Prosedur Pemberian Kredit Menurut UU No. 10 Tahun 1998

7 Membayar biaya sehubungan dengan penagihan pinjaman 8 Menjaga dan memelihara segala sesuatu yang diserahkan hak miliknya 9 Mematuhi segala ketentuan yang termuat di dalam perjanjian kredit 22 Dalam setiap pemberian kredit akan timbul hak dan kewajiban. Bank hanya dapat mempertimbangkan pemberian kredit bila calon nasabah tersebut merupakan subjek hukum karena subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban artinya dapat menerima hak dan dibebankan kewajiban. . Di dalam Pasal 1131 KUH Perdata terdapat asas umum seorang kreditur terhadap debiturnya, yang ditentukan bahwa : “segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”. Jadi hak tagih seorang kreditur dijamin dengan : 1. Semua barang-barang debitor yang sudah ada, yang artinya sudah ada pada saat hutang dibuat. 2. Semua barang yang akan ada disini berarti barang-barang yang pada saat pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitor, tetapi kemudian menjadi miliknya. Dengan kata lain hak kreditur meliputi barang-barang yang akan menjadi milik debitor, asal kemudian benar-benar jadi miliknya, baik barang bergerak maupun tidak bergerak.

C. Prosedur Pemberian Kredit Menurut UU No. 10 Tahun 1998

22 Ibid, hal. 46. Sebelum memberikan kredit, bank melakukan analisa yang dikenal dengan istilah The fives of credit atau 5 c, 23 Watak atau character adalah sifat dasar yang ada dalam hati seseorang. Watak dapat berupa baik dan jelek bahkan ada yang terletak diantara baik dan jelek. Watak merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui risiko. Tidak mudah untuk menentukan watak seorang debitur apalagi debitur yang baru pertama kali mengajukan permohonan kredit. Untuk mengetahui watak seseorang dapat mengetahui ciri-ciri orang tersebut seperti misalnya peminum minuman keras, suka berjudi, suka menipu, dan lain sebagainya. Untuk petugas analis perlu melakukan penyelidikan atau mencari berbagai informasi mengenai watak seorang pemohon kredit karena watak dan tabiat menjadi dasar penilaian utama. Meskipun analisa dari berbagai aspek baik tetapi kalau watak seorang pemohon kredit jelek maka akibatnya risiko kredit menjadi besar. Watak dapat diartikan sebagai kepribadian, moral dan kejujuran pemohon kredit. Debitor yang mempunyai watak suka minuman keras, berjudi dan tidak jujur kemungkinan besar akan melakukan penyimpangan dalam menggunakan kredit. Kredit digunakan tidak sesuai sesuai tujuan yang ditetapkan dalam perjanjian kredit akibatnya proyek yang dibiayai dengan kredit tidak menghasilkan pendapatan sehingga mengakibatkan kredit macet. Oleh karena itu seorang analis perlu menyelidiki dan mencari informasi tentang asal-usul kehidupan pribadi pemohon kredit. yaitu : 1. Character Watak 23 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana, 2010, hal.251-252. 2. Capital Modal Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha atau bisnis sangat memerlukan modal untuk memperlancar kegiatan bisnisnya. Seorang yang akan mengajukan permohonan kredit baik untuk kepentingan produktif atau konsumtif maka orang itu harus memiliki modal. Misalnya orang yang akan mengajukan kredit pemilikan rumah KPR untuk membeli sebuah rumah maka pemohon kredit harus memiliki modal untuk membayar uang muka. Uang muka itulah sebagai modal sendiri yang dimiliki pemohon kredit sedangkan kredit berfungsi sebagai tambahan. 3. Capacity Kemampuan Seorang debitor yang mempunyai karakter atau watak baik selalu akan memikir kan mengenai pembayaran kembali hutangnya sesuai waktu yang ditentukan. Untuk dapat memenuhi kewajiban pembayaran debitor harus memiliki kemampuan yang memadai yang berasal dari pendapatan pribadi jika debitur perorangan atau pendapatan perusahaan bila debitur berbentuk badan usaha. Seorang analis harus mampu menganalisa kemampuan debitur untuk membayar kembali hutangnya. Bagi debitor perorangan analis harus mendapat informasi yang benar penghasilan atau pendapatan debitor. Apa pekerjaan, usaha debitor yang mengindikasikan debitor memperoleh pendapatan sehingga memberi keyakinan adanya kemampuan debitor. 4. Collateral Jaminan Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan hutang jika dikemudian hari debitor tidak melunasi hutangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta kekayaan yang dijadikan jaminan itu. Jaminan meliputi jaminan yang bersifat materiil berupa barang atau benda materiil yang tidak bergerak seperti tanah, bangunan, atau benda tidak bergerak misalnya mobil, motor, saham, dan jaminan yang bersifat inmateriil merupakan jaminan yang secara fisik tidak dapat dikuasai langsung oleh bank misalnya jaminan pribadi Borgtocht, Garansi Bank Bank lain. Fungsi jaminan guna memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang jaminan tersebut bilamana debitur tidak dapat melunasi hutangnya pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian. 5. Condition of Economy Kondisi ekonomi Selain faktor-faktor diatas, yang perlu mendapat perhatian penuh dari analis adalah kondisi ekonomi negara. Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi pada kurun waktu kredit dapat mempengaruhi usaha dan pendapatan pemohon kredit untuk melunasi hutangnya. Adapun Syarat kualitatif untuk calon debitur perorangan yakni : 1 Dewasa. Ketentuan kedewasaan pada Bank adalah ketentuan dewasa menurut batas umur 21 tahun untuk yang belum menikah dan 17 tahun jika sudah kawin dengan persetujuan suami-istri. 2 Cakap hukum, dalam arti tidak berada atau dibawah pengampuan. 3 Ada jaminan, baik berupa jaminan benda maupun jaminan perorangan 24 b Untuk kepentingan Pemerintahan, bermanfaat untuk menjaring wajib pajak . Syarat adminitrasi yang harus dipenuhi bagi calon debitur antara lain : 1 Identitas para pihak, dalam bentuk KTP, SIM, Paspor 2 Kartu keluarga, kegunaannya yakni : a Untuk mengetahui status kawin. b Untuk mengetahui dimana ia berada c Untuk mengetahui status dalam keluarga NPWP dengan dilampiri KTP, ini bertujuan untuk kepentingan : a Untuk Kepentingan Bank, sebagai syarat permulaan sejarah kredit calon debitur, ini dilakukan melalui online sistem. 25 24 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal .69 25 Edy Putra Aman. Kredit Perbankan, suatu Yuridis, Liberty, Yogyakarta, Cet ketiga. 2001, hal. 45. 24 Ibid. . Adapun syarat badan hukum untuk calon debitur yaitu : 1 Surat Izin Pendirian Perusahaan SIPP. 2 Akte Pendirian Perusahaan 3 Surat Izin Tempat Usaha SITU 4 Tanda Daftar Perusahaan TDP 5 NPWP Perusahaan 6 Identitas Pengelola Perusahaan KTP Pengurus 7 Struktur Organisasi Perusahaan 8 SPT Perusahaan 9 Dokumen Pendukung lainnya 26 .

BAB III TINJAUAN SECARA UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN

UU NO. 4 TAHUN 1996

A. Dasar Hukum Hak Tanggungan

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan , Pasal 1 butir 1 adalah : “Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut hak tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lainnya.” Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu hak tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan utang, dengan hak mendahulu, dengan objek jaminannya berupa hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang- undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 27 27 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hal.13. 26 Penjelasan Umum angka 3 UUHT Hak tanggungan sebagai lembaga jaminan atas tanah yang kuat dan mampu

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Tinjauan Yuridis Kedudukan Benda Jaminan Hak Tanggungan Kepada Bank yang Terkait Kasus Korupsi

9 69 143

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada Bank Perkreditan Rakyat Rokan Hulu

3 53 104

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) SEBAGAI JAMINAN KREDIT Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai Jaminan Kredit(Studi Kasus di Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat).

0 2 19

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Kota

0 2 19

PEMENUHAN ASAS SPESIALITAS DAN PUBLISITAS DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pemenuhan Asas Spesialitas Dan Publisitas Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi pada Pembuatan Akta Pembebanan Hak Tanggungan Di Kantor

0 3 11

PEMENUHAN ASAS SPESIALITAS DAN PUBLISITAS DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pemenuhan Asas Spesialitas Dan Publisitas Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi pada Pembuatan Akta Pembebanan Hak Tanggungan Di Kantor

5 64 18

BAB II ANALISIS PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT MENURUT UU NO.10 TAHUN 1998 A. Dasar Hukum Perjanjian Kredit. - Tinjauan Yuridis Pembebanan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit (Studi Kasus pada PP No. 24 Tahun 1997)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Pembebanan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit (Studi Kasus pada PP No. 24 Tahun 1997)

0 0 9