Konsep Tingkat Pelayanan Jalan

Keuntungan dari MERLIN adalah biaya rendah dan memungkinkan untuk digunakan pada negara berkembang. Gambar 2.7 : MERLIN Sumber : Comparison of Roughness Measuring Instruments Greggory Morrow, 2006

II.5 Konsep Tingkat Pelayanan Jalan

Kinerja perkerasan pavement performance harus dapat memberikan pelayanan yang aman dan nyaman selama umur rencana. Secara umum kinerja perkerasan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu cara objektif dan cara subjektif. Dengan cara objektif, parameter kinerja perkerasan diperoleh dari suatu pengukuran, seperti dengan menggunakan alat Roughometer NAASRA, Rolling-straight edges, MERLIN sedangkan dengan cara subjektif didasarkan kepada hasil pengamatan beberapa orang ahli. Suwardo 2004, salah satu parameter kinerja perkerasan yang dapat ditentukan dengan cara objektif adalah International Roughness Index IRI, disebut juga dengan ketidakrataan permukaan jalan, sedangkan Road Condition Index RCI, disebut juga dengan indeks kondisi jalan, dapat dikatagorikan kedalam penentuan parameter kinerja perkerasan secara subjektif. Kedua parameter kinerja perkerasan tersebut dikelompokan kedalam kinerja fungsional. Sukirman 1999, kinerja Universitas Sumatera Utara fungsional berhubungan dengan bagaimana jalan tersebut memberikan pelayanan kepada pemakai jalan yaitu berupa kenyamanan mengemudi. Selain kinerja fungsional tedapat juga kinerja struktural yang dipengaruhi oleh beban lalu lintas dan lingkungan yang dapat dinyatakan dengan parameter Present Serviceability Index PSI. 1. International Roughness Index IRI International Roughness Index IRI dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980. IRI digunakan untuk menentukan karakteristik profil memanjang dari jalur yang dilewati roda kendaraan untuk menentukan suatu pengukuran tingkat kekasaran permukaan yang standar. Satuan yang biasanya digunakan adalah meter per kilometer mkm atau millimeter per meter mmm. Pengukuran IRI didasarkan pada perbandingan akumulasi pergerakan suspensi kendaraan standar dalam mm, inchi, dll dengan jarak yang ditempuh oleh kendaraan selama pengukuran berlangsung dalam m, km, dll . IRI adalah parameter ketidakrataan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil memanjang dibagi dengan jarak panjang permukaan yang diukur. Sayer et al 1986 telah mengembangkan nilai IRI untuk berbagai umur perkerasan dan kecepatan. Untuk ketidakrataan permukaan jalan baru nilai IRI 4 mkm yang dapat ditempuh pada kecepatan 100 kmjam dan untuk jalan lama nilai IRI 6 mkm dengan kecepatan sekitar 80 kmjam, sepeti terlihat pada gambar di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 2.8 : International Roughness Index Sumber : Fengxuan Hu. 2004 Development Of A Direct Type Road Roughness Evaluation System 2. Road Condition Index RCI Road Condition Index RCI atau Indeks kondisi jalan adalah salah satu kinerja fungsional perkerasan yang dikembangkan oleh American Association of State Highway Officials AASHO pada tahun 1960an. Indeks kondisi jalan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kenyamanan dari suatu ruas jalan yang dapat diestimasi dari ketidakrataan perumkaan jalan. Indeks kondisi jalan dapat juga ditentukan dengan pengamatan langsung secara visual di lapangan oleh beberapa orang ahli. Indeks Kondisi Jalan Road Condition Index = RCI adalah skala dari tingkat kenyamanan atau kinerja dari jalan, dapat diperoleh Universitas Sumatera Utara dari pengukuran dengan alat roughometer ataupun secara visual. Skala angka RCI bervariasi dari nilai 2 – 10, yang dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini : Tabel 2.3. Kondisi Permukaan Jalan secara Visual Berdasarkan Nilai RCI RCI Kondisi permukaan jalan secara visual 8 – 10 Sangat rata dan teratur. 7 – 8 Sangat baik, umumnya rata. 6 – 7 Baik. 5 – 6 Cukup, sedikit sekali atau tidak ada lubang, tetapi permukaan jalan tidak rata. 4 – 5 Jelek, kadang-kadang ada lubang, permukaan jalan tidak rata. 3 – 4 Rusak, bergelombang, banyak lubang. 2 – 3 Rusak berat, banyak lubang dan seluruh daerah perkerasan hancur. ≤ 2 Tidak dapat dilalui, kecuali dengan 4 WD jeep. Sumber : Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung Dalam penentuan jenis pemeliharaan, maka pada tahap awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi jenis kerusakan yang akan ditinjau dan juga besar atau luasan kerusakan yang terjadi, sehingga didapat angka kerusakan dari tiap kerusakan yang terjadi. Adapun skala kerusakan dari tiap kategori kerusakan yang ditinjau berdasarkan metode bina marga adalah : 1. Keretakan Cracking, jenis keretakan yang di tinjau adalah retak kulit buaya, acak, melintang, memanjang dengan skala kerusakan 5, 4, 3, 1, dengan ketentuan lebar retakan 2 mm, 1 – 2 mm, 1 mm dengan skala kerusakan 3, 2, 1, serta luasan kerusakan 30 , 10 – 30 , 10 dengan skala kerusakan 3, 2, 1. Masing- masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. Universitas Sumatera Utara 2. Alur Rutting, diukur berdasarkan kedalaman kerusakan mulai dari skala 20 mm, 11 – 20 mm, 6 – 10 mm, 0 – 5 mm dengan skala kerusakan 7, 5, 3, 1. Masing- masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. 3. Lubang Potholes dan Tambalan Patching, diukur berdasarkan luasan kerusakan yang terjadi yang dimulai dari skala 30 , 20 – 30 , 10 – 20 , 10 dengan skala kerusakan 3, 2, 1, 0. Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. 4. Kekasaran permukaan, jenis kerusakan yang ditinjau adalah pengelupasan Desintegration , pelepasan butir raveling, kekurusan hungry, kegemukan fattybleeding , dan permukaan rapat close texture. Dengan skala kerusakan 4, 3, 2, 1, 0. 5. Amblas Depression, diukur berdasarkan kedalaman kerusakan yang terjadi dimulai dari skala 5100 m, 2 – 5 100 m, 0 – 2 100 m dengan skala kerusakan 4, 2, 1. Masing-masing keadaan skala menunjukkan kondisi mulai dari rusak berat sampai ringan. Dari hasil pengamatan tersebut, maka di dapat nilai dari tiap jenis kerusakan yang diidentifikasi, sehingga untuk menentukan penilaian kondisi jalan didapat dengan cara menjumlahkan seluruh nilai kerusakan perkerasan yang terjadi, dapat diketahui bahwa semakin besar angka kerusakan kumulatif maka akan semakin besar pula nilai kondisi jalan, yang berarti bahwa jalan tersebut memiliki kondisi yang buruk sehingga membutuhkan pemeliharaan yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara 3. Indeks Permukaaan atau Present Seviceability Index Indeks Permukaan IP atau Present Serviceability Index PSI dikenalkan oleh AASHTO berdasarkan pengamatan kondisi jalan meliputi kerusakan- kerusakan seperti retak-retak, alur, lubang, lendutan pada lajur roda, ketidakrataan permukaan dan sebagainya yang terjadi selama umur pelayanan. Tabel di bawah ini menunjukkan hubungan antara Indeks Permukaan PSI dengan Fungsi pelayanan jalan. Tabel 2.4: Hubungan Fungsi Pelayanan dan Indeks Permukaan IP No. Indeks Permukaan IP Fungsi pelayanan 1 4 – 5 Sangat baik 2 3 – 4 Baik 3 2 – 3 Cukup 4 1 – 2 Kurang 5 0 – 1 Sangat kurang Sumber : Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung AASHO Road Test selanjutnya memberikan persamaan Present Serviceability Index PSI yang merupakan fungsi kerusakan perkerasan antara lain : ketidakrataan, retak, alur, dan tambalan yang dinyatakan dalam persamaan : PSI = 5,03 – 1,09 log 1 + SV – 0,01 √ C + P – 1,38 RD² 2.2 Dimana : PSI = Present serviceability index SV = Slope variance Derajat kemiringan C = Cracking Retak P = Patching Tambalan Universitas Sumatera Utara RD = Rut dept Kedalaman alur Dari ketiga macam konsep tingkat pelayanan jalan ini memiliki hubungan satu sama lainnya, yaitu : Sukirman 1999 menyarankan korelasi kedua parameter yaity RCI dan IRI untuk Indonesia adalah seperti dinyatakan pada persamaan : 220920 , 1 0501 , 10 IRI EXP RCI × − × = 2.3 Dan dapat juga ditentukan berdasarkan hubungan grafik dibawah ini. Gambar 2.9 . Korelasi Antara Nilai RCI dan Nilai IRI Sumber : Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5 : Hubungan Antara RCI dengan IRI Sumber : Presentasi Program Jalan jembatan 1 Hubungan korelasi antara IRI dan RCI dapat dinyatakan dalam beberapa korelasi. Indeks Permukaan mempunyai hubungan dengan International Roughness Index IRI, dalam mkm . IP dinyatakan sebagai fungsi dari IRI dengan rumus : Untuk perkerasan jalan beraspal : PSI = 5 – 0,2937 X 4 + 1,1771 X 3 – 1,4045 X 2 Di mana : – 1,5803 X 2.4 X = Log 1 + SV ; SV = 2,2704 IRI 2 2.5 RCI I RI Kondisi Visual dari Permukaan Perkerasan Jenis Tipikal Permukaan 8 – 10 0 - 3 Sangat mulus dan teratur Campuran panas yang baru digelar 7 – 8 3 - 4 Sangat baik, umumnya mulus Campuran panas setelah beberapa tahun layanan 6 - 7 4 - 6 Baik Lapis Tipis yang lama dari campuran panas, NACAS yang baru, LASBUTAG yang baru 5 - 6 6 - 8 Cukup, sangat sedikit atau tidak ada lubang tetapi permukaan tidak teratur Lapen yang baru, NACAS yang baru, LASBUTAG setelah 2 tahun layanan, NACAS yang lama 4 - 5 8 – 10 Jelek, sesekali berlubang, permukaan tidak teratur Lapem setelah 2 tahun layanan, NACAS yang lama 3 - 4 10 – 12 Pecah, bergelombang, banyak lubang Lapen yang lama, NACAS yang lama, jalan kerikil yang kurang terpelihara 2 - 3 12 – 16 Sangat pecah-pecah, banyak lubang dan total bidang perkerasan hancur Semua jenis perkerasan tanpa layanan untuk waktu yang lama 2 16 Tidak dapat dilalui, kecuali 4WD Semua jenis perkerasan dianggap diabaikan Universitas Sumatera Utara SV = Variasi kemiringan 10 6 PSI = Present Serviceability Index x populasi dari variasi kemiringan pada interval 1ft IRI = International Roughness Index, mkm Paterson 1986 mengusulkan korelasi tersebut sebagai berikut: IRI EXP RCI 018 , 10 − = 2.6 dan Al Omari 1994 mengusulkan korelasi sebagai berikut: IRI EXP RCI 26 , 10 − = 2.7 Universitas Sumatera Utara

BAB III PERKEMBANGAN KETIDAKRATAAN JALAN