PEMBIAYAAN OPERASI & PEMELIHARAAN IPLT

1. PEMBIAYAAN OPERASI & PEMELIHARAAN IPLT

1.1 Pendahuluan

Hampir seluruh kota di Indonesia, penanganan lumpur tinja dilakukan oleh Dinas Kebersihan. Pengolahan lumpur tinja merupakan salah satu dari bidang penanganan sarana umum yang termasuk ‘cost recovery’ melalui retribusi yang dibebankan kepada masyarakat pelanggan atas jasa pengolahan lumpur. Proses pengolahan lumpur tinja adalah menyedot lumpur tinja dari septic tank yang selanjutnya diolah di IPLT. Atau dapat juga dilakukan secara langsung dengan cara mengalirkan melalui sistem perpipaan air lumpur yang sudah tersedia di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.

Dengan demikian atas jasa di dalam pengolahan IPLT tersebut, dapat dipungut biaya retribusi yang ditetapkan per-m 3 lumpur yang diangkut ke IPLT, biaya retribusi yang dikenakan

disesuaikan dengan jenis pelanggan, tingkatan pendapatan dan fasilitas bisnis maupun fasilitas sosial. Selisih antara retribusi dengan biaya operasi dan pemeliharaan merupakan keuntungan bagi pengelola.

Agar keuntungan yang diperoleh ataupun kerugian yang diderita oleh pihak pengelola dapat dioptimalkan maka salah satu upaya adalah membuat suatu perencanaan biaya operasi dan pemeliharaan secara matang sebagai pedoman sehingga realisasi dapat dicapai seefisien mungkin, berdasarkan persamaan berikut dapat dilihat bahwa:

Laba/rugi = Pendapatan Retribusi (R) - Biaya Operasi dan Pemeliharaan (C)

1.2 Biaya Investasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

Biaya investasi yang dibutuhkan untuk instalasi pengolahan lumpur tinja meliputi: Biaya investasi yang dibutuhkan untuk instalasi pengolahan lumpur tinja meliputi:

d. Pemisah lemak

e. Imhoff tank (ada yang tanpa imhoff tank)

f. Kolam anaerobik atau kolam aerasi. Untuk yang menggunakan kolam aerasi ada yang menggunakan aerator/blower.

g. Kolam fakultatif, ada yang tanpa aerasi, ada yang dengan aerasi.

h. Kolam maturasi.

i. Bak pengering lumpur. j. Generator/listrik dari PLN. k. Pompa-pompa. l. Bengkel. m. Kantor. n. Gudang. o. Laboratorium. p. Pagar pengaman. q. Jalan lingkungan.

1.3 Pengertian Biaya Operasi Dan Pemeliharaan IPLT

Biaya operasi dan pemeliharaan IPLT yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan dan merawat seluruh armada penyedotan dan pengangkutan tinja serta peralatan dan bangunan di lokasi IPLT. Biaya operasi dan pemeliharaan meliputi:

a) Biaya personil (upah dan gaji)

b) Biaya operasi yang meliputi bahan bakar, sampling dan pemeriksaan laboratorium, bahan kimia, pelumas, dan listrik)

c) Biaya pemeliharaan (penyediaan, perbaikan dan penggantian suku cadang)

d) Biaya perlindungan (kesehatan, pakaian, perlengkapan K3 dan asuransi)

e) Biaya penunjang (ATK, keamanan dan komunikasi) Biaya pemeliharaan bangunan IPLT meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memelihara

dan mempertahankan agar bangunan IPLT selalu siap untuk dioperasikanSebagai perkiraan

Sebagai contoh pada IPLT kapasitas 20 m 3 /hari dengan menggunakan kombinasi sistem tangki imhoff dan kolam stabilisasi membutuhkan personil sebanyak 12 orang. Ilustrasi perhitungan

biaya operasi dan pemeliharaan pada IPLT dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut di bawah ini dengan estimasi kebutuhan personil sebanyak 14 orang.

Tabel 1. 1 Pola Perkiraan Tenaga dan Staf Operasional dan Susunan Biaya Personil di IPLT No

Posisi Personil

Bulan (Rp) Tahun (Rp)

(orang)

1. Kepala instalasi

1 S1 / 2 tahun

2. Tenaga keuangan

1 D3 / 1 tahun

3. Tenaga supervisi

1 D3 / 1 tahun

4. Tenaga laboratorium

1 D3 / 1 tahun

5. Tenaga mekanik

1 D3 / 1 tahun

6. Tenaga administrasi

1 D3 / 2 tahun

7. Tenaga pembelian

1 D3 / 1 tahun

8. Mandor

1 SLTA / 3 tahun

9. Supir truk

2 SLTP / 2 tahun

10. Tenaga kebersihan

2 SLTP / 1 tahun

11. Tenaga keamanan

2 SLTP / 2 tahun

Jumlah I 14

Tabel 1. 2 Biaya-biaya Pengadaan

No Pengadaan

Jumlah

Tahun (Rp)

1. Pakaian seragam

3 stel/orang @ Rp 150.000/stel

2. Sepatu khusus (5

1.500.000 orang)

2 pasang/orang @ Rp 150.000/psng

Sebagai contoh untuk biaya untuk pemeriksaan sampel untuk pemantauan kualitas pengolahan IPLT dapat diilustrasikan sebagai berikut:

 Biaya pemeriksaan sampel dari IPLT: Rp. 300.000,-  Dalam satu minggu dilakukan pengambilan & pemeriksaan sampel sebanyak 2 kali  Maka dalam satu bulan diperlukan biaya pemeriksaan lab untuk sampel sebanyak Rp

300.000 x 2 kali/minggu x 4 minggu/bulan = Rp 2.400.000,- per bulan

1.4 Biaya Pengoperasian Armada Angkutan Lumpur Tinja

Biaya yang diperlukan untuk pengoperasian armada pengangkut adalah bahan bakar, minyak pelumas, biaya perbaikan atas kerusakan, biaya penggantian suku cadang, biaya perpanjangan STNK, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya alat bantu dan biaya sampel. Besarnya jumlah biaya yang dibutuhkan dapat dilihat pada ilustrasi yang diberikan di bawah ini. Acuan dalam yang digunakan dalam penyusunan pembiayaan operasi dan pemeliharaan ini dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan IPLT yang saat ini masih dalam bentuk draft.

Ilustrasi biaya pengoperasian untuk satu truk vakum adalah sebagai berikut:

1. Untuk bahan bakar Diasumsikan mobilitas mobil tinja satu hari sejauh 50 km (1 trip) Konsumsi bahan bakar solar

= 1 L/5 km

Solar 1 L/5 km

= Rp. 5.500,-

Satu hari, 4 trip

= Rp. 220.000,-

Satu bulan, 20 hari kerja

= Rp. 4.400.000,-

2. Untuk minyak pelumas Kebutuhan minyak pelumas diasumsikan 10% dari kebutuhan bahan bakar, sebesar = Rp. 440.000,- per bulan.

3. Biaya perbaikan atas kerusakan Biaya perbaikan atas kerusakan diasumsikan 15% dari biaya bahan bakar, sebesar

5. Biaya perpanjangan STNK dan KIR Biaya perpanjangan STNK truk tinja diasumsikan sebesar Rp. 1.500.000,- per tahun.

6. Biaya penyusutan Biaya penyusutan 10% dari nilai beli truk tinja, asumsi harga truk vakum Rp.

250.000.000,- per unit, biaya penyusutan per tahun sebesar Rp. 25.000.000,-.

7. Biaya asuransi kendaraan Biaya asuransi 2% dari nilai beli truk tinja sebesar Rp. 5.000.000,- per tahun.

8. Biaya peralatan bantu Biaya peralatan bantu untuk satu tahun diasumsikan sebesar Rp. 3.000.000,-.

Biaya operasi dan pemeliharaan IPLT menjadi: Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan: Rp 6.160.000 Biaya bulanan dalam setahun menjadi Rp 6.160.000 x 12 bulan = Rp 73.920.000/truk Biaya yang harus dikeluarkan sekali dalam setahun: Rp 34.500.000/truk

Sehingga biaya total operasi dan pemeliharaan armada angkutan menjadi Rp 108.420.000/truk per tahun.

Demikian pula untuk uraian biaya operasi lainnya. Sedangkan biaya pemeliharaan armada truk vakum meliputi: penggantian minyak pelumas, suku cadang, ban dan lain-lain agar selalu siap untuk beroperasi.

dilakukan penetapan standar biaya yang disusun untuk setiap unsur biaya sesuai dengan kondisi peralatan, bangunan maupun daerah setempat dengan kriteria yang diperlukan. Berdasarkan biaya standar yang dihitung dan ditetapkan selanjutnya dipergunakan untuk menyusun anggaran biaya operasi dan pemeliharaan tahunan. Anggaran biaya yang telah disusun sampai dengan biaya standar ini diharapkan mampu menjadi pedoman sehingga tercapai efisiensi yang diharapkan.

Setiap pengeluaran biaya harus mengacu kepada anggaran yang telah disusun dan disepakati. Pada akhir setiap bulan/triwulan dibuat laporan pertanggungjawaban untuk setiap bagian.

Tabel 1. 3 Contoh Format Laporan Biaya Operasional & Pemeliharaan

Laporan pertanggungjawaban biaya operasi dan pemeliharaan Bagian

: ........................................................... Periode

No Jenis Biaya

Realisasi

Anggaran

Selisih (+/-)

1 Controlled cost - - - -

Sub total cont. cost

2 Un-controlled cost - - - -

Sub total un-cont. cost

Total Biaya O & P Catatan:

1.6 Kriteria Dasar Perhitungan Biaya Operasi Dan Pemeliharaan Pada Tahun Dasar

Di dalam uraian butir tiga disebutkan bahwa terdapat dua jenis biaya operasi dan pemeliharaan, yaitu:

 Biaya operasi dan pemeliharaan untuk aset yang sudah ada/dioperasikan.  Biaya operasi dan pemeliharaan untuk aset yang baru dibangun.

Setiap unsur biaya O & P terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Volume Seberapa banyak volume yang seharusnya dipergunakan bergantung pada kondisi teknis peralatan/volume kegiatan. Contohnya: Pengoperasian truk vakum

 Berdasarkan pengamatan kondisi teknis truk vakum dinilai untuk operasi per-jam memerlukan solar 10 liter (60 Km)

 Kebutuhan bahan bakar untuk operasi truk pengangkut dalam 1 tahun adalah sebagai berikut:: - Perusahaan mengoperasikan 2 buah truk vakum

- Jumlah jam operasi masing-masing 8 jam/hari - Jumlah hari operasi tahun = 2 unit x 8 jam/hari x 10 L/jam x 360 hari/tahun

= 57.600 L/tahun

2. Harga satuan Harga satuan yang dipergunakan adalah harga satuan pada tahun dasar disesuaikan dengan rata-rata inflasi periode sebelumnya atau estimasi inflasi tahun yang akan datang. Sedangkan harga satuan pada tahun dasar yang dipergunakan adalah:

a) Rata-rata harga 2 – 3 – 4 tahun terakhir

b) Rata-rata harga bulanan selama tahun dasar  Harga satuan barang pada bulan terakhir tahun dasar

 Harga satuan yang paling ekonomis berdasarkan survey pasar.

1.7 Contoh Perhitungan Biaya Operasi, Pemeliharaan IPLT dan Pengembalian Biaya

Asumsi awal : Produksi Tinja

: 40 gr per orang per hari Volume air yang masuk Tangki Septik

: 10-30 L per orang per hari Volumetrik tinja

: 1,50-4,00 gr/L Produksi lumpur per siklus pengolah anaerob efektif

: 0,15 gr/hr

Produksi lumpur

: 0,15 gr/hr x 360 hr : 45 gr per orang per tahun

(1) Volume lumpur sisa

: 45/2 = 22,5 L per orang per tahun (2) Produksi lumpur per tangki septik per tahun

: 22,5 L x 5 : 112,5 L

Produksi lumpur selama lima tahun 3 : 562,5 m Volume tangki septik 3 : 1,5-2 m

Kapasitas lumpur pada tangki septik

Dalam 5 tahun tangki septik telah dipenuhi lumpur Langkah Perhitungan : Jumlah penduduk Kota A tahun 2012 : 634000 jiwa

1 KK = 5 jiwa Jumlah KK

= 112320 KK

15 % tidak jelas

= 16848 KK

Pelayanan off site

= 28080 SR

Jumlah Tangki Septik

= 67392 unit

1. BIAYA KAPITAL

Biaya kapital terdiri dari :

a. Biaya sarana pengangkutan

3 Truk tangki tinja (2 unit) = 2-3 m = Rp.

b. Biaya IPLT - Tangki imhoff

= Rp.

- Sludge drying bed

= Rp.

- Kolam aerobik/maturasi (1000 m 3 )

Biaya kantor

= Rp. 300.000.000

Rp. 1.125.000.000

2. BIAYA TAHUNAN

a. Operasi dan pemeliharaan truk tinja termasuk depresiasi (lihat sub bab 1.4) Rp. 108.420.000,00/truk per tahun Ada 2 truk sehingga dibutuhkan Rp. 216.840.000

b. Operasi IPLT - Tenaga listrik pompa lumpur

= 2,0 jam x 3,7 Kw x 1 x Rp. 800 x 365 hari/tahun = Rp. 2.160.800,00

- Penerangan = 10 jam x 1 Kw x Rp. 800 x 365 hari/tahun = Rp. 2.920.000,00

- Zat kimia Analisa contoh air

= Rp. 1.800.000/tahun Total operasi IPLT = Rp. 35.680.800,00

c. Pemeliharaan IPLT Eksisting = Rp. 6.000.000

d. Bayar kantor - Gaji pegawai 14 orang ( lihat sub bab 1.3)

= Rp. 397.800.000 - Pengadaan seragam 3 stel/org/tahun

= Rp. 6.300.000 - Perlengkapan sepatu khusus

= Rp. 1.500.000 - Peralatan kesehatan dan K3

= Rp. 1.500.000 Rp. 407.100.000

e. Biaya depresiasi - IPLT 2,5 %

15.625.000 - Kantor 1 %

f. Pengembalian biaya ( Cost recovery)

f = r (1 + r) n (1 + r) n -1

r = interest rate = 10 % n = payback period = 10 tahun

f = 0,6 cost recovery = 0,16 x Rp. 1.125.000.000 = Rp. 180.000.000

- Pemeliharaan

Rp. 6.000.000 - Depresiasi

Rp. 18.625.000 - Cost recovery

180.000.000 - Administrasi

Rp.

Rp. 12.000.000 Rp.

h. 3 Volume lumpur tinja yang dikuras = 9000 m /tahun

i. Maka biaya pengurasan lumpur tinja adalah = Rp. 876.245.800/ 9000 m 3

= Rp. 96.138

j. Pendapatan dari pembuatan kompos Biaya produksi : - Tenaga kerja

= Rp. 25/kg

- Bakteri penyubur

= Rp. 150/kg

- Pengolahan lumpur

= Rp. 50/kg

- Packaging

= Rp. 100/kg

- Biaya administrasi & promosi

= Rp. 50/kg

- Total biaya produksi

= Rp. 375/kg

Dekomposisi lumpur : VSS = 0,8

= 7.2 ton/hari

70 % degredasi = 5,04 ton/hari

= 2.16 ton/hari

FSS = 0,2

= 1,4 ton/hari = 1,4 ton/hari

- Volume lumpur = 2 m 3 - Biaya pengurasan 3 = Rp. 96.138/m

= Rp. 194.721/5 tahun = Rp. 38.944/tahun = Rp. 3.245/bulan

Dapat ditarik melalui PDAM = Rp 3500-5000/bulan dengan pengurasan gratis.

1.8 Kesimpulan

Di Indonesia penanganan lumpur merupakan salah satu penanganan sarana umum yang termasuk ‘cost recovery’ yang diperoleh melalui retribusi. Penentuan besarnya retribusi dilakukan dengan menghitung besarnya biaya operasi dan pemeliharaan IPLT ditambah dengan besarnya keuntungan yang ingin diperoleh.

Perhitungan biaya operasi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan alat pengangkutan lumpur dan alat pengolah lumpur tinja. Dengan memperhatikan unsur biaya operasi dan pemeliharaan, yaitu volume dan harga satuan dasar maka dapat dilakukan penyusunan anggaran biaya operasi dan pemeliharaan.

2. PEMBIAYAAN OPERASI & PEMELIHARAAN IPAL

2.1 Pendahuluan

Aspek pembiayaan dalam pengelolaan air limbah sangat penting mengingat sektor air limbah merupakan sektor yang tidak memberikan keuntungan bagi pengelolanya. Permasalahan saat ini :

a. Ketidakseimbangan Anggaran dengan Beban Pelayanan a. Ketidakseimbangan Anggaran dengan Beban Pelayanan

Beberapa IPAL menunjukkan kinerja yang baik karena dikelola oleh PDAM sehingga biaya operasional mendapatkan subsidi dari pelanggan air minum. Tarif pengelolaan air limbah menjadi satu dengan rekening air minum sehingga tingkat pembayaran lebih tinggi.

2.2 Biaya Investasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

Perkiraan biaya investasi instalasi/proyek terdiri atas: biaya konstruksi, biaya kompensasi, biaya administrasi, biaya jasa perencanaan teknik, biaya tak terduga perubahan harga, serta biaya tak terduga perubahan fisik dan pajak pertambahan nilai (PPN). Komponen biaya instalasi/proyek dinyatakan pada Gambar 2.1.

Pembiayaan inventasi instalasi/proyek meliputi :

1. Biaya Konstruksi Biaya Konstruksi terdiri dari biaya langsung (dasar perkiraan dari perkalian jumlah/ volume pekerjaan dikalikan harga satuan) dan biaya tidak langsung, yang diperkirakan dari persentase biaya langsung.

2. Biaya Kompensasi Biaya kompensasi akan meningkat bila ada pembebasan tanah dan bangunan dan segala sesuatu yang berhubungan dalam pembangunan. Biaya ini tergantung Surat Keputusan Pemerintah Daerah, yaitu Bupati atau Gubernur.

3. Biaya Administrasi Biaya administrasi proyek adalah pengeluaran untuk Pengelola Proyek dalam pelaksanaan sebenarnya. Biaya ini adalah 5% dari biaya konstruksi, ditambah biaya tak terduga fisik.

4. Biaya Jasa Perencanaan Teknik Biaya jasa perencanaan teknik dipakai untuk pembiayaan pekerjaan detail desain dan supervisi pekerjaan konstruksi, utamanya yang dilakukan oleh Konsultan. Biaya jasa perencanaan teknik diperkirakan 12% dari biaya konstruksi ditambah biaya tak terduga fisik.

5. Biaya Tak Terduga Harga Biaya ini disediakan untuk mengatasi terjadinya eskalasi harga. Dari sudut pandang ekonomi, dapat diterapkan 2% per tahun untuk total porsi asing dan lokal.

6. Biaya Tak Terduga Fisik Biaya tak terduga fisik diterapkan 10% dari biaya konstruksi. Biaya ini disediakan untuk pembiayaan pengeluaran lainnya, seperti biaya kompensasi, biaya administrasi, dan biaya untuk kejadian-kejadian lainnya dalam konstruksi.

7. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diterapkan 10% dari biaya konstruksi ditambah biaya tak terduga fisik. Perkiraan Biaya Proyek terdiri dari: biaya konstruksi, biaya tak terduga fisik, biaya administrasi, biaya jasa perencanaan teknik dan pajak pertambahan nilai (PPN).

2.3 Biaya Pemasangan Pipa

Biaya pekerjaan pemasangan pipa air limbah dengan metode clean construction, meliputi biaya untuk:

• Pekerjaan persiapan

Unit biaya pemasangan pipa dikelompokkan berdasarkan: • Diameter pipa • Kedalaman pipa terpasang

Kedalaman pemasangan pipa dan kondisi tanah setempat serta tinggi muka air tanah akan menentukan metode pelaksanaan di lapangan, demikian pula lebar jalan dan kondisi lapangan akan menentukan jenis, tipe, dan kapasitas peralatan yang digunakan, dimana hal tersebut akan mempengaruhi besarnya biaya pemasangan. Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran pipa terpasang di lapangan, dari pusat mainhole ke mainhole berikutnya. Secara

ringkas biaya pemasangan untuk setiap meter panjang pipa seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 1 Gambaran Biaya Pemasangan Pipa

Jacking Pipe Construction - Unit Rate

Exchange rate (Rp/yen)

Fixed Cost

Unit Rate

Amount

Equiv. Total

Amount Equiv. Total

Yen Rp. Pipe material (800mm)

5,747,887,446 168,778,500 25,618,568,442 Temporary Facility Work

Pipe Jacking Work

Pipe Installation thru Shaft

Invert Mortar

Dewatring for jacking

Temporary Facility of Shaft

Pipe Cleaning

Shaft Type 2

Shaft Type 4

Shaft Type 1

Backfill for Shaft

Unit rate per meter =

Breakdown for the original scope

Fixed Cost 25,618,568,442 <= 2 untis of Jacking Machine and equipment)

Fixed Cost + Variable Cost

Unit Rate =

Variable Cost 19,707,067,918 <= Other work item cost

Total Length

Total Cost 45,325,636,359

For 2.2 km Jacking Fixed Cost 25,618,568,442 Rp. Variable Cost

8,957,758 Rp./m

For 5.0 km Jacking Fixed Cost 25,618,568,442 Rp. Variable Cost

8,957,758 Rp./m

Unit rate for 5.0 km jacking =

14,081,472 Rp./m

2.4 Biaya Operasi Dan Pemeliharaan IPAL

Unsur-unsur biaya terdiri dari :

1. Biaya investasi

2. Biaya operasi dan pemeliharaan

3. Biaya pengembangan

4. Biaya retribusi

5. Biaya depresiasi Penjelasan unsur-unsur biaya tersebut berikut :

1. Biaya Investasi, dalam operasi dan pemeliharaan IPAL yang termasuk dalam investasi adalah antara lain peralatan untuk mendukung operasi IPAL. Yang dimaksud dengan Investasi disini bukan membuat instalasi IPAL namun alat-alat perlengkapan pendukung operasi dan pemeliharaan instalasi.

2. Biaya Operasi Dan Pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari :

a. Biaya tetap (fixed cost) atau biaya tidak langsung.

1) Biaya personil (upah/gaji pegawai) termasuk lembur, uang makan dan transport.

2) Biaya kantor : - Pemeliharaan gedung - Pemeliharaan kendaraan operasional kantor - Pemeliharaan peralatan kantor dan peralatan kerja, P3K - Biaya langganan listrik dan telepon - Biaya kebersihan kebun/halaman/lantai - Biaya operasional kantor (ATK, rapat, dll) - Biaya bahan : bahan kimia, laboratorium, bahan untuk treatment lumpur kering - Biaya Perjalanan

b. Biaya operasi dan pemeliharaan IPAL : Biaya operasi dan pemeliharaan instalasi IPAL :

1) Operasi dan pemeliharaan unit-unit - Persiapan operasi (start up) - Operasi harian

3) Biaya pemeliharaan sambungan rumah ( house Connection) - Biaya tenaga kerja - Biaya pembesihan - Biaya pemeliharaan bak

4) Biaya O dan P instalasi IPAL - Biaya pembersihan saringan

- Biaya perawatan mekanik (aerator, pompa) - Biaya perawatan scraper

3. Biaya Pengembangan Biaya pengembangan bertalian dengan perluasan (ekspansi) instalasi maupun perluasan daerah pelayanan. Hal-hal yang menyangkut kegiatan ini direncanakan secara matang, dari segi teknis dan pembiayaan. Dari segi teknis tidak memerlukan teknologi tinggi dan dari segi pembiayaan layak secara ekonomi dan dapat dijangkau dengan kondisi keungan yang ada. Biaya pengembangan misalnya pengadaan truk tinja baru, pengadaan gerobak, vacuum pump, submersible pump dan sebagainya, penambahan sambungan rumah.

4. Biaya Retribusi Biaya ini dikeluarkan setiap bulan atau setiap tahun, yang ditarik oleh Pemda. Retribusi ditetapkan dengan PERDA. Retribusi dari pemda misalnya retribusi jalur pipa, retribusi air baku untuk penggelontoran (flushing).

5. Biaya Depresiasi Semua barang-barang yang termasuk kategori investasi, akan mengalami penyusutan atau depresiasi, seperti instalasi IPAL, peralatan pendukung, peralatan kantor akan depresiasi dapat digunakan untuk pengadaan barang/investasi baru.

2.5 Biaya Spesifik

Biaya spesifik merupakan biaya yang diperlukan untuk pembangunan dan/atau biaya operasi dan pemeliharaan seluruh atau sebagian komponen sistem pengelolaan sanitasi yang menggunakan jenis, teknologi dan bahan tertentu. Biaya spesifik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini.

Tabel 2. 2 Interval Biaya Spesifik Investasi IPAL Sistem OffSite (Harga dalam US $, 1 US$ = Rp. 9600, harga berlaku tahun 2006, angka-angka dibulatkan)

Biaya IPAL /

Biaya IPAL /

Biaya IPAL / Jiwa

No. SISTEM

(m 3 /Hari)

(kg/BOD5/Hr)

Int.Bwh

Int.Atas

Int.Bwh

Int.Atas

Int.Bwh Int.Atas

Sanitasi Komunal

44 54 1.261 1.543 Sanitasi Komunal

1 Model l

2 7 19 18 57 504 1.740 Model ll

4 Aerated lagon

3.710 7.769 Rotating Biological

5 Stabilization Pond

Sumber : Buku Saku Biaya Spesifik Investasi Air Limbah, Subdit Investasi PLP, Departemen PU, 2008

Tabel 2. 3 Interval Biaya Spesifik Jaringan Perpipaan Sistem OffSite (Harga dalam US $, 1 US$ = Rp. 9600, harga berlaku tahun 2006, angka-angka dibulatkan)

Biaya / m Panjang Pipa SISTEM

Biaya / PE

Int. Bwh

Int. Atas

Int. Bwh Int .Atas

Jaringan Perpipaan

Sumber : Buku Saku Biaya Spesifik Investasi Air Limbah, Subdit Investasi PLP, Departemen PU, 2008

Tabel 2. 4 Interval Biaya Spesifik Instalasi Pengolahan Air Limbah Sistem On Site (Harga dalam US $, 1 US$ = Rp. 9600, harga berlaku tahun 2006, angka-angka dibulatkan)

Biaya / (M3/hari) No.

Biaya / KK

Biaya / Jiwa

SISTEM

Int.Bwh

Int. Atas Int. Bwh Int. Atas

Int.Bwh Int.Atas

1 Tangki Septik +resapan

3. PENENTUAN HARGA RETRIBUSI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN MEKANISME PEMBAYARAN TAGIHAN DI INDONESIA

3.1 Penentuan Harga

Panduan nasional tentang pengelolaan air limbah (2003) menyatakan bahwa peran pemerintah kota / kabupaten dalam pelayanan pengolaan air limbah mencakup pembentukannya suatu organisasi pengelola yang layak dan system pemulihan biyaya yang terjangkau. Panduan tersebut juga menyatakan bahwa pertimbangan – pertimbangan berikut ini perlu disertakan dalam menentukan harga layanan air limbah:

1. Kesesuaian dengan panduan yang telah ditetapkan pemerintah pusat.

2. Penerapan subsidi-silang dari kelompok ekonomi yang lebih kuat kepada yang lebih lemah.

3. Persetujuan dari bupati/walikota dan DPRD.

4. Penetapan harga berdasarkan banyaknya air limbah yang dikelola.

5. Jika metode yang dinyatakan dalam butir 4 diatas tidak dapat diterapkan, maka tarif

ditentukan berdasarkan suatu persentase konsumsi air minum jika data konsumsi tersebut tersedia.

6. Pilihan lainnya adalah untuk jaringan air limbah terpusat tarif dapat ditetapkan

bredasarkan fungsi, wilayah, dan klasifikasi bangunan.

7. Untuk system terpusat dimana terdapat jaringan perpipaan yang membawa air limbah dari sumbernya ke suatu jaringan utama pengumpul dan selanjutnya ke suatu instalasi pengolahan air limbah, tarif harus ditetapkan dengan mempertimbangkan :

a. Biaya operasi dan pemeliharaan jaringan perpipaan dan instalasi pengolahan

b. Penyusutan

c. Biaya pelestarian dan pemulihan lingkungan

d. Biaya pembangunan

8. Untuk Sistem tidak terpusat (penyedotan tangki septic). Tariff harus ditetapkan dengan mempertimbangkan banyaknya air limbah yang dihasilkan (kapasitas tangki septic atau kapasitas penyedotan) dan memperhitungkan factor – factor berikut ini

a. Biaya penyedotan

b. Biaya transportasi b. Biaya transportasi

Masih terdapat keraguan apakah tarif yang berlaku dikebanyakan daerah di Indonesia saat ini dapat memulihkan biaya operasi dan pemeliharaan jaringan dengan memadai. Bahkan dengan subsidi sekalipun, diyakini masih banyak jaringan yang terus menghadapi risiko berkurangnya usia teknis dan ekonomis karena tidak tersedianya anggaran yang memadai untuk operasi dan pemeliharaan.

Wawancara dengan sejumlah instansi pengelola air minum dan air limbah menujukkan bahwa adanya persyaratan untuk mendapatkan persetujuan dari DPRD juga meninmbulkan masalah yang besar dalam menentukan tarif yang layak. Banyak instansi yang diharuskan untuk meningkatkan pelayanannya terlebih dahulu sebelum mengusulkan kenaikan tarif. Tetapi untuk meningkatkan pelayanan tersebut instansi yang bersangkutan harus terlebih dahulu menghasilkan pendapatan yang lebih besar (yang berarti harus menaikan tarif) agar bias melakukan investasi untuk peningkatan dan perluasa jaringan, situasi semacan ini cepat berkembang menjadi lingkaran setan, dimana disuatu pihak DPRD tidak berkenan menyetujui kenaikan tarif sebelum melihat adanya peningkatan pelayanan, sedangkan di lain pihak instansi pengelola tidak dapat melakukan peningkatan tanpa menaikkan tarif.( JBIC, 2007)

3.2 Mekanisme Pembayaran Tagihan

Mekanisme pembayaran tagihan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengelolaan air limbah sistem setempat dan pengelolaan air limbah sistem terpusat.

3.2.1 Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat

Pada pengelolaan air limbah dengan sistem setempat berarti instalasi pengolahan limbah tangki septic yang mengolah limbah, tangki septic (berasal dari rumah tangga). Lumpur hasil penyedotan tangki septik atau IPAL Komunal dikumpulkan dan dibawa ke IPLT oleh truck- truck tinja yang dioperasikan oleh pihak swasta maupun instansi pemerintah.

1. Penagihan pembayaran dari Armada truk yang dioperasikan pemerintah Secara tipikal, instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas armada tersebut

 Jika armada merupakan bagian dari operasional regular instansi, maka instansi sendirilah yang akan menagih pembayaran dari pemilik tangki septik atau IPAL

komunal.

2. Penagihan pembayaran dari Armada truk swasta Mekanisme Pembayaran dalam hal ini cukup sederhana. Perusahaan truk bisa membayar langsung kepada operator instalasi pengolahan limbah sepik (instansi pengelola air limbah) setiap kali trucknya mengirmkan limbah septic ke instalasi, atau mereka dapat membuat kontrak untuk ditagih dan membayar secara berkala.

3.2.2 Pengelolaan Air Limbah Sistem terpusat

Untuk Tujuan laporan ini, suatu jaringan terpusat berarti suatu jaringan air limbah yang terdiri dari jaringan pemipaan yang mengumpulkan air limbah dari sumbernya dan membawanya ke suatu instalasi pengolahan “pusat”. Terdapat dua jenis pengaturan kelembagaan bagi pengelolaan jaringan air limbah semacam ini.

(1) Jaringan dikelola oleh perusahaan air minum milik pemerintah daerah , atau PDAM, seperti misalnya PDAM Bandung dan Surakarta. (2) Jaringan dikelola oleh instansi yang khusus dibentuk untuk mengelola air limbah, seperti misalnya PD PAL Jaya di Jakarta dan PD PAL Banjarmasin.

1. Untuk IPAL yang dikelola PDAM Idealnya, tagihan air limbah diterbitkan dan ditagihkan sebagai bagian dari tagihan air minum. Alasannya adalah

(i) menurut panduan nasional, tagihan air limbah dapat ditetapkan berdasarkan konsumsi air; (ii) lebih mudah untuk menerapkan tindakan penertiban bagi pelanggan nakal karena sanksi yang diberikan dapat dikaitkan dengan layanan air minum – dimana penduduk memiliki ketergantungan yang lebih tinggi ketimbang pelayanan air limbah yang manfaatnya cenderung masih belum disadari banyak orang.

Meskipun demikian, pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama. tidak semua pelanggan layanan air limbah juga sekaligus menjadi pelanggan PDAM. Kedua mengintegrasikan tagihan air limbah dan air minum memerlukan penyesuaian sistemik terhadap praktek penagihan PDAM, yang bisa mengarah pada meningkatnya kebutuhan sumber data manajemen maupun teknis.

penagihan dapat ditingkatkan dengan arti jika tagihan diterbitkan dan ditagihkan sebagai bagian dari utifilitas lain, terutama air minum

3.3 Contoh-contoh Kasus di Indonesia

3.3.1 Biaya Investasi dan Biaya Operasional Pemeliharaan IPAL

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Ausaid 2006 pada pengelolaan air limbah sistem terpusat yang ada di Indonesia diperoleh hasil seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. 1Biaya Investasi beberapa IPAL di Indonesia

Investasi/SR Investasi/SR Sistem

Investasi/m 3

Investasi/

Operator m 3 terpakai (Rp Disain (Rp Pengolahan

terpakai (Rp)

disain (Rp)

63 2.650 892 anaerobic, fakultatif dan maturasi Banjarmasin

Bandung Kolam :

16.506 15.845 Biological contactor (RBC) Cirebon

1.485 698 fakultatif dan maturasi

Investasi/SR Investasi/SR Sistem

3 Investasi/

Operator m 3 terpakai (Rp Disain (Rp Pengolahan

Investasi/m

terpakai (Rp)

disain (Rp)

Jogja Kolam

6.649 4.871 aerobik Medan

UASB. Kolam

35 1.133 319 : aerobic, fakultatif

PD PAL Kolam

aerobik

Solo Kolam

aerobik

Sumber : AUSAID, 2006

PDAM Cirebon

PD PAL Jaya

NA PDAM Medan

NA

NA

15.715 PDAM Solo

4.950 Dinas Tangerang

Dinas Yogyakarta

774 Sumber : AUSAID, 2006 (berdasarkan data keuangan tahun 2004)

Dari Tabel 3.1 dan 3.2 di atas, terihat bahwa biaya investasi dan biaya operasi serta pemeliharaan sangat bervariasi tergantung sistem pengolahan yang digunakan. Pengolahan dengan sistem kolam relatif lebih murah bila dibandingkan dengan sistem pengolahan yang lain.

3.3.2 Struktur Tarif

1. Kota Banjarmasin

Tabel 3. 3 Tarif Air Limbah di Kota Banjarmasin

Tarif Kategori

Diskripsi

(Rp/bulan)

A . Sosial

A 1. Sosial umum

Hidran Umum, WC Umum, Tempat

5.000 ibadah termasuk Musholla dan Langgar

A 2. Sosial Khusus

Pusat layanan kesehatan, puskesmas,

rumah sakit umum, pusat rehabilitasi, sarana social lainnya.

B NON-USAHA

B 1 Rumah Tangga A1

Rumah sederhana

B 2 Rumah Tangga A2 Rumah tidak sederhana & tidak mewah 10.000

B 3 Rumah Tangga A3

Rumah mewah

B 4 Rumah Tangga A 4

Perumahan pemerintah/ABRI

C .USAHA

C. 1 Usaha kecil

Tarif Kategori

Diskripsi

(Rp/bulan)

air, kos-kosan, usaha lain sesuai dengan ijin usahanya.

C. 2 Usaha menengah Rumah sakit swasta, motel, hotel melati, 50.000

depot, pusat pembelanjaan, gedung bioskop, salon kecantikan, pusat perbaikan, praktek, klinik dokterm usaha makanan dan minuman, tempat pencucian kendaraan bermotor, usaha lainnya sesuai dengan ijin usahanya.

C. 3. Usaha besar

Hotel berbintang, restoran, mall,

supermarket, bank, kantor PLN dan Telkom, dealer/Showroom

D .Industri

D. 1. Industry kecil/rumah Kerajinan, kerajinan rumah tangga, usaha 20.000 konveksi kecil, usaha perternakan kecil, industri kecil lainnya.

D. 2. Industri menengah

Toko mebel. Toko batako batubata,

D. 3. Industri besar Perikanan, pabrik es, pabrik makanan dan minuman, Bandar udara, pelabuhan, industri besar lain sesuai ijin usahanya

Pedagang di pasar

A. Pedagang emper 5.000

B. Pedagang meja 500

C. Kios 10.000

D. Toko 15.000

E. Grosir 20.000 Pembuangan Limbah Tinja ke 3 10.000/m

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja

Tabel 3. 4 Tarif Air Limbah di Kota Jakarta

Tarif (Rp per m 2 ) Luas No.

Kategori Pelanggan Lantai/bulan

I. Rumah Tangga

1. Rumah Tangga Tipe A

2. Rumah Tangga Tipe B

3. Rumah Tangga Tipe C

4. Rumah Tangga Tipe D

II Usaha kecil

1. Toko

2. Kantor (sampai 3 lantai)

3. Salon kecantikan

5. Restoran/rumah makan kecil

7 Usaha kecil lainnya

III Usaha Besar

1 Bangunan bertingkat

2 Bangunan bertingkat termasuk

restoran dan pusat kebugaran

3 Pusat pembelanjaan/Mall

4 Hotel Bintang l, ll, dan lll

5 Apartement/kondominium

6 Hotel bintang lV

7 Pusat hiburan

8 Rumah sakit Swasta

9 Hotel bintang V

10 Usaha besar Lainnya

IV Sosial

1 Tempat ibadah

2 Puskesmas

Sumber : Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 2379 Tahun 2003

3. Kota Medan 3. Kota Medan

b. Tarif dikenakan per meter persegi bangunan dan dibagi menjadi dua kelas. Kelas A adalah untuk pelanggan dengan konsumsi air minum kurang dari 30 m 3 per bulan

dan kelas B adalah untuk konsumsi lebih dari 30 m 3 per bulan.

Tabel 3. 5 Tarif Air Limbah Kota Medan

2 Klasifikasi Tarif 2 Kelas A*) Rp/m Kelas B **) Rp/m

A Sosial

1 Sosial Umum-S1

2 Sosial Khusus-S2

B Non Komersial

1 Rumah Tangga A-NA1

2 Rumah Tangga B-NA2

3 Rumah Tangga C-NA3

4 Rumah Tangga D-NA4

2 Klasifikasi Tarif 2 Kelas A*) Rp/m Kelas B **) Rp/m Kedutaan Besar/Konsulat-

5 NA5

6 Institusi Pemerintah

C Usaha

1 Usaha Kecil – N1

2 Usaha kecil – N2

D Industry

1 Industr kecil – IN1

2 Industry Besar – IN2

E Komersial Khusus

Sumber : Keputusan Gubernur No. 539/1023/2002

4. Kota Cirebon

a. 25% dari tariff air minum (belum diterapkan)

b. Pengguna layanan hanya dikenakan biaya penyambungan. Tidak ada tagihan

Non-komersial

Komersial I

Komersial II

Biaya penyambungan

Rp 2.000.000 baru Biaya penyambungan kembali (untuk

Rp 1.200.000

Rp 1.500.000

Rp 225.000 mengaktifkan kembali sambungan yang diputus) Biaya administrasi dan

Rp 150.000

Rp 165.000

Rp 225.000 pencatatan

Rp 150.000

Rp 165.000

Sumber : JBIC, 2007

5. Kota Tangerang

a. Struktur tarif dibagi menjadi 3 kategori

b. Struktur tarif ini disusun oleh Dinas PU Kota Tangerang

Tabel 3. 7 Tarif Air Limbah Kota Medan

Rumah

Kategori

Rumah Mewah

Rumah kecil

Menengah

Tarif Rp 25.000/rumah Rp 20.000/rumah Rp 17.500/rumah

3.3.3 Tarif Penyedotan Lumpur Tinja di Beberapa Kota di Indonesia

Tabel 3. 8 Tarif untuk Penyedotan Lumpur Tinja Tarif Penyedotan Tangki

Kota Sumber

Septik

Kota Makasar

Layanan biasa (2-5 hari

Kinerja Pengelolaan Air setelah permintaan) Rp 75.000 Limbah Perkotaan Di per trip

Indonesia, 2003

Layanan cepat (kurang dari 1 hari setelah permintaan) Rp

Tarif Penyedotan Tangki

Kota Sumber

Septik

Kota Surabaya 3 Rp 3750 / m untuk Kinerja Pengelolaan Air

pengiriman limbah septik ke

Limbah Perkotaan Di

instalasi pengolahan limbah

Indonesia, 2003

tinja

Kota Samarinda

Rp 150.000 untuk

Kinerja Pengelolaan Air

mengosongkan satu tangki

Limbah Perkotaan Di

Indonesia, 2003 Kota Balikpapan

septik

Rp 100.000 untuk

Kinerja Pengelolaan Air

mengosongkan satu tangki

Limbah Perkotaan Di

Indonesia, 2003 Kota Ambon

septik

Rp 70.000 untuk

Kinerja Pengelolaan Air

mengosongkan satu tangki

Limbah Perkotaan Di

septik

Indonesia, 2003