SIMPULAN AKHIR

BAB IV SIMPULAN AKHIR

Semua pemaparan dalam buku ini merupakan olah kedisiplinan berangkat dari keingintahuan yang mendesak akan kharakter spiritual Kongregasi dan konsepsi Konsili Vatikan II tentang pembaruan dan penyesuaian hidup bakti, khususnya berdasarkan Dekrit tentang Pembaruan dan Penyesuaian Hidup Religius Perfectae Caritatis Art. 2. Dalam terang

penyelidikan ini sekarang kita diuji untuk menyajikan secara koheren tentang revitalisasi Spiritualitas Vinsensian Kongregasi.

Pertama-tama , suatu unsur hakiki dari Spiritualitas Vinsensian Kongregasi adalah relasinya dengan tradisi-tradisi Vinsensian. Hubungan ini dibentuk oleh akar Spiritualitas Vinsensian Kongregasi. Elemen-elemen berikut mengindikasikan akar spiritualitasnya St. Vinsensius de Paul itu. Para Pendiri sendiri mewakili dan menghadirkan kembali secara konsisten hidup menurut teladan St. Vinsensius de Paul di dalam melayani anak-anak termiskin di antara mereka yang miskin dan yang membutuhkan, baik secara materiil maupun secara spiritual. Inspirasi yang otentik 350 yang melahirkan Kongreasi

adalah spirit St. Vinsensius de Paul. Para Pendiri merumuskannya dengan menuliskan Aturan dan/atau Konstitusi, serta dokumen dalam usaha untuk mentransfer spirit ini ke dalam kehidupan para anggotanya dan/atau para pengikut mereka. Aturan dan/atau Konstitusi tersebut merupakan suatu garansi bagi kualitas hidup Injili dan pelayanan komunitas religius perdana. Kualitas Injili inilah yang diakui secara resmi oleh otoritas Gereja melalui

Joseph Nassal menjelaskan bahwa para pendiri komunitas religius diinspirasi oleh Roh untuk menjadi daging bagi aspek khusus dari komunitas religius dengan menjawab kebutuhan-kebutuhan khusus Gereja dan dunia di zamannya. J OSEPH N ASSAL , “Reclaiming Our Name”, RR 53 (November-December 1994) 841-842. Lihat juga A.

P AUL D OMINIC , “Charism, Charisms, and Faddism”, RR 53 (1994) 44-48.

141 | Petrus Suparyanto

penerimaan dan pengesyahan konstitusi mereka. 351 Sebab, aturan dan/atau konstitusi merupakan buah-buah rohani dari olah spiritual hidup mereka,

karenanya menjadi jelaslah suatu desakan untuk kembali kepada spirit asli dan melindunginya.

Rumusan spiritualitas kongregasi mengartikulasikan kharisma pendirian para pendiri. Kharisma pendirian menjelaskan suatu pengalaman akan Roh Kudus yang ditransmisikan kepada pengikut-pengikut mereka untuk dihayati, dilindungi, didalami dan secara terus-menerus dikembangkan demi

pembangunan Gereja, tubuh mistik Kristus. 352 Hal itu berarti juga suatu undangan ke dalam hidup dan pengalaman komuniter 353 ; inti hidup batin

Kongregasi yang darinya pembaruan hendaknya dimulai dan mendapatkan dasarnya.

Kedua , undangan Konsili Vatikan II tentang pembaruan hidup bakti hendaknya diletakkan di dalam konteks pembaruan seluruh Gereja, spiritualitas umum Gereja, dan dibawah bimbingan Roh Kudus dan Gereja. Pembaruan hidup bakti hendaknya ditempatkan di dalam gerakan pembaruan Gereja secara keseluruhan dimana kaum religius terlibat menurut spiritualitas dan fungsi khas masing-masing tarekat. Di atas semua itu, pembaruan dan penyesuaian hidup bakti hendaknya dimulai dari hidup

batin. 354 Karenanya, hal ini sangat penting, bahwa kaum religius mengetahui apa itu spiritualitas pendiri yang otentik dan membagikannya secara sadar.

Artinya, kaum religius memperhatikan sungguh-sungguh kodratnya sebagai

351 Bdk. M ARY M ILLIGAN , “Charism and Constitutions”, 51-53. 352 Bdk. R ENÉ L AURENTIN , “Charisms: Terminological Precision”,

Concillium 9 (1977) 8-9. 353 Bdk. ET 11, “Konsili benar-benar menekankan pada kewajiban

religius untuk percaya terhadap spirit para pendiri mereka, terhadap intensi Injili dan terhadap contoh kekudusan mereka.”

Moli nary mencatat bahwa “hidup religius hendaknya tidak hanya mengutamakan hidup batin. Sebaliknya, hidup batin mestinya membawa kita kepada suatu kreatifitas yang hebat; daya batin mestinya mewujudkan dirinya secara konkret dalam cara yang sedemikian yang menampakkan kharakter supernatural.”. Lih. P AUL M OLINARI , S.J., “Renewal of Religious Life …”, 797.

142 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI

religius dan kekhasannya sebagai anggota suatu tarekat/kongregasi yang berawal dari inspirasi pendiri, menyingkirkan hal-hal yang tidak hakiki yang tidak cocok lagi dengan zaman, melestarikan yang esensial dalam terang bimbingan Gereja dan Roh Kudus, dan untuk menerangi situasi tempat mereka hidup.

Ketiga , melalui konfrontasi dengan tradisi Vinsensian, apa itu spiritualitas otentik para Pendiri menjadi jelas. Yakni, suatu visi tentang Allah di dalam Yesus Kristus yang diutus untuk menemani dan membimbing begitu banyak

kaum muda dalam peziarahan mereka kepada Allah Bapa. 355 Para bruder merasa terpanggil untuk berjalan dengan-Nya di dalam perziarahan-Nya

melalui karya-karya cintakasih dan memberikan bantuan dan pelayanan kepada yang tertindas dan yang membutuhkan menuju tujuan akhir mereka. Di dalam terminologi Vinsensian, misi kita adalah mengikuti Yesus yang memberitakan kabar gembira Kerajaan-Nya kepada semua orang, khususnya kepada orang yang miskin, lemah, yang direndahkan dan disingkirkan dunia. Ia yang datang untuk memerdekakan umat-Nya, membebaskan mereka dari

penderitaan jasmani dan rohani. 356 Aspek-aspek inilah, pada waktu-waktu kemudi an dikenal sebagai “evangelisasi dan pelayanan untuk kaum miskin”.

Ketika kita bicara tentang suatu gerakan berbalik kepada keaslian masing- masing institusi religius, pertama-tama kita mengutamakan bahwa kita hendaknya merancang suatu usaha untuk mencapai dan menghayati hidup religius kita sebagai bentuk persembahan kepada Kristus, dimana kita

mestinya berbagi dengan cara hidup-Nya. 357 Keempat , kharisma atau kharisma pendirian lebih luas daripada

perwujudan konkretnya di dalam karya kerasulan tertentu, bahkan meskipun dalam beberapa kasus, suatu karya kerasulan khusus mungkin menjadi perwujudan esensial dari kharisma itu. Kharisma memberikan keutamaan-

355 Bdk .Rules of 1841 art. 1; TR 1855, art 9; RC 1870 art 1; RC 1870 art IX.

Lih. R OBERT P. M ALONEY , C.M. , “The Way of Vincent de Paul….”, 22-26.

357 Bdk. P AUL M OLINARI , S.J., “Renewal of Religious Life …”, 796.

143 | Petrus Suparyanto

keutamaan dan perwujudannya di dalam hidup dan misi kongregasi. 358 Pentinglah membedakan spiritualitas otentik para Pendiri atau kharisma

pendirian dari perwujudan konkretnya. Di dalam konteks ini, sementara Gereja mengundang kita untuk mengenali spirit asli kita, ia sama sekali tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa spirit ini mungkin akan menemukan perwujudannya secara berbeda dari abad-ke-abad.

Satu di antara tanda-tanda kharisma pendirian adalah kreatifitas dan adaptabilitas. Hal ini tidak berarti melestarikan karya-karya konkret dari generasi pertama ke generasi yang akan datang, tetapi melanjutkan menjawab kebutuhan zaman mereka bertolak dari visi dan tradisi spiritual para pendiri. Bagi suatu komunitas, bersentuhan dengan akar spiritualnya merupakan sumber pembaruan yang benar yang dapat memberikan keleluasaan bagi suatu karya kerasulan yang dinamis dan yang membebaskan. Setiap adaptasi dan inovasi, memiliki konsekuensi untuk berangkat dari spirit yang otentik dari pendiri. Dapat dikatakan bahwa dimana spirit adaptasi ini ditemukan, seorang religus hidup dalam kesatuan yang makin dalam dengan spirit pendiri. “Komunitas tetaplah komunitas yang sama sejauh disatukan dan digerakkan oleh idealitas dan spiritualitas

pendirinya”, 359 tegas McCarty. Yang terakhir , hal yang perlu untuk penelitian lebih lanjut. Sebagian

dokumen Kongregasi masih berbahasa Belanda (kuno). Banyak karya yang digunakan untuk penelitian ini, belum tersedia dalam terjemahan dalam Bahasa Inggris. Juga, karya-karya tersebut belum pernah diselidiki dari kaca mata teologi spiritual. Kenyataan ini dapat menjadi bahan penelitian untuk masa depan. Lebih jauh lagi, tertinggal satu pertanyaan penting yang terbuka untuk penelitian lebih lanjut: mempertimbangkan kemiskinan struktural, adakah karya belaskasih yang lain dengan mengutamakan kaum miskin, yang tidak hanya bersifat karitatif, melainkan lebih karya belaskasih yang struktural? Jika ada, apa itu dan bagaimana buah-buahnya? Ini benar-benar merupakan tantangan dalam dunia dewasa ini.

358 Lih. M ARY M ILLIGAN , “Charism and Constitutions”, 52-53. 359 S HAUN M C C ARTY , S.T. , “Touching Each Other at the Roots. …”, 203.

144 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI

Lampiran 1 ADMINISTRATOR APOSTOLIK DI LIMBURG 360 USKUP HIRINA

-------------

Dengan surat ini kami menyetujui Regula dan lampirannya Kongregasi para Bruder (St.Vinsensius de Paul, di bawah perlindungan Yang Terkandung Tak Bernoda), dan dengan demikian menegaskan dan mendukung suatu Lembaga yang sangat berfaedah bagi agama dan negara. Kami menyatakan pula bahwa bukan maksudnya, kami mengatakan bahwa pelanggaran Regula ini, dosa, seandainya tindakan ini, lepas dari Regula ini, bukan soal dosa. Meskipun begitu kami ingin agar mereka menaati Regula itu dengan setia, supaya, dengan rahmat Allah, mereka lebih pasti mencapai tujuan Regula itu, yaitu hidup bakti yang teratur. Kongregasi yang namanya disebut di atas ini di bawah pengamatan Paduka L.Rutten.

Roermond, November 25, 1841

Tertanda

+ J. A. Paredis

L.S.

F.A.H.Boermans, Sekr.

Bulla Pengesyahan Regula/Peraturan Pertama Kongregasi. Br. Hyacinthus memberikan catatan bahwa dalam naskah asli, bagian di dalam kurung dicoret dan dipinggir halaman oleh Bapa Pendiri dituliskan teks sebagai berikut: “... Yang Terkandung Tak Bernoda dibawah Perlindungan St. Vinsensius de Paul.” Diterima: perubahan ini atas kehendak Mgr. Paredis. Lihat Hyacinthus Oliemands, FIC., “Geschiedenis der Congregatie van de Broeders Onbevl. Ontvangenis v. Maria van 21

Nov.1840 tot 21 Nov. 1890 ”, Maastricht 1915, 65-66. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dari naskah berbahasa Belanda oleh William Kets, FIC.

145 | Petrus Suparyanto

Lampiran 2

Surat Ph. van de Ven kepada P.A. van Baars 361

Amplissime Domine!

Saya menganggap cita-cita Paduka Rutten suatu panggilan khas Penyelenggaraan Ilahi, yang sangat bermanfaat bagi penyelamatan jiwa-jiwa

dan, menurut yang saya dengar dari mana-mana, sangat perlu bagi kotamu dan kota-kota besar yang lain; mungkin di tangan Penyelenggaraan Ilahi suatu persiapan bagi karya-karya belaskasih yang lebih besar. Maka pada hematku, janganlah menentukan kewajiban-kewajiban seorang katekis. : Kalau saya, saya akan berusaha menjaminkan agar Gereja berhak memulai pendidikan anak-anak. Pantaslah membantu orang-orang yang memulai karya itu. Tetapi sejauh saya lihat, tepatlah kalau Uskup dan Pastor paroki berhak, demi kemuliaan Allah, menyusun rencana-rencana, berhubungan dengan manfaat dan beban seorang katekis. Tetapi, apa yang saya katakan? Tentulah Paduka lebih mampu menaksir soal ini dari pada saya. Oleh karena itu, saya mengutus Paduka Rutten agar minta nasihat Paduka dan menurutinya sepenuh hatinya. Pada hematku pentinglah juga agar Rutten mulai menggunakan semangatnya, anugerah Allah, dan mulai diam-diam mengajar anak-anak. (Di pinggiran halaman tertulis: Dia sudah ditahbiskan imam.) Jasa-jasa usaha itu jelas: orang-orang lain akan mendukungnya, dan siapa tahu karya-karya yang bermanfaat manakah akan Paduka tinggalkan sebagai teladan bagi pengikutnya? Berkembanglah itu tak kelihatan seperti sebuah pohon. Dia seperti Vinsensius yang lain. Saya ingin mengunjungi Paduka dalam tugas yang baru, tetapi ragu-ragu, bagaimana dapatkah saya menolong Paduka, kiraku saya mengganggu. Dengan hormat Amplissime Domine !

Hamba dan teman Paduka

Halder, 27 Februari, 1836 Tertanda

Ph. van de Ven.

Naskah ini dikutip dari Sigismund Tagage, FIC., “Maastricht, bakermat van een

congregatie”, Maastricht, 1965, 224. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dari naskah berbahasa Belanda oleh William Kets, FIC.

146 | BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI

Lampiran 3

Maastricht Mengenang Paduka Bruder Bernardus 362