EKSISTENSI KREDITOR SEPARATIS SEBAGAI PEMOHON DALAM PERKARA KEPAILITAN

Batasan Kreditor Separatis dalam Perkara Kepailitan

Kreditor Separatis sebagai pemegang hak jaminan kebendaan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, adalah kreditor yang dapat mengeksekusi objek jaminan yang dijaminkan kepadanya, seolah-olah tidak terjadi Kepailitan. Pada dasarnya hal ini telah memberikan suatu keistimewaan tersendiri kepada Kreditor Separatis, agar tidak terpengaruh adanya Kepailitan pada diri debitor. Kendati demikian, dengan telah diberikannya suatu keistimewaan ini, Kreditor Separatis dapat mengajukan permohonan pailit untuk debitornya. Pengaturannya terletak dalam Pasal 2 ayat (1) UU KPKPU yang menegaskan: Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor, dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan Putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU KPKPU menjelaskan bahwa: Yang dimaksud dengan Kreditor dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta Debitor dan haknya untuk didahulukan.

Dari pengaturan di atas, terbukti bahwa Kreditor Separatis selain dapat keistimewaan tersendiri dalam hal eksekusi saat debitornya dipailitkan, Kreditor Separatis juga dapat mengajukan permohonan pailit kepada debitornya.

Separatis ini artinya diberikan keleluasaan yang sangat istimewa kepada kreditor pemegang jaminan kebendaan, meskipun dalam keadaan debitor diputuskan pailit. Meuwissen berpendapat

bahwa: 23 Asal muasal kata “separatis” itu berkonotasi “pemisahan”, karena kedudukan kreditor tersebut memang dipisahkan dari kreditor lainnya, dalam arti kreditor dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan, yang terpisah dengan harta pailit pada umumnya.

Pendapat Meuwissen tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Elijana bahwa kreditor separatis adalah kreditor yang tidak terkena akibat kepailitan, juga tidak berakibat pada eksekusinya

23 Meuwissen, “Teori Hukum”, Majalah Hukum Pro Justitia, Tahun XII, Nomor 2 April 1994, 1994, h. 24.

Putra, Eksistensi Kreditor Separatis ....

Pendapat para ahli mengenai kreditor separatis Fuady menyebutkan bahwa kreditor separatis adalah tersebut di atas sesuai dengan Penjelasan Pasal 2 ayat kreditor yang memiliki jaminan hutang kebendaan (1) UU KPKPU yang menyebutkan Kreditor Separatis (Hak Jaminan) seperti pemegang Hak Tanggungan, dan memperbolehkan seorang Kreditor Separatis hipotek, Gadai, Fidusia, dan lain-lain (Pasal 55 UU untuk mengajukan permohonan pailit kepada debitor KPKPU). Kreditor dengan jaminan yang bukan tanpa harus melepaskan hak agunan atas kebendaan. jaminan kebendaan yang seperti garansi termasuk Hal ini tanpa lebih jelas lagi dalam Pasal 138 UU garansi bank bukan merupakan kreditor separatis. KPKPU, yaitu: Kreditor yang piutangnya diajamin Pemahaman yang dimaksudkan dengan hak kreditor dengan Gadai, jaminan Fidusia, Hak Tanggungan, separatis adalah hak yang diberikan oleh hukum Hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau kepada kreditor pemegang hak jaminan untuk tetap yang mempunyai hak yang diistimewakan atas dapat melaksanakan hak-hak eksekusinya meskipun suatu benda tertentu dalam harta pailit dan dapat

meskipun debitornya dinyatakan pailit. 24 Munir

debitor telah dinyatakan pailit. 25 Terhadap pendapat membuktikan bahwa sebagian piutangnya tersebut Munir Fuady tersebut, Setiawan melengkapinya kemungkinan tidak dapat dilunasi dari hasil penjualan dengan menjabarkan: 26 Hak separatis adalah hak yang benda yang menjadi agunan, dapat meminta diberikan diberikan oleh hukum kepada kreditor pemegang hak-hak yang dimiliki kreditor konkuren atas bagian hak jaminan, bahwa barang jaminan (agunan) yang piutang tersebut, tanpa mengurangi hak untuk dibebani dengan hak jaminan (hak agunan) tidak didahulukan atas benda yang menjadi agunan atas termasuk harta pailit.

piutangnya.

Kartini Muljadi mengatakan bahwa hak penting Berdasarkan pengaturan dalam Pasal 138 UU yang dipunyai Kreditor Separatis adalah hak untuk KPKPU di atas, Jono berpendapat bahwa: 29 UU dengan kewenangan sendiri menjual/mengeksekusi KPKPU memberikan hak kepada kreditor separatis objek agunan, tanpa putusan pengadilan (parate dan kreditor privilege untuk dapat tampil sebagai

eksekusi). Hak tersebut berlaku untuk: 27 1. Gadai, di kreditor konkuren, tanpa harus melepaskan hak- atur dalam Pasal 15 ayat (1) BW; 2. Hipotek, di atur hak untuk didahulukan atas benda yang menjadi dalam Pasal 1178 ayat (2) BW; 3. Hak Tanggungan, obyek agunan atas piutangnya, tetapi dengan catatan di atur dalam Pasal 6 jo. Pasal 20 ayat (1) huruf (a) bahwa kreditor separatis dan kreditor privilege dapat UUHT; 4. Jaminan Fidusia, diatur dalam Pasal 29 membuktikan bahwa benda yang menjadi agunan ayat (1) huruf (b) UUJF.

tersebut tidaklah cukup untuk melunasi hutangnya Ditambahkan oleh Kartini Muljadi bahwa: 28 debitor yang pailit. Tidak cukupnya harta debitor pailit

Kuasa menjual tersebut, dalam lembaga jaminan untuk melunasi utang-utangnya dari hasil penjualan Hak Tanggungan dan Hipotek diberikan berdasarkan benda yang menjadi agunan piutang tersebut haruslah perjanjian pemberian agunan antara debitor dan dibuktikan. Beban pembuktian benda tersebut berada kreditor, sedangkan dalam lembaga jaminan Gadai di pundak kreditor separatis atau kreditor privilege. dan Fidusia, kuasa tersebut diberikan berdasarkan

Pendapat Jono di atas menandakan bahwa Undang-Undang.

Kreditor Separatis atau Kreditor Preferen dalam Hukum Kepailitan dapat juga tetap mendapatkan

24 Elijana, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

pelunasan piutangnya dan berkedudukan sebagai

Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-

kreditor konkuren, bilamana memang dapat

Undang Kepailitan, Makalah Dalam Seminar UU Kepailitan, Jakarta, Juni 1998, 1998.

dibuktikan benda yang dijaminkan kepada kreditor

25 Munir Fuady, Op.Cit., h.99.

tersebut tidak cukup untuk melunasi hutang mereka.

26 Setiawan, “Hak Tanggungan dan Masalah Eksekusinya”,

Berkaitan dengan pembagian kreditor di atas

Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun XI Nomor 131, Agustus

dalam peristiwa kepailitan, HMN Purwosutjipto

mengatakan bahwa: 27 30 Bagi kreditor separatis yang

Kartini Muljadi, Kreditor Preferens dan Kreditor Separatis dalam Kepailitan, Undang-Undang Kepailitan dan

telah memegang jaminan akan mempunyai wewenang

Perkembangannya: Prosiding Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis

29 Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, Lainnya Tahun 2004, Jakarta, 26-28 Januari 2004, Pusat

h. 10.

Pengkajian Hukum, 2005, h. 168. 30 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang 28 Ibid.

Indonesia Jilid 8, Djambatan, Jakarta, 1992, h. 20.

P Volume XIX No. 1 Tahun 2014 Edisi Januari ERSPEKTIF

untuk melaksanakan eksekusi secara langsung Seluruh kekayaan debitor tersebut, serta segala tanpa memerlukan lagi izin dari ketua Pengadilan sesuatu yang diperoleh selama Kepailitan, itu Niaga, akan tetapi jika dalam pelaksanaan eksekusi berada dalam sitaan umum sejak saat Putusan Pailit ternyata masih terdapat kekurangan pembayaran diucapkan, kecuali: pertama, Benda, termasuk hewan jumlah hutang, maka kreditor separatis akan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan berubah statusnya menjadi kreditor konkuren dalam dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat hal pembayaran dari kekurangan hutang tersebut. medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat Sedangkan bagi kreditor konkuren yang dalam hal ini tidur, dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh tidak memegang jaminan apapun dari debitor pailit debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk maka kreditor konkuren tidak mempunyai kekuatan

30 (tiga puluh) hari bagi debitor dan keluarganya, eksekusi dan kreditor konkuren ini dalam menerima yang terdapat di tempat itu; kedua, Segala sesuatu pembayaran piutangnya menunggu Putusan Ketua yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri Pengadilan Niaga yang berwenang, untuk kemudian sebagai pengajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai diadakan pelelangan secara umum.

upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, Bertolak dari pendapat para ahli dan berbagai sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas; atau peraturan tentang hukum jaminan kebendaan (Gadai, ketiga, Uang yang diberikan kepada debitor untuk Hipotek, Hak Tanggungan dan Fidusia) sebagaimana memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut yang terurai di atas, J. Satrio menegaskan bahwa dapat undang-undang. dipahami yang dimaksudkan dengan hak kreditor

Tanggal Putusan tersebut dihitung sejak pukul separatis terkandung unsur-unsur sebagai berikut: 31 00.00 waktu setempat. Sejak tanggal Putusan Pailit Kreditor diberi hak secara ex lege; Hak timbul dari tersebut diucapkan, debitor pailit demi hukum tidak hak jaminan kebendaan; Kreditor memiliki hak mempunyai kewenangan lagi untuk menguasai dan jaminan kebendaan; Kreditor mempunyai kedudukan mengurus harta kekayaannya. didahulukan dari kreditor konkuren; Debitor telah

Tidak hanya debitor akan mengalami kerugian, dinyatakan pailit; Kreditor tidak terkena akibat namun kreditor lainnya juga akan menderita kerugian. debitor pailit; Hak jaminan tidak termasuk harta pailit; Contohnya apabila terdapat Kreditor Konkuren Kreditor dapat melaksanakan eksekusinya terhadap yang masih punya piutang terhadap debitor yang benda jaminan; Kreditor mempunyai kewenangan dipailitkan, dan masih berpotensi mendapatkan untuk menjual sendiri dan menerima hasil penjualan keuntungan bunga dari piutangnya. yang terpisah dari harta pailit; Wilayah Pengadilan

Pada prakteknya, perkara yang dimohonkan yang berwenang menerima, memeriksa, memutuskan penyelesaian menggunakan Hukum Kepailitan, adalah Pengadilan Niaga.

adalah perkara utang-piutang yang sangat besar, Berdasarkan penjabaran di atas, maka dari dan kerapkali terjadi hanya karena si debitor tidak itu dengan dibolehkannya Kreditor Separatis mempunyai itikad baik untuk membayar utang kepada dalam mengajukan permohonan pailit, ini sangat kreditor, dan oleh karenanya debitor dimohonkan menimbulkan pertanyaan, karena seakan-akan pailit. Setelah semua utang berhasil dibayar dari Kreditor Separatis begitu berkuasa atas debitornya semua harta debitor pailit yang disita, maka harta yang mana hanya karena hubungan perjanjian debitor yang masih tersisa akan dikembalikan kepada utang-piutangnya. Berkuasa disini yang dimaksud debitor dan berujung lepasnya debitor dari keadaan adalah Kreditor Separatis tersebut padahal tidak pailit. Walaupun perekonomian debitor dapat pulih terkena akibat kepailitan (dapat mengeksekusi objek kembali, namun Putusan pailit mengikat semua jaminannya seakan-akan tidak terjadi Kepailitan), kreditor, artinya pada saat dipailitkannya seorang namun dapat mengajukan permohonan pailit pada debitor, maka semua utang-utangnya harus dibayar, debitornya. Permohonan pailit yang berujung pada dan kreditor lainnya seperti Kreditor Konkuren Putusan Pailit tentunya juga merugikan debitor, dapat menderita kerugian atas bunga piutang yang hal ini karena saat seorang diputuskan pailit, maka seharusnya didapat namun tidak didapatkan karena

akibatnya adalah: 32 piutang harus dilunasi atas dasar debitor yang berada

dalam Putusan pailit.

31

J. Satrio, Op.Cit., h. 284. 32 Jono, Op.Cit, h. 124.

Keadaan yang dijabarkan sedemikian rupa tersebut, manakala yang memohonkan pailit adalah Kreditor Separatis yang pada dasarnya pelunasannya adalah aman dengan adanya jaminan untuk mereka (dapat langsung mengeksekusi jaminan kebendaan), maka dengan sangat terpaksa kreditor lain akan terikat Putusan pailit debitor. Keadaan demikian perlu dilakukan telaah lebih lanjut, dan sudah selayaknya Kreditor Separatis ini diberikan batasan-batasan untuk dapat mengajukan permohonan pailit. Artinya untuk kreditor pemegang jaminan kebendaan yang debitornya telah wanprestasi, manakala tidak ingin mengeksekusi jaminan kebendaan yang diberikan untuknya, dan akan memperkarakan debitor dengan memohonkan pailit si debitor, maka kreditor tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu, selain syarat-syarat pengajuan permohonan pailit yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) UU KPKPU. Penerapan syarat-syarat ini, juga memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain adalah pertimbangan tentang dasar diberlakukannya Hukum Kepailitan.

Pertimbangan dari Dasar Diberlakukannya Hukum Kepailitan

Pada hakikatnya, kepailitan dalam Undang- Undang Kepailitan hanya bertujuan untuk mempermudah mempailitkan subjek hukum, dimana syarat kepailitan hanya memiliki dua variable, yakni adanya utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kembali, serta memiliki setidak-tidaknya dua kreditor. Hukum kepailitan di Indonesia menganut prinsip utang dalam konsep luas, akan tetapi tidak menganut prinsip pembatasan jumlah nilai nominal uang seperti yang terdapat dalam sistem kepailitan di negara lain. Dijelaskan oleh Hadi Subhan sebagai

berikut: 33 Argumentasi yuridisnya adalah bahwa dengan tidak dibatasi jumlah minimum utang sebagai dasar pengajuan permohonan kepailitan, maka akan terjadi penyimpanan hakikat kepailitan dari kepailitan sebagai pranata likuidasi yang cepat terhadap kondisi keuangan debitor yang tidak mampu melakukan pembayaran utang-utangnya kepada para kreditor, sehingga untuk mencegah terjadinya unlawful execution dari pada kreditor menjadikan kepailitan sebagai alat tagih semata atau debt collection tool.

Berdasarkan penjelasan UU Kepailitan, beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan

33 Hadi Subhan, Op.Cit., h. 93

penundaan kewajiban pembayaran utang adalah: 34 Pertama, Menghindarkan pertentangan apabila ada beberapa kreditor pada waktu yang sama meminta pembayaran piutangnya dari debitur; Kedua, Untuk menghindari adanya kreditor yang ingin mendapatkan hak istimewa, yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitur atau menguasai sendiri secara tanpa memperhatikan lagi kepentingan debitur atau kreditor lainnya; Ketiga, Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh debitur sendiri, misalnya saja debitur berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau beberapa kreditor tertentu, yang merugikan kreditor lainnya, atau debitur melakukan perbuatan curang dengan melarikan atau menghilangkan semua harta benda kekayaan debitur yang bertujuan melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.

Ditambahkan oleh Jerry Hoff, bahwa suatu hukum kepailitan dapat memenuhi tujuan-tujuan di bawah ini: 35

Pertama, Meningkatkan upaya pengembalian kekayaan. Semua kekayaan debitur harus ditampung dalam suatu kumpulan dana yang sama-disebut harta kepailitan-yang disediakan untuk pembayaran tuntutan kreditor. Kepailitan menyediakan suatu forum untuk likuidasi secara kolektif atas aset debitur.

Kedua, Memberikan perlakuan baik yang seimbang dan yang dapat diperkirakan sebelumnya kepada para kreditor. Pada dasarnya, para kreditor dibayar secara pari passu; mereka menerima suatu pembagian secara pro rata parte dari kumpulan dana tersebut sesuai dengan besarnya tuntutan masing- masing. Prosedur dan peraturan dasar dalam hubungan ini harus dapat memberikan suatu kepastian dan keterbukaan. Kreditor harus mengetahui sebelumnya mengenai kedudukan hukumnya.

Ketiga, Memberikan kesempatan yang praktis untuk reorganisasi perusahaan yang sakit, tetapi masih potensial bila kepentingan para kreditor dan kebutuhan sosial dilayani dengan lebih baik dengan mempertahankan debitur dalam kegiatan usahanya.

Bertolak dari penjabaran di atas, dapat ditarik suatu pengertian, bahwa dengan adanya Kepailitan ini berupa tindakan tegas berupa keputusan, yang berisi

34 Fred B.G. Tumbuan, Naskah Akademik Peraturan Perundang-Undangan tentang Kepailitan, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2002, h. 12.

35 Jerry Hoff, Undang-Undang Kepailitan Indonesia (Indonesian Bankrupcty), Tatanusa, Jakarta, 2000, h. 9-10.

Putra, Eksistensi Kreditor Separatis ....

P Volume XIX No. 1 Tahun 2014 Edisi Januari ERSPEKTIF

ketidakmampuan lagi seseorang untuk melakukan dan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU KPKPU) maka perbuatan hukum terkait harta kekayaannya, beralasan apabila atas aturan tersebut harus diberikan maka kepada seseorang tersebut semua hartanya aturan tambahan dalam pelaksanaannya. (yang memenuhi unsur Pasal 1131 BW) yang bisa

Hak atas Kreditor Separatis sebenarnya telah dipindahtangankan, akan disita, dan ada di bawah terlindungi oleh jaminan yang diberikan kepadanya. pengurusan Kurator dengan bantuan pengawasan Ketidakadilan dan tidak sesuainya dengan hakekat dari Hakim Pengawas.

Hukum Kepailitan semakin tampak saat Kreditor Beberapa karakter kepailitan yang mana tidak Separatis diberikan hak untuk voting tanpa adanya jumlah minimum utang, menghindarkan kehilangan hak jaminannya. Redaksi Pasal 281 pertentangan apabila ada beberapa kreditor pada UU KPKPU tampak menegaskan bahwa terlampau waktu yang sama meminta pembayaran piutangnya tinggi syarat perhitungan suara dan harus dipenuhi dari debitor, menghindari kecurangan debitor, dan syarat kumulatif voting dari Kreditor Konkuren dan bertujuan untuk meningkatkan upaya pengembalian Kreditor Separatis, hal ini menjadi penghambat utama kekayaan, memberikan perlakuan baik yang seimbang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan yang dapat diperkirakan sebelumnya kepada para sangat terlihat sama kejamnya dengan Putusan kreditor, dan memberikan kesempatan yang praktis Pailit. Oleh karenanya syarat yang dapat diterapkan untuk reorganisasi perusahaan yang sakit, tetapi masih antara lain adalah apabila Kreditor Separatis (yang potensial, menunjukkan bahwa kepailitan ini hadir masih memiliki objek jaminan), apabila tidak ingin untuk kepentingan bisnis, baik itu untuk kepentingan menyelesaikan perkara atas tidak dibayar piutangnya bisnis debitor dan/atau kepentingan bisnis kreditor. tersebut dengan cara gugatan wanprestasi dan

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diketahui eksekusi objek jaminannya, melainkan dengan bahwa Kepailitan dihadirkan dan dikembangkan cara memohonkan pailit debitornya, maka Kreditor dalam tujuan yang baik, pada hakekatnya adalah demi Separatis tersebut dalam mengajukan permohonan kepentingan bisnis, yang artinya Hukum Kepailitan pailit pada debitornya, paling tidak diharuskan untuk ditujukan agar kegiatan bisnis dapat terus berlangsung meminta persetujuan semua pihak yang menjadi lancar dan payung hukum yang melindungi kegiatan kreditor dari debitor tersebut. Manakala permohonan bisnis tersebut (khususnya utang-piutang) dapat Kreditor Separatis tersebut disetujui oleh semua menyelesaikan permasalahan-permasalahan terkait kreditor, antara lain: Kreditor Preferen, Kreditor pelunasan utang dengan adil, serta tidak merugikan Konkuren, dan Kreditor Separatis lainnya, maka dan/atau menambah kerugian para pihak yang barulah Kreditor Separatis tersebut dapat mengajukan berperkara, juga yang paling penting adalah untuk permohonan pailit kepada debitornya, kepada kepentingan seluruh kreditor. Melalui pertimbangan Pengadilan Niaga. Sebaliknya, apabila terdapat satu ini, maka sudah semestinya pengaturan-pengaturan kreditor yang tidak setuju, maka Kreditor Separatis dalam UU KPKPU tidaklah bertentangan dengan apa tidak dapat mengajukan permohonan pailit, dan sebenarnya tujuan dari adanya Hukum Kepailitan.

tetap dapat menyelesaikan utang-piutangnya dengan Sebagaimana diperbolehkannya Kreditor cara menggugat wanprestasi. Melalui hal ini, maka Separatis dalam mengajukan permohonan Kepailitan, hakekat adanya Hukum Kepailitan tetap pada arah yang pada dasarnya mereka dapat langsung dan tujuan yang sama, yaitu demi kepentingan bisnis mengeksekusi objek jaminan yang diberikan dan melindungi kepentingan seluruh kreditor. kepadanya, juga apabila debitornya dipailitkan

Pembatasan peran Kreditor Separatis dalam maka Kreditor Separatis tetap dapat mengeksekusi kepailitan ini sebenarnya telah ada pengaturannya, objek jaminan seolah tidak terjadi kepailitan. namun pengaturan yang ada dalam UU KPKPU Hal ini sebagaimana dibahas di atas, cenderung ini tidaklah membatasi Kreditor Separatis dalam mengakibatkan kerugian kepada debitor dan kreditor mengajukan permohonan pailit, melainkan sifatnya lainnya. Oleh karena itu pengaturan diperbolehkannya “menakuti” Kreditor Separatis dalam bentuk setelah Kreditor Separatis dalam mengajukan permohonan adanya putusan pailit pada debitor, maka Kreditor pailit ini menyimpang dari hakekat dibentuk dan Separatis tidak dapat langsung mengeksekusi objek dikembangkannya Hukum Kepailitan. Atas dasar jaminannya, melainkan harus menunggu 90 (sembilan menyimpangnya aturan tersebut (Pasal 2 ayat (1)

Putra, Eksistensi Kreditor Separatis ....

puluh) hari. Hal ini sebagaimana pengaturan Pasal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

56 UU KPKPU. Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan.

PENUTUP Kesimpulan

Buku:

Hukum Kepailitan menyediakan pengaturan- Meliala, Djaja S., 2007, Perkembangan Hukum pengaturan penyelesaian utang-piutang, selain

Perdata tentang benda dan Hukum Perikatan, penyelesaian melalui wanprestasi. Keistimewaan

Bandung: Nuansa Alia.

penyelesaian utang-piutang dengan Kepailitan Elijana, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- adalah proses persidangan hingga Putusan yang

Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan cepat, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat

atas Undang-Undang Kepailitan, Makalah (4) UU KPKPU, hanya 60 (enam puluh) hari sejak

Dalam Seminar UU Kepailitan, Jakarta, Juni diajukan permohonan. Kepailitan mengikat semua

kreditor, dan yang dapat mengajukan adalah semua Tumbuan, Fred B.G., 2001, Pokok-Pokok Undang- golongan kreditor, termasuk diantaranya adalah

Undang tentang Kepailitan sebagaimana diubah Kreditor Separatis, yaitu kreditor yang mempunyai

oleh Perpu Nomor: 1/1998, dalam Penyelesaian jaminan kebendaan dan saat debitor diputuskan

Utang Piutang melalui Pailit atau penundaan pailit, kreditor tersebut dapat mengeksekusi objek