Bab 1 yang bener

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi kuatitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang terus menurun terutama untuk air minum. Sebagai sumber air minum bagi masyarakat, air harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas (WHO, 2004).

Kualitas sumber air dari sungai-sungai penting di Indonesia umumnya tercemar amat sangat berat oleh limbah organik yang berasal dari limbah penduduk, industri dan lainnya. Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan suatu daerah, yaitu seringnya mempunyai multi fungsi yang sangat vital diantaranya sebagai sumber air minum, industri dan pertanian atau juga pusat listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai sarana rekreasi air.

Berdasarkan klasifikasi dan kriteria mutu air dalam PP No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, air sungai masuk pada kelas 1, yaitu air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Meninjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat secara fisik, kimia, dan mikrobiologi. Persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa atau tawar, tidak berbau, temperatur normal, dan tidak mengandung zat padatan yang dinyatakan dengan TSS, TDS, TS, uji kekeruhan. Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen, bahan organik yang dinyatakan dengan BOD, COD, DO, pH. Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui baku mutu air adalah melalui pengukuran kandungan zat padatan TSS ( Total Suspended Solid), TDS ( Total Dissolved Solid)


(2)

1.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan air sampel

2. Untuk mengetahui nilai Total Disolved Solid (TDS) yang terlarut dalam sampel 3. Untuk mengetahui nilai Total Suspended Solid (TSS) yang terlarut dalam sampel

4. Untuk mengetahui tingkat daya hantar listrik dalam sampel

BAB II


(3)

2.1 Tinjauan Pustaka

Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk sebuah lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau dan waduk akan menguap menjadi uap air. Titik uap akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap di awan akan terkondensasi menjadi butiran-butirn air hujan. Selanjutnya hujan membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah sehingga membentuk mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan. Siklus air tersebut akan berputar terus menerus

2.2. Persyaratan Fisika

Secara fisik, kualitas air dapat diketahui dengan menggunakan indera penglihatan, perasa, penciuman, dan mencicipi untuk mengetahui rasa, kekeruhan, warna dan bau. Standar uji fisika antara lain:

2.2.1. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organiktersuspensi yang menambah kekeruhan air.

Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjer-nihan air. Satuan kekeruhan yang biasa digunakan sebagai berikut :


(4)

b) NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Batas maksimal yangdiperbolehka n oleh US Environmental Protection Agency adalah 0,5-1 unit kekeruhan (NTU). Dalam batas ini, air boleh digunakansebagai air minum.

Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas minimal kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. 2.2.2. Tidak berbau dan tidak berasa

Air yang mempunyai kualitas baik adalah tidak berbau dan tidak berasa. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan indra perasa. Air yang mempunyai bau dan berasa mengindikasikan ada terjadi proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam air, disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat dalam air atau penyebab lainnya yang menyebabkan air tidak layak untuk dikonsumsi

2.2.3. Total Solid

Total padatan (Total Solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh air setelah dipanaskan pada suhu 103°-105°C selama tidak kurang dari 1 jam. Bahan ini tertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi. Total solid pada air terdiri dari total padatan terlarut (Total Dissolved Solids) dan total zat padat tersuspensi(Total Suspended Solids). 2.2.4. Total Dissolved Solid

Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Total dissolved Solids yang terkandung di dalam air biasanya berkisar antara 20 sampai 1000mg/L. Pengukuran total solid dikeringkan dengan suhu 103 sampai


(5)

105°C. Digunakan suhuyang lebih tinggi agar air yang tersumbat dapat dihilangkan secara mekanis.

Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram.B,2014).

Sumber utama untuk Total Dissolved Solids (TDS) dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan Total Dissolved Solids (TDS) yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batudan tanah.

Sesuai regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) USA, menyarankan bahwa kadar maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500 mg/L (500 ppm). Kini banyak sumber-sumber air yang mendekati ambang batas ini. Saat angka penunjukan Total Dissolved Solids (TDS) mencapai 1000 mg/L maka sangat dianjurkan untuk tidak dikonsumsi manusia.

2.2.5. Total Suspended Solid

Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah

residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Total Suspended Solid (TSS) menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan


(6)

tidak dapat langsung mengendap. Total Suspended Solid (TSS) terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya leih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008).

TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Total Suspended Solid (TSS) umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai Total Suspended Solid (TSS). 2.2.6. Warna

Warna pada air dapat disebabkan oleh macam-mcam bahan kimia atau organik. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. Permenkes menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang layak untuk diminum adalah 15 skala TCU.

2.3. Persyaratan Kimia

Uji Analisa kualitas air secara kimia sederhana ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan kimia dalam sampel air. Dengan mata telanjang tidak dapat diketahui keberadan zat kimianya. Namun ini bisa dilakukan dengan uji sederhana yaitu membuat teh menggunakan sampel air yang akan diuji. Teh disini berfungsi sebagai penunjuk saja, jika sampel yang diuji mengalami perubahan warna, lendir atau terdapat minyak pada lapisan atas, maka air tersebut mengandung bahan kimiawi. Semakin cepat perubahan yang terjadi maka semakin tinggi pula kandungan kimia yang ada pada sampel tersebut.


(7)

Bila perubahannya lambat atau baru berubah setelah pengamatan satu malam, kandungan kimiawinya lebih sedikit, namun tetap air itu kurang baik dikonsumsi. Air yang mengandung tingkat kesadahan dan kandungan logam tinggi dapat terlihat bila air teh berubah menjadi hitam, ungu atau biru. Standar baku kimia air layak minum meliputi:

2.3.1. Derajat keasaman (pH)

pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan

asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat. Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis

dengan H2O berdasarkan reaksi (2.16).

H2O ↔ H+ + OH-...

(2.16) Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH derajat keasaman yang dinyatakan dengan persamaan (2.17)

pH = – log [H+]...

(2.17) Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l.

Nilai disosiasi (Kw) pada suhu 25°C sebesar 10-14 seperti yangditunjukkan pada

persamaan (2.18).

[H+] + [OH-] = Kw...(2.18)

Skala pH berkisar antara 0– 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut : a) pH = 7 menunjukkan keadaan netral

b) 0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam

c) 7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)

Air minum sebaiknya netral, tidak asam atau basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH


(8)

standar untuk air minum sebesar 6,5– 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal, larutan indikator

universal (metode Colorimeter)

dan pHmeter (metode Elektroda Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk mengetahui keadaan larutan sehingga dapat diketahui kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut reaksi asam basa

2.3.2. Kandungan bahan kimia organik

Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu tubuh membutuhkan bahan kimia organik namun apabila melebih batas akan menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi karena bahan kimia organik yang melebihi batas akan terurai dan menimbulkan gangguan pada tubuh. Bahan kimia organic tersebut antara lain seperti: NH4, H2S, SO42-, dan

NO

3-2.3.3. Kandungan Bahan kimi anorganik

Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam bahan kimia anorganik antara lain garam dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).

2.3.4. DHL (Daya Hantar Listrik)

Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.

Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya. Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk


(9)

menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.

Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran

DHL berguna dalam hal sebagai berikut :

a) Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.

b) Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.

c) Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.perkirakan jumlah zat dikonsumsi atau tidak

BAB III METODA 3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum analisis pendahuluan (fisika-kimiawi) kekeruhan air, TDS,TSS, DHL, dan warna ini dilaksanakan hari Selasa, 4 April 2017, dari jam 07.00 sampai 16.30 WIB bertempat di Laboratorium Lingkungan Gedung K Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknik Lingkungan, Kampus A Universitas Trisakti. Pengambilan


(10)

sampel sendiri terletak di titik 2 yaitu sungai sebelah pos polisi Tanjung Duren. Keadaan air sungai Tanjung Duren keruh, dan berwarna hijau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:

NO. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah

1. Turbiditimeter Sampel air

2. Kuvet

turbiditimeter Air suling

3. Labu didih 500 ml 1 Batu didih 3 butir

4. Desikator KCl 0,01 M 25o

5. Kertas saring 0,45µm K2PtCl6

6. Oven COCl2

7. Timbangan

analitis H2SO4

8. Cawan penguap NaOH

9. Steambath

10. Tungku

pengering

11. Tungku

tempratur tinggi 12. Alat penyaring 13. Neraca penjepit 14. Spektrofotometer

15. Labu ukur 25, 100

ml 1

16. pH meter

17. Pipet 1,5 ; 10

ml 1

18. Alumunium foil

3.3. Cara Kerja 3.3.1. Kekeruhan


(11)

 Tekan tombol ON, lalu tekan tombol CAL untuk memulai kalibrasi.

 Selanjutnya pada layar akan akan tampil konsentrasai larutan standar kalibrasi dengan nilau NTU tertentu

 Masukkan larutan standar kalibrasi yang diminta ke dalam turbiditimeter, lalu tutup kuvet dengan tutup yang tersedia.

 Tekan tombol read. Diamkan hingga niali NTU berkedip, dan berganti dengan nilai NTU larutan standar kalibrasi yang diminta Cal 1: larutan standar kalibrasi 800 NTU

Cal 2: larutan standar kalibrasi 100 NTU Cal 3: larutan standae kalibrasi 20 NTU Cal 4: larutan standar kalibrasi 0,02 NTU  Turbiditimeter siap digunakan

b. Pengukuran Kekeruhan Sampel

 Bilas kuvet turbiditimeter dengan air suling

 Kocok sampel hingga homogen, lalu masukkan ke dalam kuvet turbiditimeter sampai tanda batas

 Masukkan ke dalam turbiditimeter, tutup kuvet dengan tutup yang tersedia. Tekan tombol READ.

 Diamkan hingga layar turbiditimeter memberikan pembacaan yang tetap

 Catat hasil kekeruhan sampel (NTU) 3.3.2. Penentuan TDS

 Bersihkan labu didih yang akan digunakan, lalu tambahkan 3 butir batu didih. Keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam.

 Dinginkan di desikator

 Timbang labu didih sebelum digunakan

 Siapkan kertas saring o,45µm dan alat penyaring

 Kocok sampel air hingga homogen lalu masukkan 500 mL air ke dalam penyarin (untuk TDS < 100 mg/L)


(12)

 Pindahkan air yang sudah disaring ke dalam labu didih yang telah diketahui berat kosongnya.

 Uapkan labu duduh yang berisi samper air di atas pemanas dan tambahkan 3 butir batu didih hingga kering. Setelah kering, pindahkan ke dalam desikator sampai dingin. Timbang hingga beratnya konstan.

3.3.3. Total Padatan

 bersihkan dan keringkan cawan penguap ke dalam oven selama 1 jam pada tempratur 103oC – 105oC.

 Dinginkan cawan dalam desikator sampai siap digunakan  Timbang cawan kosong dengan neraca analitik

 Sampel yang akan dikuru terlebih dahulu disaring dengan filter berpori 0,45µm.

 Masukkan sampel air 100 mL (untuk TDS > 100 mg/L) ke dalam cawan penguap tersebut, uapkan sampai habis

 Keringkan cawan + sampel yang telah dikisatkan dalam oven 103oC – 105oC selama 1 jam

 Dinginkan di desikator, lalu timbang

 Ulangi pengeringan pada 103oC – 105oC, dinginkan dalam deikator

dan timbang, sampai berat yang diperoleh konstan atau pengurangan tidak lebih dari 4% dari timbangan sebelmnya, atau kurang dari 0,5mg

3.3.4. Penentuan TDS

 Keringkan kertas saring dalam oven 103oC – 105oC selama 1 jam,

dinginkan dalam desikator, lalu timbang (B)

 Kocok sampel air hingga homogen lalu masukan ke dalam alat penyaring

 Saring contoh lalu ambil kertas saring dengan pinset, letakkan di atas alumunium foil kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103oC – 105oC selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator

selama 10 menit.  Timbang kertas saring.


(13)

3.3.5. Penentuan Daya Hantar Lisrtik (DHL)

 Bilas elektroda dengan air suling sebelum dicelupkan pada sampel air yang akan diuji.

 Celupkan elektrida kedalam sampel air hingga konduktometer menunjukan pembacaan yang tetap.

 Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktometer, lalu catat pula suhu sampel air.

3.3.6. Penentuan Warna a. Persiapan Pengujian

I. Pembuatan larutan induk warna 100 unit Pt-Co

 Larutkan 0,024292 g kalium heksa kloroplatinat K2PtCl6

(ekivalen dengan 500 mg platinum) da 0,02 g kobalt klorida heksahidrat CoCl2.6H2O (ekivalen dengan 250 mg Co) dengan

2 ml HCl pekat.

 Pindahkan larutan ke labu ukur 100 ml, lalu tepatkan dengan air suling hingga tanda tera. Homogenkan.

II. Pembuatan Larutan Kerja

 Pipet larutan induk Pt-Co 0; 0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 1,25 ; 2,5 ; dan 7,5 ke dalam labu ukur 25 ml

 Tambahkan air suling hingga tanda batas, lalu homogenkan sehingga masing-masing larutan standar memiliki satuan warna 0,1,2,3,4,5,10, dan 30 unit Pt-Co.

 Tutup larutan dengan kertas alumunium jika tidak digunaka agar terhindar dari kontaminasi debu dan penguapan.

 Simpan larutan pada botol borosilikat maskimal 1 bulan. b. Pemeriksaan dengan membandikan warna air secara visual

 Masukkan sampel air ke dalam tabing nessler sampai tanda 50 ml, lalu bandingkan dengan larutan standar

 Lihat secara vertikal ke bawah melalui tabung-tabung. Bila warna larutan sampel melebihi 30 unit, encerkan dengan air suling dalam perbandingan yang diketahui hingga larutan warna sampel air dapar dibandingkan dengan larutan standar


(14)

 Ukur pH larutan sampel air, lalu hitung unit warna c. Pemeriksaan secara spektrofotometri

I. Pembuatan kurva kalibrasi

 Lakukan pencarian panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum antara 400-700 nm, lalu ukur serapan larutan kerja yang telah dibuat panjang gelombang tersebut.  Buat kurva kalibrasi dengan mengalurkan serapan terhadap

unit Pt-Co, lalu tentukan persamaan garis lurusnya II. Pengukuran Sampel Uji

 Saring sampel air dengan kertas saring berpori 0,45µm

 Atur pH larutan menjadu 7,6 dengan menambahkan H2SO4

atau NaOH

 Lakukan pencarian panjang gelombang serapan maksimum antara 400-700 nm, lalu ukur serapan larutan sampel air pada panjang gelombang tersebut.

 Tentukan nilai unit warnanya menggunakan kurva kalibrasi yang sudah dibuat.

3.4. Metode

Pada percobaan kali ini yaitu analisis pendahuluan fisika-kimia, untuk menentukan kadar TSS, TDS, kekeruhan, warna, dan daya hantar listrik praktikan memakai metode gravimetri. Metode gravimetri adalah metode kimia analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri melibatkan proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan. Gravimetri biasa digunakan dalam analisis kadar air.


(15)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Lokasi Pengambilan Sampel

Tabel 4.1.1. Lokasi Pengambilan Sampel No

. Gambar Keterangan

1.  Lokasi: Sungai sebelah pos

polisi Tanjung Duren  Warna: Hijau

 Kedalaman: 1,8 m  Kecepatan:

 Lebar:

4.1.2. Kekeruhan

Tabel 4.1.2. Pengamatan Kekeruhan Sampel Air No

.

Gambar Keterangan

1. Setelah dibaca dengan turbidimeter

didapatkan data kekeruhan = 19,52 NTU


(16)

4.1.3. Pengukuran TSS

Tabel 4.1.3. Pengukuran TSS Sampel Air No

.

Gambar Keterangan

1. Massa cawan sebelum digunakan =

35, 1049 gram

2. Massa cawan setelah dilakukan

TSS = 35,1230 gram

4.1.4. Pengukuran TDS

Tabel 4.1.4. Pengukuran TDS Sampel Air No

.

Gambar Keterangan

1. Masa kertas saring sebelum dipakai

= 0,0770 gram

2. Massa kertas saring setelah

dilakukan TDS = 3,288 ct

4.1.5. Pengukuran DHL

Tabel 4.1.5. Pengukuran DHL Sampel Air


(17)

.

1. Pada perhitungan DHL bisa dilihat

didapatkan data DHL sebesar 317 μ pada suhu 25,3oC

4.1.6. Penentuan Warna

Tabel 4.1.6. Penentuan Warna Sampel Air No

.

Gambar Keterangan

1. Unit Pt-Co Abs

0 0

10 0,244

20 0,471

30 0,698

40 0,925

Sampel = 0,096

4.2. Perhitungan

4.2.1. Perhitungan Debit Sungai Q = V x A

V = WaktuJarak

= 6,44


(18)

A = Kedalam x Lebar = 1,8 x 4 = 7,2

Q = 0,161 x 7,2 = 1,1592 m3/s

4.2.2. Perhitungan TSS

TSS = (A- B) x 1000

V x1000 mg

g

Dimana:

A = Massa kertas saring + TSS B = Massa kertas saring V= volume sampel (ml)

TSS = {(3,288 – 2,696)- 0,0770}g x 1000

10ml x1000 mg

g = 5150 mg/l

4.2.3. Perhitungan TDS

TDS = (A- B) x 1000

V x1000 mg

g Dimana:

A = Massa cawan + TSS B = Massa cawan V= volume sampel (ml)

TDS = (35,1230 – 35,1040) g x 1000

10ml x1000 mg


(19)

= 181 mg/l 4.2.4. Perhitungan warna

Unit Pt-Co Abs

0 0

10 0,244

20 0,471

30 0,698

40 0,925

Y= a + bx

a = 6,8 x 10 -3 b = 0,02304

r2 = 0,9997 y = 0,096

0,096 = 6,8 x 10 -3 + 0,02304x

X = (0,096−6,8x10−3) 0,02304 = 3,871


(20)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1

f(x) =

Grafik Kalibrasi Spektrofotometer

Abs Linear (Abs)

Linear (Abs)

4.3. Pembahasan

Dalam praktikum ini, kita menggunakan sampel air yang berisi padatan yang terlarut dan yang tersuspensi. Sampel air yang di ambil dari titik 2 sungai sebelah pos polisi tanjung duren terlihat secara fisik memiliki warna air kuning, dan bau amis, dan pH dari hasil pengukuran sampel adalah 5,8. Pada percobaan pertama yaitu uji kekeruhan bertujuan untuk mengetahui kualitas air secara fisika yaitu kekeruhan. Kekeruhan dibawah 5 NTU merupakan syarat untuk air yang baik. Oleh karenanya dilakukan uji kekeruhan terhadap air sampel. Pengujian kekeruhan dilakukan dengan memasukkan 100 mL sampel air kedalam gelas kimia dan dicek kekeruhannya dengan menggunakan tabung turbidimeter. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai kekeruhan sampel air sebesar 19,52 NTU. Berdasarkan data kekeruhan dan percobaan menunjukkan bahwa sampel air tidak layak minum karena berdasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa air yang layak untuk minum tidak berbau dan kekeruhan maksimal 5 NTU.

Pada percobaan kedua, pengendapan dilakukan dengan cara menyaring sampel air menggunakan kertas saring sehingga keduanya menjadi terpisah, endapan yang tertinggal pada kertas saring sebagai padatan tersuspensi (TSS) dan juga padatan yang tidak ikut tersaring (TDS) ini kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan penguap kemudian dilakukan pemanasan di dalam hot plate sedangkan kertas saring dilakukan pemanasam di dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam yang juga bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang⁰ terdapat pada kertas saring maupun endapan.


(21)

Sehingga akan diperoleh berat padatan tersuspensi yang akurat dan padatan yang terlarut juga. Setelah dilakukan pemanasan maka kertas saring beserta wadahnya bersama juga dengan cawan penguap yang berisi TDS didinginkan di dalam desikator selama 30 menit selanjutnya ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Adapun hasil yang diperoleh pada uji coba TSS yakni sebesar 5150 mg/L sedangkan TDS sebesar 181 mg/L. Pada penimbangan cawan yang sudah dilakukan TSS terjadi kesalahan pada pengaturan satuan pada alat, sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, air sampel ini mempunyai warna kuning dengan hasil pengukuran y = 0,096 nm dan x = 3,871 nm. Hal ini menunjukkan bahwa air sampel tidak layak minum karena sesuai dengan PERME NKES 416/1990 bahwa syarat air minum adalah tidak berwarna. Kemudian, pada saat kita menuangkan 100 mL lagi sampel air kedalam gelas ukur, pengukuran TSS dan TDS maka akan didapatkan kandungan padatan tersuspensi yang lebih besar. Ingat bahwa padatan cenderung bergerak kebawah dan mengendap di bawah karena adanya gaya gravitasi.

Sesuai regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) USA, menyarankan bahwa kadar maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500 mg/L (500 ppm). Jadi dapat disimpulkan bahwa air dari sampel yang diujikan tersebut layak untuk dikonsumsi karena memiliki nilai TDS hanya sebesar 181 mg/L

Pada pengukuran DHL ini digunakan alat konduktometer untuk mengukurnya, semakin tinggi nilai DHL maka semakin banyak pula zat-zat terlarut yang ada pada sampel tersebut. Pada sampel-sampel yang telah diuji, nilai DHL yang diperoleh termasuk baik karena tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu air suling (aquades) murni memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm. Hasil pengukuran sampel air tidak melebihi ambang batas yaitu 313 µmhos/cm


(22)

SIMPULAN

Pada percobaan Ananlisis pendahuluan fisika-kimia ini bisa didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum karena air berwarna kuning. 2. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum kerena air berbau amis. 3. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum karena nilai kekeruhan air

kecil yaitu sebesar 19,52 NTU.

4. Kualitas sampel air tidak layak untuk minim karena bersifat asam 5. Kualitas sampel air memiliki DHL tidak melebihi ambang yaitu 317 μ

DAFTAR PUSTAKA

Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan dan Pramiati Purwaningrum. 2017. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I. Jakarta:Trisakti Efendi, Hefni. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Dayadan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

Nasution, M. (2008).Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangkir. Sumatera: UniversitasSumatera Utara


(23)

Oram, B. (2014).Total Dissolved Solid and Water Quality

Tarigan, M. S., & Edward. (2003). Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) diPerairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains, Vol.7 No.3.

Academia.(2015, 17 Juli).Laporan Praktikum 2 lab TL.diperoleh 7 April 2017. http://www.academia.edu/12605337/TS_TSS_dan_TDS._Laporan_Prakti kum_2_-_Lab.TL

WaterReasearch Control. (2015, 24 April). Water Treatment Tools Total Dissolved Solids. Diperoleh 7 April 2017.

http://www.water-research.net/index.php/water-treatment/tools/total-dissolved-solids Tips Dokumen. (2016, 21 Desember). Laporan Praktikum Air dan Mineral Kimia

Fisika Sederhana Konduktivity. Diperoleh 7 April 2017.

http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-air-dan-mineral-kimia-fisika-sederhana-konduktivity.html

scribd.(2016, 25 Desember). Laporan Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH. Diperoleh 7 April 2017. https://www.scribd.com/doc/248141531/Laporan-Pemeriksaan-Warna-Bau-Kekeruhan-Dan-PH


(1)

A = Kedalam x Lebar = 1,8 x 4 = 7,2

Q = 0,161 x 7,2 = 1,1592 m3/s 4.2.2. Perhitungan TSS

TSS = (A- B) x 1000

V x1000 mg

g

Dimana:

A = Massa kertas saring + TSS B = Massa kertas saring V= volume sampel (ml)

TSS = {(3,288 – 2,696)- 0,0770}g x 1000

10ml x1000 mg

g = 5150 mg/l

4.2.3. Perhitungan TDS

TDS = (A- B) x 1000

V x1000 mg

g Dimana:

A = Massa cawan + TSS B = Massa cawan V= volume sampel (ml)

TDS = (35,1230 – 35,1040) g x 1000

10ml x1000 mg


(2)

= 181 mg/l 4.2.4. Perhitungan warna

Unit Pt-Co Abs

0 0

10 0,244

20 0,471

30 0,698

40 0,925

Y= a + bx

a = 6,8 x 10 -3 b = 0,02304 r2 = 0,9997 y = 0,096 0,096 = 6,8 x 10 -3 + 0,02304x X = (0,096−6,8x10−3)

0,02304 = 3,871


(3)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1

f(x) =

Grafik Kalibrasi Spektrofotometer

Abs Linear (Abs)

Linear (Abs)

4.3. Pembahasan

Dalam praktikum ini, kita menggunakan sampel air yang berisi padatan yang terlarut dan yang tersuspensi. Sampel air yang di ambil dari titik 2 sungai sebelah pos polisi tanjung duren terlihat secara fisik memiliki warna air kuning, dan bau amis, dan pH dari hasil pengukuran sampel adalah 5,8. Pada percobaan pertama yaitu uji kekeruhan bertujuan untuk mengetahui kualitas air secara fisika yaitu kekeruhan. Kekeruhan dibawah 5 NTU merupakan syarat untuk air yang baik. Oleh karenanya dilakukan uji kekeruhan terhadap air sampel. Pengujian kekeruhan dilakukan dengan memasukkan 100 mL sampel air kedalam gelas kimia dan dicek kekeruhannya dengan menggunakan tabung turbidimeter. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai kekeruhan sampel air sebesar 19,52 NTU. Berdasarkan data kekeruhan dan percobaan menunjukkan bahwa sampel air tidak layak minum karena berdasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa air yang layak untuk minum tidak berbau dan kekeruhan maksimal 5 NTU.

Pada percobaan kedua, pengendapan dilakukan dengan cara menyaring sampel air menggunakan kertas saring sehingga keduanya menjadi terpisah, endapan yang tertinggal pada kertas saring sebagai padatan tersuspensi (TSS) dan juga padatan yang tidak ikut tersaring (TDS) ini kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan penguap kemudian dilakukan pemanasan di dalam hot plate sedangkan kertas saring dilakukan pemanasam di dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam yang juga bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang⁰


(4)

Sehingga akan diperoleh berat padatan tersuspensi yang akurat dan padatan yang terlarut juga. Setelah dilakukan pemanasan maka kertas saring beserta wadahnya bersama juga dengan cawan penguap yang berisi TDS didinginkan di dalam desikator selama 30 menit selanjutnya ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Adapun hasil yang diperoleh pada uji coba TSS yakni sebesar 5150 mg/L sedangkan TDS sebesar 181 mg/L. Pada penimbangan cawan yang sudah dilakukan TSS terjadi kesalahan pada pengaturan satuan pada alat, sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, air sampel ini mempunyai warna kuning dengan hasil pengukuran y = 0,096 nm dan x = 3,871 nm. Hal ini menunjukkan bahwa air sampel tidak layak minum karena sesuai dengan PERME NKES 416/1990 bahwa syarat air minum adalah tidak berwarna. Kemudian, pada saat kita menuangkan 100 mL lagi sampel air kedalam gelas ukur, pengukuran TSS dan TDS maka akan didapatkan kandungan padatan tersuspensi yang lebih besar. Ingat bahwa padatan cenderung bergerak kebawah dan mengendap di bawah karena adanya gaya gravitasi.

Sesuai regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) USA, menyarankan bahwa kadar maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500 mg/L (500 ppm). Jadi dapat disimpulkan bahwa air dari sampel yang diujikan tersebut layak untuk dikonsumsi karena memiliki nilai TDS hanya sebesar 181 mg/L

Pada pengukuran DHL ini digunakan alat konduktometer untuk mengukurnya, semakin tinggi nilai DHL maka semakin banyak pula zat-zat terlarut yang ada pada sampel tersebut. Pada sampel-sampel yang telah diuji, nilai DHL yang diperoleh termasuk baik karena tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu air suling (aquades) murni memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm. Hasil pengukuran sampel air tidak melebihi ambang batas yaitu 313 µmhos/cm


(5)

SIMPULAN

Pada percobaan Ananlisis pendahuluan fisika-kimia ini bisa didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum karena air berwarna kuning. 2. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum kerena air berbau amis. 3. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum karena nilai kekeruhan air

kecil yaitu sebesar 19,52 NTU.

4. Kualitas sampel air tidak layak untuk minim karena bersifat asam 5. Kualitas sampel air memiliki DHL tidak melebihi ambang yaitu 317 μ

DAFTAR PUSTAKA

Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan dan Pramiati Purwaningrum. 2017. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I. Jakarta:Trisakti Efendi, Hefni. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Dayadan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius

Nasution, M. (2008).Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangkir. Sumatera: UniversitasSumatera Utara


(6)

Oram, B. (2014).Total Dissolved Solid and Water Quality

Tarigan, M. S., & Edward. (2003). Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) diPerairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains, Vol.7 No.3.

Academia.(2015, 17 Juli).Laporan Praktikum 2 lab TL.diperoleh 7 April 2017. http://www.academia.edu/12605337/TS_TSS_dan_TDS._Laporan_Prakti kum_2_-_Lab.TL

WaterReasearch Control. (2015, 24 April). Water Treatment Tools Total Dissolved Solids. Diperoleh 7 April 2017.

http://www.water-research.net/index.php/water-treatment/tools/total-dissolved-solids Tips Dokumen. (2016, 21 Desember). Laporan Praktikum Air dan Mineral Kimia

Fisika Sederhana Konduktivity. Diperoleh 7 April 2017.

http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-air-dan-mineral-kimia-fisika-sederhana-konduktivity.html

scribd.(2016, 25 Desember). Laporan Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH. Diperoleh 7 April 2017. https://www.scribd.com/doc/248141531/Laporan-Pemeriksaan-Warna-Bau-Kekeruhan-Dan-PH