Ekuitas Merek (Brand Equity)

F. Ekuitas Merek (Brand Equity)

Kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Oleh karena itu, untuk memenangkan persaingan, setiap perusahaan harus meningkatkan “brnad” atau citra merek yang telah ada sehingga dapat menciptakan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan. Merek memberi tanda pada konsumen mengenai sumber merek tersebut, dan melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk yang tampak identik.

Untuk mengetahui ekuitas merek pada produk-produk yang dimiliki oleh setiap perusahaan diperlukan penelitian aset-aset yang membentuk ekuitas merek (brand equity), sehingga perusahaan dapat menyesuaikan aktivitas pemasaran yang dilakukan melalui merek yang terbentuk dibenak konsumen untuk dapat meningkatkan ekuitas merek perusahaan. Brand equity atau ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu

merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusaan (Susanto dan Wijarnoko, 2004). Menurut Kotler (2009) Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan kepada produk atau jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungannya dengan merek dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Sementara Aaker (2004) mendefinisikan ekuitas merek sebagai seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan. Sesuai dengan definisi tersebut, ekuitas merek dapat bernilai baik bagi perusahaan dan bagi konsumen.

Menurut Aaker dalam Sutriono (2012) ekuitas merek terdiri dari Loyalitas Merek (brand loyality), Kesadaran Merek (brand awaraness), Asosiasi Merek (brand association) dan Persepsi Kualitas Merek (brand perceived quality).

a. Loyalitas Merek (Brand Loyality)

Menurut Rangkuti (2008), loyalitas merek adalah suatu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Simamora (2003), menyatakan bahwa loyalitas merek adalah ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), loyalitas merek merupakan suatu ukuran ketertarikan seseorang pelanggan kepada sebuah merek. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada Menurut Rangkuti (2008), loyalitas merek adalah suatu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Simamora (2003), menyatakan bahwa loyalitas merek adalah ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), loyalitas merek merupakan suatu ukuran ketertarikan seseorang pelanggan kepada sebuah merek. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada

b. Kesadaran Merek (Brand Awaraness)

Menurut Aaker dalam Rangkuti (2008), kesadaran merek adalah kemampuan seseorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Sedangkan menurut Tjiptono (2005), mengatakan bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingatkan bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan seorang konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk.

c. Asosiasi Merek (Brand Association)

Menurut Aaker dalam Rangkuti (2008), asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Simamora (2003), menyatakan bahwa asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan tentang merek dalam ingatan. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan ingatan mengenai suatu merek.

d. Persepsi Kualitas Merek (Brand Perceived Quality)

Menurut Aaker dalam Rangkuti (2008), persepsi kualitas merek adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Simamora (2003) menyatakan bahwa persepsi kualitas merek adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relative dengan produk lain