Evaluasi Jalan 1. Jenis Evaluasi Jalan

c. Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan konstruksi. d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas untuk jenis tanah tertentu. e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir granular soil yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan konstruksi.

II.2 Evaluasi Jalan

Perkerasan jalan harus memberikan kenyamanan , keamanan, pelayanan yang efisien kepada penguna jalan, dan memiliki kapasitas struktural yang mampu mendukung berbagai beban lalu lintas dan tahan terhadap dampak dari kondisi lingkungan Christopher Bennett, 2007. Evaluasi perkerasan jalan harus dilakukan secara teratur untuk megetahui kinerja sebuah perkerasan pada titik tertentu dan pada masa yang akan datang. Evaluasi ini akan menentukan kemampuan sebuah perkerasan jalan dalam memenuhi tiga fungsi dasar perkerasan jala kenyamanan, keamanan, dan efisiensi pelayanan. Pada gambar 2.2, skema sederhana fungsi dan karakteristik perkerasan berdasarkan jenis evaluasinya. Tabel 2.2. : Fungsi perkerasan dan Karakteristik perkerasan berdasarkan jenis evaluasi Jenis Evaluasi Fungsi Perkerasan Karakteristik Perkerasan Indikator dan indeks Serviceability Roughness IRI PSI Universitas Sumatera Utara Evaluasi Fungsional QI Safety Texture Makrotekstur Mikroteksture Skid Resistance Koefisien skid resistance IFI Evaluasi Struktural Kapasitas Structural Sifat Mekanik Perkerasan Deflections Kerusakan Jalan Cracking Surface Defects Profile Deformations Referencing System Location of Pavement Characteristic Data Sumber: Christopher Bennett, 2007 Data Collection Technologies for Road Management, Washington, D.C.

II.2. 1. Jenis Evaluasi Jalan

Evaluasi perkerasan ini akan mencatat karakteristik karakteristik yang mampu menggambarkan kinerja perkerasan melalui beberapa indeks. Berdasarkan pada karakteristik yang disurvei, evaluasi perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi evalusi fungsional dan evaluasi structural Christopher Bennett, 2007. 1. Evaluasi fungsional, yaitu evaluasi berupa informasi tentang karakteristik perkerasan jalan yang secara langsung mempengaruhi keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan serta pelayanan jalan. Karakteristik utama yang disurvei pada evaluasi fungsional ini adalah, dalam hal keamanan berupa kekesatan permukaan jalan skid resistance dan tekstur permukaan jalan surface texture, serta ketidakrataan jalan road roughness dalam hal pelayanan serviceability. Universitas Sumatera Utara 2. Evaluasi Struktural, yaitu evaluasi berupa informasi tentang kinerja struktur perkerasan terhadap beban lalu lintas dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini, survei katakteristik juga akan membantu dalam memperoleh informasi tentang kinerja struktur perkerasan, kerusakan perkerasan dan sifat mekanikal strukrural jalan. Kerusakan perkerasan secara tidak langsung akan mempengaruhi masalah fungsional jalan seperti kegemukan pada jalan pavement bleeding akan mempengaruhi kekesatan permukaan jalan skid resistance, dan retak pada sambungan jalan yang akan mempengaruhi ketidakrataan jalan road roughness. 3.

II.2.2 Karakteristik Perkerasan Jalan

Karakteristik- karakteristik perkerasan jalan ini akan dievaluasi secara manual atau dengan mengunakan peralatan khusus dan dihitung dengan mengunakan indikator atau kondisi indeks. Oleh karena penggunaan alat yang berbeda- beda, dibutuhkan korelasi persamaan sehingga membuat pengukuran dari peralatan yang berbeda menjadi sebanding. Karakteristik- karakteristik perkerasan jalan terdiri dari 1. Tekstur permukaan jalan Karakteristik ini menentukan keamanan dan kenyamanan penguna jalan. Dalam hal keselamatan, tekstur perkerasan jalan mempengaruhi kemampuan roda bergesekan dengan permukaan jalan dalam kondisi basah. Tekstur perkerasan jalan juga berpengaruh terhadap emisi kebisingan yang disebabkan oleh lalu lintas. Jenis jenis tekstur permukaan jalan : a. Microtekstur, yaitu tekstur yang memungkinkan adhesi antara ban karet dan permukaan jalan , sangat penting untuk menghindari kendaraan selip. b. Makrotekstur, yiatu tekstur yang dapat menyalurkan sebagian besar air dari bagian bawah roda kendaraan. Tekstur ini berkisar antara 0,5 mm samapi 0,5 cm. Universitas Sumatera Utara c. Megatekstur, yaitu tekstur yang berkisar antara 0,5 cm sampai 0,5 m. Megatekstur tidak memungkinkan roda kendaraan melakukan kontak ideal dengan permukaan jalan . Hal ini menyebabkan roda kendaraan “terpental” dari bagian megatekstur tersebut, yang berarti adhesi yang sesaat hilang antara bagian permukaan roda dengan permukaan jalan. Megatekstur adalah jenis karakteristik jalan yang harus dihindari, sementara mikrotekstur dan makrotekstur keduanya sangat berguna. Gambar 2.2 : Perbedaan Makrotekstur dan Mikrotekstur Sumber: Christopher Bennett, 2007 Data Collection Technologies for Road Management, Washington, D.C. 2. KekesatanPermukaan Jalan Skid Resistance Canek 2004 di dalam Christopher Bennett 2007 mendefenisikan kekesatan permukaan jalan dan hubungannya antara tekstur permukaan jalan dan kekesatan jalan , yaitu kendaraan akan mengalami selip ketika proses pengereman, percepatan serta manuver karena gesekan yang terjadi melebihi batas kekuatan gesekan yang dihasilkan oleh roda kendaraan dan permukaan jalan. Oleh karena itu, kekesatan permukaan jalan dapat didefenisikan sebagai batas koefisien gesekan antara roda kendaraan terhadap permukaan jalan dan rasio Universitas Sumatera Utara antara gaya horizontal pada proses pengereman, manuver, dan pada proses menikung terhadap gaya vertikal yang terjadi pada roda kendaraan akibat dari beban kendaraan . Kekesatan permukaan jalan dihasilkan dari fungsi utama tekstur permukaan jalan. Ketika tekstur permukaan jalan bersentuhan dengan roda kendaraan, gaya gesekan dapt dihasilkan. Dalam kondisi basah dan kecepatan rendah kurang dari 70 km jam, mikrotekstur lebih berperan dalam menghasilkan gaya gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan. Namun, dalam kecepatan tinggi lebih besar dari 70 kmjam, mikroteksure dan makrotekstur diperlukan untuk menghasilkan gesekan yang tinggi. Kekesatan permukaan jalan diukur dengan membandingkan antara tekstur permukaan dan korelasi gesekan perlawanan. International Friction Index IFI adalah salah satu metode penyajian data dari kekesatan permukaan jalan. 3. Sifat Mekanik dan Struktural Jalan Kapasitas Struktural jalan menunjukkan kemampuan perkerasan jalan dalam mendukung beban lalu lintas. Kapasitas struktural perkerasan biasanya ditentukan melalui evaluasi sifat mekanik dari setiap lapisan struktur perkerasan, seperti: modulus elastisitas, sifat kelelahan fatigue properties , penurunan kondisi deflection conditions, dan tegangan sisa tarik residual tensile stresses. Sifat sifat ini dapat diukur dengan penelitian di laboratorium atau dengan melakukan test non-destruktif langsung di lapangan. Gambar 2.3 : non destruktif test mengunakan falling Gambar 2.4: resilient modulus test weight deflectometer laboratorium Sumber: WASHINGTON STATE HIGHWAY PAVEMENTS 1999 Universitas Sumatera Utara 4. Kerusakan Jalan Kerusakan Jalan disebabkan oleh beban lalu lintas, kondisi lingkungan dan umur dari perkerasan. Jenis kerusakan, luas kerusakan, dan tingkat kerusakan adalah indikator kinerja perkerasan yang berkaitan langsung dengan kapasitas struktural. Evaluasi kerusakan jalan biasanya dilakukan secara manual, seperti retak yang merupakan indikasi paling umum yang sering digunakan. Pengumpulan data kerusakan jalan memiliki banyak metoda yang sehingga bentuk penyajiannya berbeda seperti : panjang kerusakan berbanding wilayah ; wilayah kerusakan berbanding angka. Oleh karena itu diperlukan suatu pembakuan dalam penyajian data. IRI merupakan pendekatan standar untuk pengumpulan data kerusakan yang umum digunakan. 5. Ketidakrataan Jalan Road Roughness Ketidakrataan jalan memiliki pengaruh yang berar terhadap biaya operasional kendaraan, keamanan, kenyamanan dan kecepatan perjalanan. Ketidakrataan jalan merupakan hal utama dalam menilai kinerja suatu perkerasan.

II.3. Pengertian dan Penyebab Ketidakrtaaan Jalan