0 4 2,9

5 45 32,1 84 60,0 11 7,9 0 0 0 0

6 27 19,3 83 59,3 18 12,9 8 5,7 4 2,9

7 60 42,9 72 51,4 0 0 8 5,7 0 0

8 35 25,0 105 75,0 0 0 0 0 0 0

Sumber : Hasil Penelitian 2008 (Data Diolah)

nerja Karyawan

Didefinisikan sebagai penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.


(61)

Tabel 4.7 Deskripsi Jawaban tentang Kinerja Karyawan Tanggapan

Responden

Sangat

Setuju Setuju

Ragu-Ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Variabel Y R % R % R % R % R %

1 75 53,6 65 46,4 0 0 0 0 0 0

2 16 11,4 110 78,6 10 7,1 4 2,9 0 0

3 15 10,7 102 72,9 19 13,6 4 2,9 0 0

4 40 28,6 97 69,3 0 0 0 0 3 2,1

5 44 31,4 86 61,4 10 7,1 0 0 0 0

6 35 25,0 105 75,0 0 0 0 0 0 0

7 39 27,9 87 62,1 10 7,1 4 2,9 0 0

8 0 0 0 0 0 0 82 58,6 58 41,4

Sumber : Hasil Penelitian 2008 (Data Diolah)

Tabel 4.5, 4.6 dan 4.7 menunjukkan tabulasi dari jawaban responden mengenai pertanyaan yang diberikan pada kuesioner. Berdasarkan tabulasi tersebut dapat ilihat bahwa mayoritas jawaban responden adalah kategori Setuju.

C. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Data untuk pengujian validitas dan reliabilitas diperoleh dari instrumen angket/kuesioner yang diuji coba dan disebarkan kepada 30 karyawan. Instrumen terdiri atas 8 butir (item) pertanyaan Keselamatan Kerja, 8 butir (item) pertanyaan Kesehatan Kerja, dan 8 butir (item) pertnyaan Kinerja Karyawan, dimana tiap butir disiapkan 5 interval jawaban. Jawaban terendah diberi skor 1 dan jawaban tertinggi diberi skor 5.

ngujian Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.


(1)

E. Pengujian Hipotesis

1. Identifikasi determinan (R²) ; determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Angka R square sebesar 42% variabel dependen (Kinerja Karyawan) dijelaskan oleh variabel Independen (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), dan sisanya 58% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan seperti yang diuraikan pada landasan teoritis sesuai ukuran yang digunakan oleh perusahaan.

2. Uji F yaitu uji secara serentak untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh K3 melalui variabel Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (X1,X2) sebagai variabel bebas terhadap Kinerja (Y) sebagai variabel terikat.

Ho : b1 = b2 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5% Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%

F hitung yang diperoleh berdasarkan output Regresi adalah 9,332 > Ftabel 3,06 maka Ha diterima yang artinya secara serentak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y).

3. Uji t yaitu uji secara parsial untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh K3 melalui Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja sebagai variabel bebas terhadap Kinerja sebagai variabel terikat.


(2)

a. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dengan koefisien regresi sebesar 0,93, artinya apabila Keselamatan Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan akan meningkat.

Nilai t tabel atau t0,05 = 1,97 dan t hitung = 2,927 Hasil uji t menunjukkan

bahwa t hitung > t tabel atau signifikan t = 0,046 < α 0,05. Artinya

Keselamatan Kerja berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap Kinerja Karyawan pada signifikansi 5%. Signifikan berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Keselamatan Kerja (X1) terhadap Kinerja Karyawan. Apabila

Keselamatan Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan dapat meningkat karena karyawan merasa aman, nyaman, dan selamat di tempat kerja.

b. Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja berpengaruh secara positif terhadap Kinerja Karyawan dengan koefisien regresi sebesar 0,250 artinya apabila Kesehatan Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan akan meningkat.

Nilai t tabel atau t0,05 = 1,97 dan t hitung = 4,132 Hasil uji t menunjukkan

bahwa t hitung > t tabel atau signifikan t = 0,000 < α 0,05. Artinya Kesehatan Kerja berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap Kinerja karyawan pada signifikansi 5%. Signifikan berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya Kesehatan Kerja secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Apabila Kesehatan Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan dapat meningkat karena kondisi karyawan yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap data penelitian berdasarkan analisis-analisis dan pengujian, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas didapat hasil bahwa instrumen Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Kinerja Karyawan adalah valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan model regresi yang diperoleh maka dapat disimpulkan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 25,390+ 0,093X1+0,250X2

Tanda positif (+) pada variabel Independen (X1 dan X2) menunjukkan arah

yang searah, artinya apabila Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan akan meningkat. Berdasarkan pengujian Analisis Regresi, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan (nyata) serta dapat memprediksi variabel Dependen (Kinerja Karyawan) secara parsial melalui Uji t dengan tingkat signifikan < 0,005 dan nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5%. Pada Analisis Regresi diperoleh antara variabel Independen dan variabel Dependen terdapat hubungan yang linear. F hitung yang diperoleh berdasarkan output Regresi adalah 9,332 > Ftabel 3,06 maka Ha diterima artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2) terhadap

variabel terikat (Y) Keselamatan dan Kesehatan Kerja berpengaruh signifikan (nyata) secara serentak terhadap variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan.


(4)

2. Angka R square sebesar 0,420 menunjukkan 42% Kinerja Karyawan dapat dijelaskan oleh variabel Independen, sedangkan sisanya (58%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. PT. Adhi Karya Kawasan Medan (Plant Patumbak) harus mempertahankan

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang telah diterapkan selama ini, agar kinerja karyawan tetap berada pada tingkatan yang baik.

2. Bagi Peneliti selanjutnya agar mengkaji lebih dalam variabel- variabel lain yang dapat menjelaskan peningkatan kinerja karyawan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barthos, Basir.2004. Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, Bumi Aksara.

Dewi, Rijuna.2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi S1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, Tidak dipublikasikan.

Husni, Lalu.2005. Hukum Ketenagakerjaan,Ed Revisi, Jakarta, PT. Raja Grafindo

Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta, Bumi Aksara

Iswanto, Yun. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi kesatu, Cetakan pertama, Jakarta, Pusat Penerbitan universitas Terbuka.

Mathis,Robert L-Jackson, John H.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi 10,Jakarta, Salemba Empat.

Mathis, Robert L- Jackson, John H.2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta, Salemba Empat

Noe,Hollenbeck,Gerhart,Wright.2006. Human Resources Management :Gaining a Competitive Advantage. 5th edition. McGraw-Hill, International Edition.


(6)

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber daya Manusia untuk Perusahaan:dari Teori ke Praktik. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, Veithzal. 2005. Performance Appraisal:sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan. Edisi 1, Cetakan 1. Jakarta, PT. Raja Grafindo.

Schuller, Randal - Jackson, John H. 2001. MSDM menghadapi Abad ke 21.Edisi 7, Jilid 2. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Sugiono.2006. Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta

Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Edisi 6. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Yuli, Sri Budi Cantika. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia.Malang, UMM Press.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

7 42 200

Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waskita Karya Medan

16 160 138

Pengaruh Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant (AMP) Kawasan Medan.

33 162 116

Pengaruh Pengawasan Dan Jaminan K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan

20 113 78

Pengaruh Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PERTAMINA Unit Pemasaran - 1 Medan

1 32 117

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant

2 54 109

Pengaruh Promosi Jabatan dan Lingkungan Kerja Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada PT. Medan Daihatsu

3 79 129

Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan Divisi Engineering PT XYZ.

5 13 176

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Total Bangun Persada Tbk.

5 31 16

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Total Bangun Persada Tbk.

2 4 17