Program Imunisasi Hepatitis B di Indonesia

HbsAg pada ibu sangat dominan untuk penularan. Sebaiknya walaupun ibu mengandung HbsAg positif namun bila HbsAg dalam darah negatif maka daya tularnya menjadi rendah Shikata T, 1984, cit Sulaiman, 1995. Masa masuknya virus kedalam tubuh sampai timbulnya gejala masa inkubasi bervariasi mulai dari 45-180 hari dan rata-rata 60-90 hari Chin, 2000. Kemungkinan Hepatitis B menjadi kronik, bervariasi tergantung usia terinfeksi virus Hepatitis B. Infeksi pada saat kelahiran umumnya tanpa manifestasi klinik tapi 90 kemunkinan kasus menjadi kronik, di lain pihak apabila infeksi Hepatitis B terjadi pada usia dewasa muda maka akan timbul manifestasi klinik risiko berkembang menjadi kronik hanya 1 Isselbacher, 2000. Kurang dari 10 infeksi Hepatitis virus akut pada anak-anak dan 30 - 50 pada orang dewasa terdeteksi secara klinis. Penderita umumnya mengalami gejala klinis nafsu makan menurun, nyeri perut, mual, muntah dan kadang – kadang disertai nyeri sendi dan rash dan sering berlanjut ke jaundice Chin, 2000.

2.4 Program Imunisasi Hepatitis B di Indonesia

Imunisasi Hepatitis B dimaksudkan agar individu membentuk antibodi yang ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi virus Hepatitis B. Tujuan umum pemberian imunisasi Hepatitis B yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B, dengan tujuan khususnya adalah memberikan imunisasi Hepatitis B, tiga dosis kepada minimal 80 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA bayi berumur 0–11 bulan dengan memberikan dosis pertama sedini mungkin sebelum bayi berumur 7 hari Depkes RI, 2000. Pemberian imunisasi Hepatitis B sesuai dengan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2000 harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan. Bayi dilahirkan dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui, diberikan vaksin rekombinan HB Vax-IIug atau engerix B 10 ug atau vaksin plasma derived 10 mg secara intra muscular dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui HbsAg ibu positif segera diberikan 0,5 ml HBIG Hepatitis B Immune Globulin sebelum usia anak satu minggu. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan HB Vak- II 5 mg atau engerix B 10 mg intra muscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1–2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan HB Vak-II dengan dosis minimal 2,5 ug atau engerix B 10 ug, vaksin plasma derived dengan dosis 10 ug intra muscular saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1 – 2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Pemberian imunisasi Hepatitis B segera setelah lahir di Indonesia masih sulit. Kesulitan itu antara lain karena masyarakat belum bias menerima penyuntikan pada bayi baru lahir dan kontak tenaga kesehatan dengan bayi baru lahir kurang karena sebagian persalinan masih ditolong oleh dukun Depkes RI, 2000. Koordinasi UNIVERSITAS SUMATRA UTARA pelaksanaan imunisasi Hepatitis B dilakukan oleh petugas KIA dan imunisasi. Pemberian imunisasi HB 0-7 hari menjadi kewenangan petugas KIA sedangkan HB 2 dan HB 3 kewenangan petugas imunisasi. Penjangkauan bayi baru lahir dengan memantau kohort ibu hamil yang dimulai saat ANC. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dosis pertama imunisasi Hepatitis B diberikan segera setelah lahir sedangkan persalinan yang ditolong oleh dukun, penjangkauannya berdasarkan laporan keluargakaderdukun kepada tenaga kesehatanbidan desa Depkes RI, 2002b. Vaksin Hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling kuat mantel virus yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin HB akan rusak karena pembekuan dan karena pemanasan. Vaksin ini paling baik disimpan pada suhu 2-8ºC. adanya perkembangan baru untuk vaksin Hepatitis B yang disebut uniject prefilled syring Hepatitis B Uniject HB. Penggunaan uniject HB oleh bidan di desa adalah salah satu alternatif utama dalam upaya pengembangan Hepatitis B agar bisa segera memberikan imunisasi pada bayi baru lahir 0-7 hari untuk mencegah terjadinya transmisi vertikal Depkes RI, 2000.

2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketepatan Pemberian Imunisasi

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Tahun 2012

6 127 73

Analisis Ketepatan Pemberian Imunisasi HB-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Patiluban Mudik Kecamatan Natal Tahun 2012

2 35 138

EVALUASI PENATALAKSANAAN IMUNISASI DPT-HB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WRINGIN KECAMATAN WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

2 24 19

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONCENT) Analisis Ketepatan Pemberian Imunisasi HB-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Patiluban Mudik Kecamatan Natal Tahun 2012

0 0 38

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Hepatitis B - Analisis Ketepatan Pemberian Imunisasi HB-0 Di Wilayah Kerja Puskesmas Patiluban Mudik Kecamatan Natal Tahun 2012

0 3 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Ketepatan Pemberian Imunisasi HB-0 Di Wilayah Kerja Puskesmas Patiluban Mudik Kecamatan Natal Tahun 2012

0 0 12

ANALISIS KETEPATAN PEMBERIAN IMUNISASI HB-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATILUBAN MUDIK KECAMATAN NATAL TAHUN 2012 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

0 0 19

Analisis Ketepatan Pemberian Imunisasi HB-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Patiluban Mudik Kecamatan Natal Tahun 2012

0 0 38

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Hepatitis B - Analisis Ketepatan Pemberian Imunisasi HB-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Patiluban Mudik Kecamatan Natal Tahun 2012

0 0 17

ANALISIS KETEPATAN PEMBERIAN IMUNISASI HB-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATILUBAN MUDIK KECAMATAN NATAL TAHUN 2012 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

0 0 19