Pahat Potong TINJAUAN PUSTAKA

dari sudut pandang ekologi disebut dengan pemesinan hijau green machining merupakan jalan keluar dari masalah tersebut. Melalui pemesinan kering diharapkan disamping aman bagi lingkungan, juga bisa mereduksi ongkos produksi.

2.5. Pahat Potong

Prinsip dasar pemesinan adalah kemampuan ketangguhan toughness pahat terhadap benda kerja termesin. Banyak perkembangan pada bahan pahat guna meningkatkan kemampumesinan dimana geometri dan bahan pahat merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Syarat bahan pahat yang harus dipenuhi mencakup: 1. Kekerasan terutama pengerasan karena panas, dengan tujuan untuk menjaga suhu pemotongan dan mencegah perubahan bentuk plastik Plastic Deformation. 2. Ketangguhankeuletannya harus dapat menahan beban kejut sewaktu pemesinan. 3. Rendah sifat adhesi terhadap benda kerja untuk mencegah BUE Built Up Edge. 4. Rendah penyerapan solubility pahat terhadap unsur benda kerja untuk mencegah aus pahat Schey, 2000. 5. Tahan aus untuk mendapatkan umur pahat yang panjang. 6. Kemampuan kesetimbangan secara kimia terhadap pengaruh benda kerja Kalpakjian, 1995. 27 Universitas Sumatera Utara Pada bidang manufaktur dikenal jenis pahat yang tersedia adalah Baja Karbon, HSS, Paduan Kobalt Cor, Karbida, Keramik, CBN Cubic Boron Nitride dan Intan. Agar dapat menetapkan jenis pahat yang tepat, maka perlu pertimbangan pemilihan berdasarkan pada sifat-sifat pahat yang berhubungan dengan kekerasan, ketahanan aus, kekuatan dan ketangguhan. Kekerasan, ketahanan aus, kekuatan dan ketangguhan dari jenis pahat dapat dibandingkan dengan melihat seperti yang tertera pada Gambar 2.10 dan 2.11 serta Tabel 2.1. Dimana kekerasan dan ketahanan aus pahat terhadap kekuatan dan dan ketangguhan dapat dibandingkan dengan suhu pemanasan dan nilai kekerasan. Sumber: Kalpakjian 1995 Gambar 2.10. Kekerasan Panas dan Ketahanan Aus Pahat Terhadap Kekuatan dan Ketangguhan 200 400 55 60 65 70 75 80 85 90 95 600 800 1000 1200 1400 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 100 300 500 700 Temperatur o F K e ke ra sa H R A C a rb o n T o o l S te a ls Carbid a Ceramics Cast A lloys H ig h S pe ed S te als H R C Universitas Sumatera Utara Sumber: Kalpakjian 1995 Gambar 2.11. Tingkat Kekerasan dan Ketahanan Aus Pahat Terhadap Temperatur Tabel 2.1. Perbandingan Sifat Pahat Sumber: Rochim 1993, dan Kalpakjian 1995 Sesuai dengan topik yang dipilih maka pada penelitian ini jenis pahat difokuskan pada CBN Cubic Boron Nitride untuk proses pemesinan keras dengan laju potong yang tinggi. CBN termasuk jenis keramik, yang diperkenalkan oleh GE Schey, 2000. Dibuat dengan penekanan panas HIP, 60 kbar, 1500 o C sehingga Bahan pahat Laju Pemotongan mmenit Temperatur kekerasan panas C Kekerasan HRA Baja Karbon 10 300 60 HSS 25-65 650 83-86 Paduan Kobalt Cor 50-200 925 82-84 Karbida ÷ 650 1200 90-95 Keramik 330-650 2000 91-95 CBN 500-800 1300 100-110 Intan 300-1500 650 115-125 Intan, CBN Aluminium Oksida HIP Aluminium Oksida + 30, Titanium Karbida Silikon Nitride Carmet Karbida bersalut Karbida HSS K e ke ra s a n P a n a s d a n K e ta h a n a n A u s Kekuatan dan Ketangguhan Kek er asan H R A Universitas Sumatera Utara serbuk graphit putih Nitride Boron dengan struktur atom heksagonal berubah menjadi struktur kubik. Pahat sisipan CBN dapat dibuat dengan menyinter serbuk BN tanpa atau dengan material pengikut Al 2 O 3 TiN atau Co. Hard hardness CBN ini sangat tinggi, CBN ini dapat digunakan untuk pemesinan berbagai jenis baja dalam keadaan dikeraskan hardeneed steel, besi tuang, HSS maupun karbida semen. Afinitas terhadap baja sangat kecil dan tahan terhadap perubahan reaksi kimiawi sampai dengan temperatur pemotongan 1300 o 2.5.1. Umur Pahat C laju potong yang tinggi. Umur pahat sangat tergantung pada keausan yang dialaminya. Semakin besar keausan yang dialami pahat maka kondisi pahat akan semakin kritis. Jika pahat tersebut masih tetap digunakan maka pertumbuhan keausan akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung pahat akan rusak sama sekali sehingga tidak layak lagi untuk digunakan, artinya pahat telah sampai pada tahapan umur maksimal penggunaannya. Keausan yang terjadi dapat menimbulkan peningkatan gaya pemotongan sehingga akan berdampak pada kerusakan pahat yang lebih fatal, kerusakan mesin perkakas, dan kerusakan pada benda kerja, oleh karena itu perlu ditetapkan batas harga keausan yang dianggap sebagai batas kritis dimana pahat tidak boleh digunakan lagi. Pengaruh kondisi pemotongan terhadap umur pahat telah dinyatakan berdasarkan pengembangan formula Taylor sesuai persamaan berikut ini: v × Tc × n = C × f × p × a × q ..................................... 2.14 30 Universitas Sumatera Utara Dimana: v = Laju pemotongan mmmin Tc = Umur pahat min C = Konstanta. f = Gerak Makan mmrev. a = Kedalaman potong mm p = Pangkat untuk tebal pemakanan. q = Pangkat untuk kedalaman potong 2.5.2. Suhu Pemotongan dan Aus Pahat Hampir seluruh energi pemotongan diubah menjadi panas melalui proses gesekan, yaitu antara serpihan dengan pahat, dan antara pahat dengan benda kerja. Panas ini sebagian besar terbawa oleh serpihan, sebagian merambat melalui pahat dan sisanya mengalir melalui benda kerja seperti yang terlihat pada Gambar 2.12. Sumber: Wijngaard 2004 Gambar 2.12. Perbandingan Panas yang diserap Pahat a. Pahat tidak berlapis b. Pahat berlapis uncoated coated Universitas Sumatera Utara Karena tekanan yang besar akibat gaya pemotongan serta suhu yang tinggi maka permukaan aktif pahat akan mengalami aus. Aus tersebut makin lama makin membesar yang selain memperlemah pahat juga akan memperbesar gaya pemotongan sehingga dapat menimbulkan kerusakan dan mempengaruhi kualitas permukaan benda kerja termesin Rochim, 1993. 2.6. Bahan Teknik Pembagian dari pada bahan teknik dapat dilihat pada Gambar 2.13. Bahan logam ferro adalah suatu logam yang memiliki dasar paduan besi ferrous, sedangkan unsur lain hanyalah sebagai unsur tambahan untuk mendapatkan sifat bahan sesuai dengan aplikasi dalam penggunaannya. Bahan logam non ferro adalah bahan yang memiliki unsur logam tetapi tidak ada unsur besi ferrous. Sumber: Kalpakjian 1995 Gambar 2.13. Diagram Pembagian Material Teknik Universitas Sumatera Utara 2.6.1. Sifat dan Karakteristik Logam Logam mempunyai beberapa sifat antara lain: sifat mekanis, sifat fisika, sifat kimia dan sifat pengerjaan. Sifat mekanis adalah kemampuan suatu logam untuk menahan beban yang diberikan pada logam tersebut. Pembebanan yang diberikan dapat berupa pembebanan statis besar dan arahnya tetap, ataupun pembebanan dinamis besar dan arahnya berubah. Yang termasuk sifat mekanis pada logam, antara lain: kekuatan bahan strength, kekerasan elastisitas, kekakuan, plastisitas, kelelahan bahan, sifat fisika, sifat kimia, dan sifat pengerjaan. Kekuatan strength adalah kemampuan material untuk menahan tegangan tanpa kerusakan. Beberapa material seperti: baja struktur, besi tempa, alumunium, dan tembaga mempunyai kekuatan tarik dan tekan yang hampir sama. Sementara itu, kekuatan gesernya kira- kira dua pertiga kekuatan tariknya. Ukuran kekuatan bahan adalah tegangan maksimumnya, atau gaya terbesar persatuan luas yang dapat ditahan bahan tanpa patah. Untuk mengetahui kekuatan suatu material dapat dilakukan dengan pengujian tarik, tekan, atau geser. Kekerasan hardness adalah ketahanan suatu bahan untuk menahan pembebanan yang dapat berupa goresan atau penekanan. Kekerasan merupakan kemampuan suatu material untuk menahan takik atau kikisan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material digunakan uji Brinell. Kekakuan adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk atau deformasi setelah diberi beban. Kelelahan bahan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban yang berganti-ganti dengan tegangan maksimum diberikan pada setiap pembebanan. 33 Universitas Sumatera Utara Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima beban yang mengakibatkan perubahan bentuk. Elastisitas merupakan kemampuan suatu material untuk kembali ke ukuran semula setelah gaya dari luar dilepas. Elastisitas ini penting pada semua struktur yang mengalami beban yang berubah-ubah terlebih pada alat-alat dan mesin-mesin presisi. Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan padat untuk mengalami perubahan bentuk tetap tanpa ada kerusakan. Sifat fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika seperti adanya pengaruh panas atau listrik. Yang termasuk sifat-sifat fisika adalah sebagai berikut: titik lebur, kepadatan, daya hantar panas, dan daya hantar listrik. Sifat kimia adalah kemampuan suatu logam dalam mengalami peristiwa korosi. Korosi adalah terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan dengan lingkungannya. Secara garis besar ada dua macam korosi, yaitu: korosi karena efek galvanis dan korosi karena reaksi kimia langsung.

2.7. Pemilihan Bahan