Tahapan Atas Pembebanan Hak Tanggungan Pendaftaran Hak Tanggungan

objek hak tanggungan bahkan memperjanjikan. Bahwa objek hak tanggungan akan menjadi milik pemegang hak tanggungan, kalau debitor wanprestasi adalah batal demi hukum sesuai Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Dari penegasan bahwa yang bisa bertindak sebagai pemegang hak tanggungan adalah “orang-perseorangan” atau “badan hukum”, kita bisa menyimpulkan bahwa yang bisa menjadi pemegang hak tanggungan adalah orang alamiah ataupun badan hukum. Yang namanya badan hukum bisa Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perkumpulan yang telah memperoleh status sebagai badan hukum ataupun yayasan. Diatas tidak disebutkan Perseroan Komanditer atau commanditer venootschap. Ini membawa persoalan lain, yaitu apakah Perseroan Komanditer bisa bertindak sebagai pemegang hak tanggungan, mengingat bahwa Perseroan Komanditer di Indonesia belum secara resmi diakui sebagai badan hukum, sekalipun harus diakui, dalam praktik sehari-hari kita melihat adanya pengakuan secara tidak resmi dari anggota masyarakat, seakan- akan Perseroan Komanditer bisa mempunyai hak dan kewajiban sendiri. 41

C. Tahapan Atas Pembebanan Hak Tanggungan

Pembebanan hak tanggungan merupakan suatu proses yang terdiri atas dua tahap, yaitu diawali dengan tahap pemberian hak tanggungan dan akan diakhiri dengan tahap pendaftaran. Tata cara pembebanan hak tanggungan ini wajib memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 4 41 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku Satu, Cetakan Pertama, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Jakarta,1997, hal. 268. Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Tahap pemberian hak tanggungan dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang, dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan, untuk memenuhi syarat spesialitas. Sedangkan tahap pendaftaran hak tanggungan dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan KotaKabupaten setempat, dengan pembuatan buku tanah hak tanggungan dan Sertipikat Hak Tanggungan, untuk memenuhi syarat publisitas.

D. Pendaftaran Hak Tanggungan

Pendaftaran Akte Pembebanan Hak Tangungan APHT bertujuan untuk mendaftarkan hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan agar kepastian hukumnya terjamin, baik itu meliputi kepastian tentang subjek maupun objek haknya. Pendaftaran APHT dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian hukum antara pihak kreditur sebagai pemegang hak tanggungan dan pihak debitur sebagai pemberi hak hak tanggungan serta mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Adapun fungsi pendaftaran hak tanggungan adalah sebagai berikut : 1. Untuk membuktikan saat lahirnya dan mengikatnya hak tanggungan terhadap para pihak dan pihak ketiga. 2. Untuk menciptakan alat bukti adanya hak bagi yang berhak atau berwenang, bahwa tanah tersebut telah dibebankan oleh hak tanggungan. 3. Hak tanggungan yang lahir lebih dahulu merupakan kedudukan yang lebih tinggi daripada yang lahir kemudian. 4. Untuk menciptakan kepastian hukum bagi kreditur bahwa manakala debitur cidera janji, maka kreditur mendapatkan hak preferen sehingga sehingga mendahului kreditur-kreditur lain. 5. Untuk menciptakan perlindungan hukum bagi kreditur terhadap gangguan pihak ketiga. 6. Apabila Akta Pembebanan Hak Tanggungan APHT itu didaftarkan dalam register umum, maka janji yang terdapat dalam Akta Pembebanan Hak Tanggungan. 42 Melihat fungsi pendaftaran hak tanggungan tersebut, melambangkan bahwa kreditur pemegang hak tanggungan mendapatkan perlindungan serta kepastian hukum bahwa tanah yang dijaminkan oleh pemberi jaminan kepada pemegang jaminan mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak dan pihak ketiga, serta sebagai alat bukti bagi pemegang hak bahwa tanah yang telah dibebankan dengan hak tanggungan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang lahir kemudian. Untuk menjamin kepastian hukum maka pemerintah mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan- ketentuan yang diatur oleh PP Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, salah satu tujuan pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah suatu bidang tanah, satuan 42 J. Satrio, opcit, hal.143. rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Kepastian tentang obyek tanah apabila telah didaftarkan akan berguna bagi masyarakat pengguna khususnya yang berkaitan dengan kepemilikan atau manakala tanah tersebut akan dijaminkan. Pendaftaran atas hak-hak tanah dilakukan dengan mencatat dengan rinci identitas subyek pemilik dan obyek haknya, termasuk cara perolehannya, riwayat peralihan dan pembebanan haknya termasuk royanya. Kemudian obyeknya juga disebutkan jenis haknya, lamanya atau umur haknya dan dalam daftar surat ukur digambarkan secara rinci luas dan batas-batasnya. Kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan dan upaya UUPA untuk memberikan kepastian hukum atas hak-hak atas tanah. Prinsip seperti itu mestinya mempunyai efeknya pada pelaksanaan pendaftaran hak tanggungan. Menurut Pasal 13 UUHT, pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan ke kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja setelah penandatanganan APHT, PPAT wajib memberikan APHT yang bersangkutan dan berkas lainnya yang diperlukan pada kantor Pertanahan. Dengan pengiriman oleh PPAT, berarti akta dan berkas lain yang diperlukan itu disampakan ke kantor Pertanahan melalui petugasnya atau dikirim melalui pos tercatat. PPAT wajib menggunakan cara yang paling baik dan aman dengan memperhatikan kondisi di daerah dan fasilitas yang ada, serta selalu berpedoman pada tujuannya untuk didaftarkannya hak tanggungan itu secepat mungkin. Berkas lain yang dimaksud disini adalah meliputi surat-surat bukti yang melalui petugasnya atau dikirim melalui pos tercatat. PPAT wajib menggunakan cara yang paling baik dan aman dengan memperhatikan kondisi di daerah dan fasilitas yang ada, serta selalu berpedoman pada tujuannya untuk didaftarkannya hak tanggungan itu secepat mungkin. Berkas lain yang dimaksud disini adalah meliputi surat-surat bukti yang berkaitan dengan objek hak tanggungan dan identitas pihak-pihak yang bersangkutan, termasuk didalamnya sertifikat hak atas tanah dan surat-surat keterangan mengenai objek hak tanggungan. PPAT wajib melaksanakan ketentuan tersebut karena kewajibannya. Sanksi atas pelanggarannya akan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur jabatan PPAT. Pendaftaran hak tanggungan dilakukan oleh kantor Pertanahan atas dasar data di dalam APHT serta berkas pendaftaran yang diterimanya dan PPAT, dengan dibuatkan buku tanah hak tanggungan. Bentuk dan isi buku tanah hak tanggungan telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997 tentang penjelasan UUHT. Dengan dibuatnya buku tanah tersebut, hak tanggungan lahir dan kreditur menjadi kreditur pemegang hak tanggungan, dengan kedudukan mendahului dari kreditor-kreditor lain. Menurut pasal 13 angka 4 UUHT tanggal pembuatan buku tanah hak tanggungan adalah hari ke-7 setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran hak tanggungan. Jika hari ke-7 jatuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Kepastian tanggal buku tanah itu dimaksudkan agar pembuatan buku tanah hak tanggungan tidak berlarut-larut sehingga dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan dan mengurangi jaminan kepastian hukum. Untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sertifikat hak tanggungan diberi irah-irah dengan dengan membubuhkan pada sampulnya kalimat “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, Pasal 14 angka 2 dan 3 UUHT. Dengan pencantuman irah-irah tersebut pada sertifikat hak tanggungan, maka untuk itu dapat dipergunakan lembaga Parate Eksekusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 224 HIR dan 258 RBG. Setelah sertifikat hak tanggungan selesai dibuat, kemudian sertifikat hak tanggungan diserahkan kepada pemegang hak tanggungan yang bersangkutan.

BAB IV TINJAUAN YURIDIS PEMBEBABAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Tinjauan Yuridis Kedudukan Benda Jaminan Hak Tanggungan Kepada Bank yang Terkait Kasus Korupsi

9 69 143

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada Bank Perkreditan Rakyat Rokan Hulu

3 53 104

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) SEBAGAI JAMINAN KREDIT Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai Jaminan Kredit(Studi Kasus di Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat).

0 2 19

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Kota

0 2 19

PEMENUHAN ASAS SPESIALITAS DAN PUBLISITAS DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pemenuhan Asas Spesialitas Dan Publisitas Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi pada Pembuatan Akta Pembebanan Hak Tanggungan Di Kantor

0 3 11

PEMENUHAN ASAS SPESIALITAS DAN PUBLISITAS DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pemenuhan Asas Spesialitas Dan Publisitas Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi pada Pembuatan Akta Pembebanan Hak Tanggungan Di Kantor

5 64 18

BAB II ANALISIS PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT MENURUT UU NO.10 TAHUN 1998 A. Dasar Hukum Perjanjian Kredit. - Tinjauan Yuridis Pembebanan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit (Studi Kasus pada PP No. 24 Tahun 1997)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Pembebanan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit (Studi Kasus pada PP No. 24 Tahun 1997)

0 0 9